I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Bab ini akan membahas teori medan kristal meliputi pembentukan medan oktahedral, medan tetrahedral, dan medan linear. Disamping itu akan dibahas pula tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
B. Relevansi
Bab ini terkait erat dengan materi pada bab-bab sebelumnya. Pemahaman mahasiswa terhadap bab ini akan memudahkan mahasiswa dalam mempelajari senyawa kompleks yang melibatkan interaksi kovalen.
C. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan pembentukan senyawa kompleks oktahedral, tetrahedral dan linear berdasarkan Teori Medan Kristal.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan medan kristal.
3. Menghitung energi penstabilan medan kristal.
4. Menjelaskan distorsi pada kompleks oktahedral.
5. Menjelaskan saling silang spin.
6. Menjelaskan warna senyawa kompleks.
II. PENYAJIAN
A. Uraian Materi
Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan tentang teori ikatan valensi. Teori ini dapat menjelaskan pembentukan ikatan, geometri dan sifat magnetik senyawa koordinasi. Antara tahun 1930-1950 teori ini merupakan teori yang popular dipakai oleh para pakar kimia anorganik dalam menjelaskan pembentukan, geometri dan sifat magnetik senyawa koordinasi. Akan tetapi adanya fakta-fakta yaitu perubahan sifat magnetik senyawa koordinasi karena perubahan temperatur, kestabilan senyawa dan spektra atau warna senyawa koordinasi yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan teori ikatan valensi menyebabkan dicarinya alternatif teori lain yang dapat menjelaskan fakta-fakta tersebut. Teori tersebut adalah teori
Teori medan kristal dikembangkan oleh dua orang ahli fisika H.Bethe (1929) dan J.H. Van Vlekck (1923) dan digunakan pertama kali oleh mereka dan para pakar fisika lainnya untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam transisi terhidrat. Khususnya yang memiliki ion logam dengan orbital d yang belum terisi sepenuhnya. Teori ini kurang dikenal oleh para pakar kimia anorganik sampai kira-kira tahun 1950 karena pada waktu itu mereka cukup puas dengan teori ikatan valensi. Adanya tiga fakta di atas yang tidak dapat dijelaskan oleh teori ikatan valensi menyebabkan para pakar kimia anorganik memanfaatkan teori
Teori medan kristal sederhana dilandasi oleh asumsi-asumsi berikut:
1. ligan-ligan diperlakukan sebagai titik-titik bermuatan
2. interaksi antara ion logam dengan ligan-ligan merupakan interaksi elektrostatik (ionik). Apabila ligan yang ada merupakan ligan netral maka dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol dalam molekul netral diarahkan terhadap ion logam.
3. tidak terdapat interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan orbital-orbital dari ligan.
Sebagaimana disebutkan dimuka bahwa teori ini digunakan pertama kali untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam transisi terhidrat dimana ion-ion logam yang ada memiliki orbital d. Untuk itu pembahasan akan ditekankan pada pengaruh
Gambar 4.1.
Pada ion logam transisi terisolasi pada ion bebas dalam fasa gas kelima orbital d tersebut berada dalam keadaan degenerat atau memiliki tingkat energi yang sama. Apabila suatu
Apabila
1. Kompleks Oktahedral
Seandainya ada 6 ligan yang sama berikatan dengan ion logam maka tingkat simetri 5 orbital d ion logam adalah paling tinggi apabila pembentukan ikatan tersebut ligan-ligan mendekati ion logam pada arah sumbu +x, -y, +y, -y, +z dan –z seperti ditunjukkan pada gambar dibawah.
Gambar 4.2. Interaksi antara 6 ligan yang sama dengan 5 orbital d
dari logam pada
Interaksi tersebut menimbulkan
Susunan dalam ruang 5 orbital d adalah berbeda. Tiga orbital yaitu ; dxy , dxz, dan dyz terletak diantara sumbu-sumbu. Sedangkan dua orbital yang lain yaitu : orbital dx2, y2 dan orbital dz2 terletak pada sumbu-sumbu. Pada
Gambar 4.3. Pemisahan (splitting) 5 orbital d ion logam
pada medan oktahedral
Interaksi tersebut menimbulkan
Susunan dalam ruang 5 orbital d adalah berbeda. Tiga orbital yaitu ; dxy , dxz, dan dyz terletak diantara sumbu-sumbu. Sedangkan dua orbital yang lain yaitu : orbital dx2, y2 dan orbital dz2 terletak pada sumbu-sumbu. Pada
Gambar 4.4. Pemisahan (splitting) 5 orbital d ion logam
pada medan oktahedral
Orbital-orbital dxy, dxz dan dyz secara keseluruhan disebut orbital t2g sedangkan orbital-orbital dx2- y2 dan dz2 disebut orbital eg. perbedaan tingkat energi kedua kelompok orbital-orbital tersebut dinyatakan dengan harga 10 Dq atau ΔO.
Diagram pemisahan orbital d seperti pada gambar 3 tidak digunakan.penggambaran yang biasa digunakan adalah seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4.5. Tingkat energi orbital t2g dan eg relative terhadap
tingkat energi rata-rata orbital pada
Pada Gambar 4.4 orbital eg tingkat energinya adalah 6Dq lebih tinggi dibandingkan tingkat energi rata-rata orbital d.sedangkan orbital t2g adalah –4Dq lebih rendah dibandingkan tingkat energi rata-rata orbital d.
