Headlines News :
Home » » Aqidah Syi'ah Tentang Al-Qur'an

Aqidah Syi'ah Tentang Al-Qur'an

Written By Musrin Salila on Jumat, 09 April 2010 | 08.34

Sesungguhnya Syi'ah mempercayai bahwa al-Qur'an yang ada sekarang adalah benar dan mereka beramal dengannya. Tetapi tidak dinafikkan bahwa terdapat kitab-kitab karangan ulama Syi'ah seperti al-Kulaini dan lain-lain yang telah mencatat tentang kurang atau lebihnya ayat-ayat al-Qur'an yang ada sekarang, tetapi ketahuilah anda bahwa bukanlah semua riwayat itu sahih, ada yang sahih dan ada yang dha'if. Contohnya al-Kulaini telah meriwayatkan di dalam al-Kafi bahawa Rasulullah SAWW telah dilahirkan pada 12 Rabi'ul Awwal tetapi ditolak oleh mayoritas ulama Syi'ah karena mereka berpendapat bahwa Nabi SAWW dilahirkan pada 17 Rabi'ul Awwal.

Begitu juga mereka menolak kitab al-Hassan bin al-'Abbas bin al-Harisy yang dicatat oleh al-Kulaini di dalam al-Kafi, malah mereka mencela kitab tersebut. Begitu juga mereka menolak riwayat al-Kulaini bahawa orang yang disembelih itu adalah Nabi Ishaq bukan Nabi Isma'il AS (al-Kafi, IV, hlm. 205). Justeru itu riwayat al-Kulaini umpamanya tentang kekurangan dan penambahan ayat-ayat al-Qur'an adalah riwayat yang lemah (Majallah Turuthuna, Bil. XI, hlm. 104).

Karena ulama Syi'ah sendiri telah menjelaskan kelemahan-kelemahan yang terdapat di dalam al-Kafi, malah mereka menolak sebagian besar riwayat al-Kulaini. Begitu juga dengan kitab al-Istibsar fi al-Din, Tahdhib al-Ahkam karangan al-Tusi dan Man La Yahdhuruhu al-Faqih karangan Ibn Babuwaih, sekalipun 4 buku tersebut dikira muktabar di dalam mazhab Syi'ah, umpamanya al-Kafi yang mempunyai 16,199 hadith telah dibagi kepada 5 bagian (di antaranya) :

i.      Sahih, mengandung 5,072 hadith.

ii.     Hasan, 144 hadith.

iii.    al-Muwaththaq, 1128 hadith (yaitu hadith-hadith yang diriwayatkan oleh

        orang yang bukan Syi'ah tetapi mereka dipercayai oleh Syi'ah).

iv.    al-Qawiyy, 302 hadith.

v.     Dhaif, 9,480 hadith. (Lihat Sayyid Ali al-Milani, “al-Riwayat Li Ahadith al-

    Tahrif ‘di dalam Turuthuna, Bil. 2, Ramadhan 1407 Hijrah, hlm. 257).

Oleh sebab itu riwayat-riwayat tentang penambahan dan kekurangan al-Qur'an telah ditolak oleh ulama Syi'ah Imamiyah mazhab Ja'fari dahulu dan sekarang. Syaikh al-Saduq (w. 381H) menyatakan "i'tiqad kami bahwa al-Qur'an yang telah diturunkan oleh Allah ke Nabi Muhammad SAWW dan keluarganya ialah di antara dua kulit (buku) yaitu al-Qur'an yang ada pada orang ramai dan tidak lebih dari itu. Setiap orang yang mengatakan al-Qur'an lebih dari itu adalah suatu kebohongan." (I'tiqad Syaikh al-Saduq, hlm. 93).

