Headlines News :
Home » » K O L O I D

K O L O I D

Written By Musrin Salila on Kamis, 08 April 2010 | 09.28

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.        Latar Belakang.

Dengan adanya makalah ini kita diajak memperoleh ilmu pengetahuan secara mandiri, kita harus menyadari bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya diperoleh di kelas, tetapi banyak sumber yang dapat kita manfaatkan, oleh karena itu disusunlah makalah yang berjudul SISTEM KOLOID yang tujuannya tidak lain adalah dapat memacu diri kita dalam memperluas cakrawala Ilmu pengetahuan.

B.         Rumusan Masalah.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

1.        Bagaimana komponen dan pengelompokkan sistem koloid?

2.        Bagaimana sifat-sifat koloid?

3.        Bagaimana cara pembuatan koloid?

C.        Tujuan Penulisan.

  1. Menjelaskan komponen dan pengelompokkan koloid!
  2. Menjelaskan sifat-sifat koloid!
  3. Menjelaskan cara pembuatan koloid!

 

BAB II

TELAAH PUSTAKA

 

a.       Istilah “KOLOID” diusahakan oleh Thomas Graham (1805-1869). Dari Inggris tahun 1861.

b.      Persitiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid disebut efek Tyndall, sebab hal ini mula-mula diterangkan oleh Jhon Tyndall (1820-1895) . Ahli Fisika bangsa Inggris.

c.       Gerakan acak dari partikel koloid dalam medium pendispersinya ini disebut gerak Brown, berdasarkan nama ahli Botani bangsa Inggris yang menemukan gerakan ini pada tahun 1827, yaitu Robert Brown (1773-1858).

d.      Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik. Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877-1948) dari Amerika Serikat.

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

A.      Komponen dan Pengelompokkan Koloid.

1.      Komponen Sistem Koloid.

Jika gula pasir dicampurkan ke dalam air, molekul gula segera larut dan terbentuklah suatu larutan yang jernih. Ukuran partikel gula dalam air lebih kecil dari 10-4 dan tidak dapat dipisahkan dari air dengan cara penyaringan.

Jika pasir dicampurkan ke dalam air, pasir dan air akan memisah ketika campuran ini didiamkan. Campuran semacam ini disebut suspensi. Partikel pasir berukuran lebih besar dari 10-5 cm, dan dapat dipisahkan dari air dengan cara penyaringan.

Diantara kedua sistem campuran di atas (antara suspensi dan larutan), terdapat sistem koloid. Sebagai contoh, jika tanah liat dicampurkan ke dalam air yang mnegadung sedikit NaOH, tanah liat pecah menjadi sejumlah partikel kecil campuran yang terbentuk tidak jernih. Tetapi partikel tanah liat tidak mengendap jika didiamkan, dan juga tidak dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Partikel tanah liat cukup kecil untuk mampu menembus kertas saring.tetapi cukup besar untuk menyebabkan campuran menjadi keruh.

Istilah “KOLOID” di usulkan oleh Thoms Graham (1805-1869) dari ingris pada tahun 1861.sewaktu meneliti proses difusi sebagai zat dalam medium cairan.graham mengamati bahwa zat seperti kanji,gelatiu,getah,dan albumin berdifusi sangat lambat dan tidak mampu menembus membran tertentu.kelompok zat ini lalu di namainya koloid.yang berarti seperti lem “(bahasa yunani : kalta :lem,oidos :seperti).

Dewasa ini istila koloid di pakai untuk menyatakan ukuran partikel serta sistem campuran.partikel-partikel suatu zat di katakan berukuran kolid apabila berdiameter antara 10-5 cm sampai 10‑7 cm.Yang di sebut “KOLOID” adalah suatu campuran zat di mana suatu zat tersebut merata dengan berukuran koloid dalam suatu zat lain.

Sebagaimana halnya larutan yang tersusun dari zat terlarut dan pelarut, maka sistem koloid juga tersusun dari dua komponen, yaitu fase terdispersi, yaitu zat tersebar merata. Serta fase pendispersi, yaitu zat medium tempat partikel-partikel koloid itu tersebar.

Perbedaan antara larutan, sistem koloid dan suspensi dapat dirangkum dalam tabel

14.1 berikut:

Tabel 14.1 perbandingan larutan, sistem koloid dan suspensi.