 

Syaikh al-Mufid (w. 413H) menegaskan bahawa al-Qur'an tidak kurang sekalipun satu kalimat, satu ayat ataupun satu surah (Awa'il al-Maqalat, hlm. 55). Syarif al-Murtadha (w. 436H) menyatakan al-Qur'an telah dijaga dengan rapi karena ia adalah mu'jizat dan sumber ilmu-ilmu Syarak, bagaimana ia boleh diubah dan dikurangkan?

Selanjutnya beliau meyatakan orang yang mengatakan al-Qur'an itu kurang atau lebih tidak boleh dipegang pendapat mereka (al-Tabrasi, Majma' al-Bayan, I, hlm. 15). Syaikh al-Tusi (w. 460H) menegaskan bahwa pendapat mengenai kurang atau lebihnya al-Qur'an adalah tidak layak dengan mazhab kita (al-Tibyan fi Tafsir al-Qur'an, I, hlm.3). Begitu juga pendapat al-Allamah Tabataba'i dalam Tafsir al-Mizan, Jilid 7, hlm. 90 dan al-Khu'i dalam Tafsir al-Qur'an al-'Azim, I, hlm. 100, mereka menegaskan bahwa al-Qur'an yang ada sekarang itulah yang betul dan tidak ada penyelewengan.

Demikianlah sebagian dari pendapat-pendapat ulama Syi'ah dahulu dan sekarang yang mengakui kesahihan al-Qur'an yang ada pada hari ini. Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata,"Apabila datang kepada kamu dua hadith yang bertentangan maka hendaklah kamu membentangkan kedua-duanya kepada Kitab Allah dan jika ia tidak bertentangan dengan Kitab Allah, maka ambillah dan jika ia bertentangan dengan Kitab Allah, maka tinggalkanlah ia"

(Syaikh, al-Ansari, al-Rasa'il, hlm. 446).

Kata-kata Imam Ja'far al-Sadiq itu menunjukkan al-Qur'an yang wujud sekarang ini adalah al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah ke Nabi SAWW tanpa tambah dan kurang jika tidak, ia tidak menjadi rujukan kepada Muslimin untuk membentangkan hadith-hadith Nabi SAWW yang sampai kepada mereka. Oleh sebab itu mazhab Syi'ah Ja'fari samalah dengan mazhab Ahlu s-Sunnah dari segi menjaga al-Qur'an dari penyelewengan, tetapi anehnya ialah terdapat banyak riwayat di dalam buku-buku Sahih Ahlu s-Sunnah sendiri yang mencatat bahawa al-Qur'an telah ditambah, dikurang dan ditukarkan, di antaranya seperti berikut :

1. Al-Bukhari di dalam Sahihnya, VI, hlm. 210 menyatakan (Surah al-Lail (92):3 telah ditambah perkataan "Ma Khalaqa" pada ayat yang asalnya ialah "Wa al-Dhakari wa al-Untha" tanpa "Ma Khalaqa". Hadith ini diriwayatkan oleh Abu al-Darda', kemudian dicatat pula oleh Muslim, Sahih,I,hlm. 565; al-Turmudhi, Sahih, V, hlm. 191.

2. Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, I, hlm. 394; al-Turmudhi, Sahih, V, hlm. 191 menyatakan (Surah al-Dhariyat (51):58 telah diubah dari teks asalnya "Inni Ana r-Razzaq" kepada "Innallah Huwa r-Razzaq" yaitu teks sekarang.

3. Muslim, Sahih, I, hlm. 726; al-Hakim, al-Mustadrak, II, hlm. 224 meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari,"Kami membaca satu surah seperti Surah al-Bara'ah dari segi panjangnya, tetapi aku telah lupa, hanya aku mengingat sepotong dari ayatnya,"Sekiranya anak Adam (manusia) mempunyai dua wadi dari harta, niscaya dia akan mencari wadi yang ketiga dan perutnya tidak akan dipenuhi melainkan dengan tanah."