No.

Larutan

Sistem koloid

Suspensi

1.

Satu fase

Dua fase

Dua fase

2.

Jernih

Tidak jernih

Diameter partikel lebih besar dari 10-5 cm

3.

Diameter partikel lebih kecil dari 10-7 cm

Diameter partikel antara 10-7 sampai 10 -5 cm

Diameter partikel lebih besar dari 10-7 cm

4.

Tidak dapat disaring

Tidak dapat disarig

Dapat disaring

5.

Tidak memisah jika didamkan

Tidak memisah jika tidak didiamkan

Memisah jika dididihkan

6.

Homogen

Antara homogen, heteogen

Heterogen

 

2.      Pengelompokkan Sistem Koloid.

Baik fase terdispersi maupun pendispersi dalam suatu sistem koloid dapat berupa gas, cair atau padat. Namun perlu segera dikemukakan bahwa campuran gas dengan gas tidaklah membentuk sistem koloid, sebab semua gas akan tercampur homogen dalam segala perbandingan.

Dengan demikian kita mengenal delapan jenis sistem koloid, seperti yang tercantum dalam tabel 14.2 berikut:

Fase terdispersi

Fase pendispersi

Sistem koloid

Contoh

Gas

Cair

Busa

Buih sabun, ombak, limun,krem kocok,

Gas

Padat

Busa padat

Batu apung, lava, karet, busa, biskuit

Cair

Gas

Aerosol cair

Kabut, awan, pengeras rambut (hairspray), obat semprot.

Cair

Cair

Emulsi

Susu, santan, minyak ikan, mayonnaise

Cair

Padat

Gel

Keju, mentega, nasi, selai, agar-agar,lateks, mutiara, semir padat, lem padat.

Padat

Gas

Aerosol padat

Asap, debu,buangan knalpot

Padat

Cair

Sol

Kanji, cat, tinta, protoplasma, putih telur, air lumpur, semir cair, lem cair

Padat

Padat

Sol padat

Tanah, kaca, permata, perunggu, kuningan.

 

Dari tabel di atas tampak jelas bahwa proses di alam sekitar kita banyak berhubungan  dengan sistem koloid. Kegunaan dari cabang ilmu “kimia koloid” terdapat diberbagai bidang. Protoplasma dalam sel makhluk hidup merupakan sistem koloid, sehingga kimia koloid diperlukan untuk menerangkan reaksi dalam sel. Tanah juga merupakan sistem koloid, dan pemahaman tentang koloid sangat membantu dalam meningkatkan kesuburan lahan. Dalam bidang industri, kimia koloid banyak dimanfaatkan pada pembuatan berbagai produk antara lain biskuit, keju, mentega, hairspray, cat, tinta, keramik, sabun, semen, karet, obat-obatan, kosmetika, insektisida, plastik dan tekstil, seluruh fakta ini menunjukkan betapa luas peranan sistem koloid dalam kehidupan kita.

 

B.       Sifat-Siat Koloid.

1.      Efek Tyndall.

Jika seberkas cahaya masuk ke dalam ruang gelap melalui celah, maka berkas cahaya itu akan terlihat jelas, sebab partikel debu dalam ruangan yang berukuran koloid akan menghamburkan cahaya tersebut. Demikian pula jika kita berada di tengah hutan yang lebat pada pagi hari, cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela pepohonan akan tampak dengan nyata sebab cahaya itu dihamburkan oleh partikel kabut yang merupakan sistem koloid.

Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel loloid disebut efek tyndall,sebab hal ini mula-mula di terangkan oleh john tyndall (1820-1893),ahli fisika bangsa inggris.

Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dan larutan sejati.partikel dalam larutan yang berupa molekul atau ion terlalu kecil untuk menghamburkan cahaya,sehinga berkas cahaya dalam larutan tidak terlihat,sebaliknya,cahaya yang melewati sistem koloid akan terlihat nyata.partikel-partikel koloid yang berukuran cukup besar  akan menghamburkan cahaya itu kesegala arah,meskipun partikel koloidnya tidak tampak.

Efek tyndall dapat menerangkan mengapa langit pada sing hari berwarna biru,sedangkan ketika matahari terbenamlangit di ufuk barat berwarna jingga atau merah.hal ini di sebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa,dan tidak semua frekuensi sinar matahari di hamburkan dengan intensitas yang sama.oleh karen aintensitas cahaya yang di hamburkan berbanding lurus dengan frekuensi,maka ketika matahari melintas di atas kita frekuesi paling tingilah yang banyak sampai ke mata kita,sehinga kita m,elihat langit berwarna biru.ketika matahari terbenam,hamburan frekuensi rendah lebih banyak,sehinga kita menyaksikan langiit berwarna jingga atau merah.maha besar Allah yang telah menciptakan efek tyndall agar umatnya dapat menikmati langit!

 

2.      Gerak Brown

Mengapa partikelkolo9id tersebar merata dalam medium pendispersinya dan tidak memisah meskipun didiamkan?hal ini disebabkan oleh adanya gerak terus-menerus secara acak tetapi gesit dari partikel koloid tersebut.gerakan acak dari partikel koloid dalm medium pendispersinya ini disebut gerak brown.berdasarkan nama ahli botani bangsa inggris yang menemukan gerakan ini pada tahun 1827,yaitu Robert Brown (1773-1858).perlu juga diketahui bahwa pengamatan gerakan partikel koloid tersebut ternyata merintis jalan bagi Robert Brown untuk menemukan adanya inti sel pada tahun 1831.

Gerak Brown membuktikan teori kinetik molekul,sebab gerakan tersebut adalah akibat tabrakan antara partikel koloid dengan molekul pendispersinya dari segala arah.oleh karena momentum partikel koloid jauh lebih besar dari molekul mediumnya,maka partikel koloid bergerak pada garis lurus sampai arah dan kecepatannya diubah oleh tabrakan berikutnya.

Gerak brown akan semakin cepat jika ukuran partikel koloid makin kecil.sebaliknya,makin besar ukuran partikel gerakannya makin lambat.itulah sebabnya pada partikel suspensi gerak brown tidak lagi di jumpai.  

 

3.      Adsorsi Koloid

Peristiwa penyerapan suatu molekul atom ion pada permukaan suatu zat disebut absosrsi.dengan dikelirukan dengan apsosrsi,yaitu penyerapan sampai kebagian dalam dibawahpermukaan.

Suatu sistem koloid mempunyai kemampuan mengapsorsi,sebab partikel koloid memiliki permukaan yang sangat luas.sipat adsorsi dan koloid dapat kita reaksikan antara lain,pada proses berikut ini.

a. pada penyembuhan sakit perut oleh serbuk karbon(norit),campuran serbuk karbon     dengan cairan usus akan membentuk sistim koloid yang mampu mengadsorsi kuman     yang berbahaya.

b. pada proses pemurnian gula pasir,gula yang masih kotor(berwarna coklat)di larutkan dalam air panas,lalu di alirkan melalui sistem koloid yang berupa tanah diatom atau karbon kotoran pada gula akan teradsorsi sehingga di peroleh gula yang poutih bersi.

c. deodoran dan anti pespiran(zat anti keringat)dapat menghilangkan bau badan anti pespiran umumnya mengandung senyawa aluminium,seperti aliminium klorohidrat,Al2(OH )5 Cl.2H2O,yang dapat memperkecil pori kelenjar keringat,sehinga hanya sedikit keringat yang keluar.hal ini karena ion aluminium mengumpulkan sebagian cairan dalam kelenjar sehingga porinya menjadi kecil.

Pada umumnya anti pespiran di tambahi parfum untuk menghilangkan bau badan sehingga berfungsi sebagai diodoran mengandung seng peroksida,minyak esensial parfum,serta zat anti septik untuk menghentikan kegiatan bakteri.seng peroksida dapat menghilangkan senyawa yang berbau dengan cara mengoksidasinya,sedangkan minyak esensialm dan parfum menyerap atau menghilangkan bau badan.

Di permukaan tubuh manusia terdapat kurang lebih dua juta kelenjar kerigat.penguapan air dari cairan yang keluar dari kelenjar inilah yang mengatur suhu tubuh manusia.bau badan terutama disebabkan terdapatnya senyawa nitrogen organik,lemak yang keluar dari tubuh,dan dari pertumbuhan bakteri dalam kelenjar keringat.sebenarnya keringat sendiri tidak berbau,tetapi hasil penguraiyannya oleh bakteri yang berbau.