4. Al-Suyuti, al-Itqan, II, hlm. 82, meriwayatkan bahwa 'Aisyah menyatakan Surah al-Ahzab (33):56 pada masa Nabi SAWW adalah lebih panjang yaitu dibaca "Wa'ala al-Ladhina Yusaluna al-Sufuf al-Uwal" selepas "Innalla ha wa Mala'ikatahu Yusalluna 'Ala al-Nabi..." Aisyah berkata,"Yaitu sebelum Uthman mengubah mushaf-mushaf."

5. al-Muslim, Sahih, II, hlm. 726, meriwayatkan bahwa Abu Musa al-Asy'ari membaca selepas Surah al-Saf (61):2, "Fatuktabu syahadatan fi A'naqikum..."tetapi tidak dimasukkan ke dalam al-Qur'an sekarang.

6. Al-Suyuti, al-Itqan, I, hlm. 226 menyatakan bahwa dua surah yang bernama "al-Khal’ " dan "al-Hafd" telah ditulis dalam mushaf Ubayy bin Ka'b dan mushaf Ibn 'Abbas, sesungguhnya 'Ali AS mengajar kedua surah tersebut kepada Abdullah al-Ghafiqi, 'Umar dan Abu Musa al-Asy'ari juga membacanya.

7. Malik, al-Muwatta', I, hlm. 138 meriwayatkan dari 'Umru bin Nafi' bahwa Hafsah telah meng'imla' "Wa Salati al-Asr" selepas Surah al-Baqarah (2): 238 dan tidak ada dalam al-Qur'an sekarang. Penambahan itu telah diriwayatkan juga oleh Muslim, Ibn, Hanbal, al-Bukhari, dan lain-lain.

8. Al-Bukhari, Sahih, VIII, hlm. 208 mencatat bahwa ayat al-Raghbah adalah sebagian dari al-Qur'an yaitu "La Targhabu 'an Aba'ikum" tetapi tidak wujud di dalam al-Qur'an yang ada sekarang.

9. Al-Suyuti, al-Itqan, III, hlm. 82; al-Durr al-Manthur, V, hlm. 180 meriwayatkan dari 'Aisyah bahwa dia berkata,"Surah al-Ahzab dibaca pada zaman Rasulullah SAWW sebanyak 200 ayat, tetapi pada masa 'Uthman menulis mushaf tinggal 173 ayat saja."

10. Al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, V, hlm. 192 mencatatkan bahwa di sana terdapat ayat yang tertinggal selepas Surah al-Ahzab (33):25 yaitu "Bi 'Ali bin Abi Talib". Jadi ayat yang dibaca, "Kafa Llahul Mu'minin al-Qital bi 'Ali bin Abi Talib."

11. Ibn Majah, al-Sunan, I, hlm. 625 mencatat riwayat dari 'Aisyah dia berkata: ayat al-Radha'ah sebanyak  10 kali telah diturunkan oleh Allah dan ditulis dalam mushaf di bawah katilku, tetapi manakala wafat Rasulullah SAWW dan kami sibuk dengan kewafatannya, maka ia hilang.

12. Al-Suyuti, al-Itqan, III, hlm. 41 mencatat riwayat dari 'Abdullah bin 'Umar, dari bapanya 'Umar bin al-Khattab, dia berkata,"Janganlah seorang itu berkata aku telah mengambil keseluruhan al-Qur'an, apakah dia tahu keseluruhan al-Qur'an itu? Sesungguhnya sebagian al-Qur'an telah hilang dan katakan saja aku telah mengambil al-Qur'an mana yang ada." Ini bererti sebagian al-Qur'an telah hilang.