Tawaspun dapat di gunakan sebagai zat antipespira.dahulu tukang cukur mengoleskan tawas untuk dagu yang berdarah akibat pisau cukur.darah yang keluar akan mengalami koagulasi sehinga menutup pori dan pendarahan akan terhenti.

d. daya adsorsi dari koloid dalam tanah mampu menahan bahan makanan yang di perlikan tumbuhan,sehingga tidak terbawa air hujan.tanah juga mampu mengadsorsi kuman yang berbahaya,itulah sebabnya tangki kotora(septik tang)harus berjarak minimal 8 meter dari sumur,agar tanah dapat mengadsorpsi semua zat pencemar.

 

4.      Muatan Koloid dan Elekrofensis

Partikel-partikel koloid dapat bermuatan listrik sebagai akibat dari penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut.sebagai contoh,koloid Fe (OH)3dalam air akan menyerap ko0tion sehingga la bermuatan positif,sedangkan koloid As2 S3 bermuatan negatif karena mengadsorsi aniom.

Disamping karena adanya gerak brown,kestabilan suatu sistem koloid juga disebabkan adanya muatan listrik pada permukaan partikel koloid.gaya tolak- menolak di antara muatan sama akan mencegah pemisahan atau pengumpulan sehingga sistim koloid menjadi stabil.

Jika sepasang elektroda di celupkan ke dalam suatu sistem koloid,lalu kepadanya di alirkan arus listrik,maka partikel-partikel koloid yang bermuatan positif akan menuju katode dan yang bermuatan negatif akan menuju anode.pergerakan partikel koloid di pengaruh medan listrik disebut elektroforosis.pada peristiwa elektroforosis,partikel koloid akan di netralkan muatannya dan di gumpalkan pada elektrode.

Beberapa kegunaan dari proses  elektroforosis antara lain sebagai berikut :

  1. Untuk menentukan muatan sutu partikel koloid.
  2. Untuk memproduksi barang industri yang terbuat dari karet. Misalnya, pada pembuatan boneka dan arung tangan, karetnya diendapkan pada cetakan bentuk boneka atau sarung tangan secara elektroforosis.
  3. untuk mengurai zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik. Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877-1948), dari Amerika serikat. Cerobong asap pabrik bagian dalam dilengkapi dengan pengendap elektrotatika berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik, yang akan menarik dan mengumpulkan debu halus dalam asap buangan.

 

  1. Koagulasi Koloid

Partikel koloid dapat mengalami koagulasi (pengumpulan) dengan cara penambahan suatu elektrolit yang muatannya berlawanan. Sifat koagulasi partikel koloid, antara lain ; dapat diamati pada proses berikut ini:

  1. Pada pengolahan karet dari bahan mentahnya (lakets), partikel karet dalam lakets digumpalkan dengan menambahkan asam asetat, sehingga karet dapat dipisahkan dari laketsnya.
  2. Partikel lumpur dan tanah liat yang dikandung air sungai akan mengendap takkala berjumpa dengan air laut yang mengandung banyak elektrolit, sehingga terjadilah delta daerah muara.
  3. Jika bagia tubuh kita mengalami luka, maka ion Al3+ atau Fe3+ segera menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi penggumpalan yang menutupi luka.
  4. Pada proses penjernihan air,di tambahkan tawas,Al2 (So4)3,yang menyediakan ion Al+3 untuk mengendapkan partikel lumpur,sehingga air menjadi jernih.
  1. Koloid Liofil dan Koloid Liofod.

Berdasarkan sifat adsorsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya,kita mengenal dua macam koloid.

a.       Koloid liofil yaitu koloid yang “senang cairan” (bahasa Yunani:  Iyo = cairan ; Philia = senang).. partikel koloid akan menjadi sorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung disekeliling partikel koloiud itu. Jika medium pendispersinya air, istilah yang dipergunakan adalah hidrofil (senang air). Contoh koloid liofil adalah kanji, protein dan agar-agar.

b.      Koloid liotob, yaitu koloid yang “benci cairan” (phobia = benci). Koloid tidak mengabsorbsi molekul cairan. Jika mediumnya air. Istilah yang dipakai adalah hidrofob (benci air). Contoh koloid hidrofob adalah sol sulfida dan sol logam.

Koloid liofil lebih stabil dari pada koloid liofob. Untuk menggumpalkan berkas liofil diperlukan eletrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecah dahulu. Adapun koloid liofob mudah digumpalkan dengan diberi sedikit elektrolit saja.

Pada pembuatan sol hidrofob, cairan yang akan dipakai sebagai medium pendispersi harus dimurnikan dahulu dan elektrolit (ion) yang dapat mengganggu kestabilan koloid pemurnian medium pendispersi dari elektrolit ini disebut dialistis. Koloid dimasukkan ke dalam kantung yang terbuat dari selaput semi permiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan material atau ion tetapi tidak dapat dilewati partikel koloid jika kantung yang berisi koloid itu dimasukkan ke dalam air, maka ion pengganggu akan menembus selaput masuk ke dalam air sedangkan partikel koloid akan tetap tinggal tinggal di dalam kantung.

Beberapa koloid hidrofil, seperti gelatin dna gan Arab, bukan hanya stabil terhadap koagulasi, tetapi juga ditambahkan itu disebut koloid pelindung, sebab menutupi permukaan koloid hidrofob. Jadi, jika gelatin ditambahkan ke dalam sol emal atau sol As2S3, maka sol itu sukar digumpalkan oleh elektrolit. Penambahan koloid pelindung banyak dipakai dalam pembuatan berbagai produk industri, misalnya film fotografi yang merupakan koloid AgBr dalam gelatin.

           

7.      Emulsi.

Emulsi adalah sistem koloid yang partikel terdispersi dan medium pendispersinya sama-sama cair. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan cairan polar dan cairan non polar, mis: air dan minyak.

Jika minyak kelapa dicampurkan dengan air kemudian dikocok, terjadilah campuran yang akan memisah kembali, setelah didiamkan agak lama. Untuk menstabilkan emulsi ini perlu ditambahkan zat pengemulsi (emulgator), yaitu senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar dan nonpolar sehingga mampu mengikat zat polar (air) dan zat nonpolar (minyak). Misalnya sabun yang merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun dari “ekor” alkil yang nonpolar (larut dalam minyak dan “kepala” ion karboksilat yang polar (larut dalam air).

Prinsip inilah yang menyebabkan sabun dan detergen memiliki daya pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci pakaian, ekor nonpolar dari sabun menempel kotoran dan kepala polarnya menempel pada ai. Akibatnya, tegangan permukaan air menjadi berkurang, sehingga air jauh lebih mudah menarik kotoran.

Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, dimana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkadung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi, jika susu menjadi masam, karena laktosa (gula susu) terodksidasi menjadi asam laktat, kasein akan terkoagulasi dan tidak dapat lagi menstabilkan emulsi. Akibatnya, lemak bersama kasein akan memisah susu. Proses pencernaan lemak dalam tubuh kita berlangsung melalui pembentukan emulsi. Dalam usus selalu terkandung larutan basa yang akan berreaksi dengan sebagian kecil lemak, membentuk semacam zat pengemulsi yang mengemulsikan lemak sisanya, sehingga memudahkan enzim lipase untuk mengkatalisis penguraian lemak tersebut.

Dalam bidang industri obat-obatan dan kosmetika, bentuk emulsi banyak digunakan dalam pembuatan berbagai produk, seperti salep, cream, lotion dan minyak ikan.

 

C.      Pembuatan Sistem Koloid

1.      Cara Kondensasi.

Salah satu cara pembuatan sistem koloid adalah cara kondensasi, yaitu menggumpalkan partikel larutan yang terlalu kecil menjadi paertikel yang berukuran koloid, partikel larutan yang berupa ion, atom, atau molekul dapat dikondensasi atau digumpalkan menjadi ukuran koloid melalui cara fisis (penurunan kelarutan) atau cara kimia (reaksi tertentu).

Cara fisis yang dapat dilakukan untuk mengkondesasikan partikel adalah sebagai berikut:

a.       Pendinginan.

Kelarutan suatu zat pada umumnya berbanding lurus dengan suhu, sehingga proses pendinginan akan menggumpalkan larutan menjadi suatu koloid.

b.      Penggantian pelarut.