Demikianlah di antara catatan para ulama Ahlu s-Sunnah mengenai al-Qur'an ada lebih atau kurang di dalam buku-buku Sahih dan muktabar mereka. Bagi orang yang mempercayai bahwa semua yang tercatat di dalam sahih-sahih tersebut adalah betul dan wajib dipercayai, akan menghadapi dilema, karena kepercayaan demikian akan membawa mereka kepada mempercayai bahwa al-Qur'an yang ada sekarang tidak sempurna, ada pengurangan atau kelebihan. Jika mereka mempercayai al-Qur'an yang ada sekarang adalah sempurna - memang ia sempurna - ini berarti sahih-sahih mereka tidak sempurna dan tidak sahih lagi. Bagi Syi'ah mereka tidak menghadapi dilema ini kerana mereka berpendapat bahawa tidak semua riwayat di dalam buku-buku mereka seperti al-Kafi, al-Istibsar fi al-Din dan lain-lain adalah sahih, malah terdapat juga riwayat-riwayat yang lemah.

Oleh sebab itu untuk mempercayai bahwa al-Qur'an yang ada sekarang ini sempurna sebagaimana yang dipercayai oleh Syi'ah mazhab Ja'fari, maka Ahlu s-Sunnah terpaksa menolak riwayat-riwayat yang terdapat di dalam sahih-sahih mereka demi mempertahankan kesempurnaan al-Qur'an. Dan mereka juga harus menolak riwayat-riwayat yang bertentangan dengan al-Qur'an dan akal seperti hadith yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah,"Sesungguhnya Neraka Jahanam tidak akan penuh sehingga Allah meletakkan kaki Nya, maka Neraka Jahanam berkata: Cukup, cukup."(Al-Bukhari, Sahih, III, hlm. 127; Muslim, Sahih, II, hlm. 482).

Hadith ini bertentangan dengan ayat al-Qur'an Surah al-Sajdah (32):13 ,...."Sesungguhnya Aku akan penuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia." Juga bertentangan dengan Surah al-Syura (42):11 yang menafikkan tajsim "Tidak ada suatu yang perkarapun yang menyerupaiNya."

Lantaran itu tidak heranlah jika al-Suyuti di dalam Tadrib al-Rawi, hlm. 36 menyatakan bahwa al-Bukhari telah mengambil lebih 480 periwayat yang tidak disebut atau diambil oleh Muslim dan ia mengandung para periwayat yang lemah, disebabkan oleh kebohongan dan sebagainya, sementara Muslim mengambil 620 periwayat yang tidak disebut atau diambil oleh al-Bukhari dan terdapat di dalamnya 160 periwayat yang lemah. Murtadha al- Askari menulis buku berjudul 150 sahabat khayalan, Beirut, 1968.,berkata: Hanya nama-nama mereka saja disebutkan oleh al-Bukhari dan Muslim tetapi mereka sebenarnya tidak pernah wujud. Oleh sebab itu 'sahih" adalah nama buku yang diberikan oleh orang tertentu, misalnya al-Bukhari menamakannya 'Sahih" yaitu sahih menurut pandangannya, begitu juga Muslim menamakan bukunya 'Sahih" yaitu sahih menurut pandangannya.

Justeru itu buku-buku 'sahih' tersebut hendaklah dinilai dengan al-Qur'an, karena Sahih yang benar adalah sahih di sisi Allah SWT. Dan kita bersaksi bahwa al-Qur'an yang ada di hadapan kita ini adalah sahih dan tidak boleh dipertikaikan lagi.

Dengan itu anda tidak lagi menganggap Syi'ah mempunyai al-Qur'an 'lebih atau kurang' isi kandungannnya karena mereka sendiri menolaknya. Dan telah dicatat di dalam buku-buku Sahih dan muktabar Ahlu s-Sunnah tetapi mereka juga menolaknya. Dengan demikian Syi'ah dan Sunnah adalah bersaudara di dalam Islam dan mereka wajib mempertahankan al-Qur'an dan beramal dengan hukumnya tanpa menjadikan 'ijtihad' sebagai alasan untuk menolak (hukum)nya pula. 

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | MusrinSalila Template | Galeri Tinangkung
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Galeri Tinangkung - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by MusrinSalila Template