Misalnya kita membuat sol belerang dari air;  belerang sukar larut dalam air, tetapi melarut baik dalam alkohol. Maka larutan jenuh belerang dalam alkohol diteteskan ke dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid, kemudian alkohol dipisahkan dengan metode dialisis.

c.       Pengembunan uap.

Misalnya; uap raksa dialirkan melalui air dingin, sehingga terbentuk sol raksa. Kemudian amonium sitrat ditambahkan sebagai penstabil (stabilizar).

 

 

 

Pembuantan sistem koloid cara kondensasi yang paling banyak dilakukan adalah melalui reaksi kimia. Adapun reaksi kimia tersebut antara lain sebagai berikut:

a.       Reaksi Penngendapan

Dua buah larutan encer yang masing-masing mengandung elektrolit dicamprukan, sehingga menghasilkan endapan yang berukuran koloid.

AO      – H3S                     A2S(S)   + 3 H2O

AgNO – NaCl                   AgCl(S) + NaNO

b.      Reaksi hidrolisis

Sol hidroksida seperti Fe (OH)3 dan Al (OH)3 diperoleh dengan menambahkan garam klorida ke dalam air mendidih dan garam itu terhidrolisis menjadi hidroksida yang berukuran koloid.

FeCl3  +  3 H2O                 Fe (OH)3 (S)  +  3 HCl

AlCl3  +  3 H2O                 Al (OH)3 (S)  +  3 HCl

c.       Reaksi redoks

Sol logam seperti sol emas dapat diperoleh dengan mereduksi larutan garamnya, menggunakan reduktor non elektrolit seperti formaldehida.

2 AuCl3  +  3 HCHO  +  3 H2O                2 Au  +  6 HCl  +  3 HCOOH

Sol belerang dan iodin dapat dibuat dengan mengoksidasi ion sulfida dan iodida.

2H2S + CO2                      3S(s)  +  2H2O

5HI  + HIO                       3I2   +  3H2O

2.      Cara Dispersi.

Selain cara kondensasi, suatu sistem koloid dapat dibuat melalui cara dispersi, yaitu menghaluskan partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel yang berukuran koloid.

Beberapa cara dispersi yang sering dilakukan adalah sebagai berikut:

1)      Cara Mekanik.

Yang dimaksud dengan cara mekanik adalah melakukan penggensan (penggilingan) untuk zat padat. Setelah diperoleh kehalusan yang dikehendaki, barulah zat ini didispersikan kedalam medium pendispersi. Jika perlu ditambahkan zat pemantap (stabilizar) guna mencegah penggumpalan kembali sol  bedorong sering dibuat dengan metode seperti ini.

2)      Cara Peptisasi.

Partikel endapan dipecah dan dihaluskan menjadi partikel koloid dengan menambahkan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis: Misalnya, sol Fe (OH)3 dibuat dengan menambah FeCl3 dan sol NiS dibuat dengan menambahkan H2S.

3)      Cara Busur Bredig (Cara Elektrodispersi).

Cara ini khusus untuk membuat sol logam dengan cara dispersi. Dua kawat logam yang berfungsi. Sebagai elektrode dicelupkan ke dalam air, kemudian kedua ujung kawat diberi loncatan listrik, sebagian logam clear mendebu ke dalam air dalam bentuk partikel koloid.


BAB IV

PENUTUP

 

 

4.1 Kesimpulan

A. Koloid

Koloid adalah suatu campuran zat dimana suatu zat tersebut merata dengan berukuran koloid dengan suatu zat lain.

a. Fase terdispersi adalah zat yang tersebar merata

b. Fase pendispersi adalah zat medium tempat partikel-partikel koloid itu tersebar.

B. Sifat-sifat koloid

a. Efek tyndall

b. Gerak brown

c. Adsorpsi koloid

d. Muatan koloid dan elektroforesis

e. Koagulasi koloid

f. Koloid liofil dan koloid liofob

g. Emulsi

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

1.      Christoper N.P 2003. Comprehensive chemistry for “0” level science.                  Singapura: Times media private limited.

2.      Depertemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004; Standar kompetensi                 mata pelajaran kimia Sekolah Menengah atas dan Madrasah Aliah                Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

3.      Eric Werwa. Et. Al. 2002. Chemitry Peona. Gleencoe/mc Braw Hill

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | MusrinSalila Template | Galeri Tinangkung
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Galeri Tinangkung - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by MusrinSalila Template