1.1 Pengukuran Harga 10 Dq
Pengukuran harga 10 Dq adalah cukup rumit terutama bila orbital d terisi lebih dari satu elektron. Pengukuran yang paling mudah adalah bila orbital d hanya terisi sebuah elektron seperti yang terdapat pada ion kompleks [Ti(H2O)6]3+ dengan ion pusat Ti3+.
Konfigurasi elektron Ti3+ = [Ar] 3d1 4s0
Pada
Gambar 4.6. Diagram tingkat energi orbital d ion Ti3+
pada kompleks [Ti(H2O)6]3+
Elektron tersebut dapat mengadakan transisi ke orbital eg
t2g1 eg0 t2g0 eg1
spectrum absorbsi dari transisi tersebut berupa sebuah puncak yang lebar pada daerah sinar tampak dengan maksimum pada 20.300 cm-1 seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.7. Spektrum absorbsi pada daerah sinar tampak larutan ion [Ti(H2O)6]3+ dalam air dengan konsentrasi 0,1 M
Karena 1 kJ.mol-1 = 83,6 cm-1 maka energi yang diperlukan untuk transisi tersebut adalah:
20300 cm-1 = 1 kJ.mol-1 = 243 kJ.mol-1
83,6 cm-1
Energi transisi tersebut setara dengan energi dari kebanyakan ikatantunggal. Pada ion [Ti(H2O)6]3+ harga 10 Dq atau ΔO dapat dianggap sebesar 243 kJ.mol-1. Untuk ion-ion kompleks dengan orbital d ion pusat terisi lebih dari satu elektron maka pola transisinya menjadi lebih rumit karena adanya interaksi antara elektron-elektron pada orbital-orbital d tersebut, sehingga pengukuran harga 10 Dq menjadi lebih sukar.
1.2 Sifat Magnetik Senyawa Kompleks Oktahedral
Di muka telah dijelaskan bahwa pada kompleks octahedral orbital-orbital d ion pusat akan terpisah menjadi dua kelompok orbital yaitu orbital t2g dan eg. apabila orbital d ion pusat terisi oleh tiga buah elektron maka tiga elektron tersebut akan menempati tiga orbital t2g yang ada dengan spin yang pararel. Apabila orbital d ion pusat terisi oleh empat elektron maka elektron yang keempat akan memiliki dua kemungkinan yaitu menempati orbital eg atau menempati orbital t2g dan berpasangan dengan salah satu elektron yang telah ada pada orbital tersebut. Apabila elektron keempat menempati orbital eg maka diperlukan energi sebesar 10 Dq, sedangkan apabila berpasangan dengan salah satu elektron yang telah ada diorbital t2g diperlukan energi pemasangan elektron(P). Dipilihnya salah satu dari dua kemungkinan di atas tergantung pada perbedaan besarnya harga 10 Dq. Apabila harga 10 Dq < P maka kompleksnya merupakan kompleks dengan
konfigurasi 1 konfigurasi 2
Untuk kompleks oktahedral dengan harga 10Dq < P konfigurasi 1 lebih stabil dibandingkan konfigurasi 2.
Apabila harga 10 Dq > P maka kompleksnya merupakan kompleks dengan
eg eg
10 Dq > P 10 Dq > P
t2g t2g
konfigurasi 1 konfigurasi 2
Untuk kompleks oktahedral dengan harga 10Dq > P konfigurasi 1 lebih stabil dibandingkan konfigurasi 2.
Urutan pengisian elektron kelima sampai elektron kedelapan juga ditentukan oleh kekuatan
Tabel 4.1. Konfigurasi elektron pada kompleks oktahedral dengan
| | ||
dn | Konfigurasi elektron | dn | Konfigurasi elektron |
d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10 | t2g1 eg0 t2g2 eg0 t2g3 eg0 t2g3 eg1 t2g3 eg2 t2g4 eg2 t2g5 eg2 t2g6 eg2 t2g6 eg3 t2g6 eg4 | d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10 | t2g1 eg0 t2g2 eg0 t2g3 eg0 t2g4 eg0 t2g5 eg0 t2g6 eg0 t2g6 eg1 t2g6 eg2 t2g6 eg3 t2g6 eg4 |
Konfigurasi elektron hanya yang dituliskan berkaitan dengan elektron pada orbital d atom pusat saja. Pada kompleks octahedral. Kompleks-kompleks dengan ion pusat yang sama dapat berada pada
Contoh 1: Ion kompleks [CoF6]3- bersifat para magnetik, sedangkan ion kompleks [Co(NH3)6]3+ bersifat diagmanetik jelaskan fakta tersebut.
Untuk ion kompleks [CoF6]3-
Ion pusat = Co3+
Konfigurasi elektron ion Co3+= [Ar] 3d6
Dalam
.
Sifat paragmanetik ion [CoFe6]3- disebabkan karena adanya empat buah elektron yang tidak berpasangan pada orbital d ion pusat.
Untuk ion kompleks [Co(NH3)6]3+
Ion pusat = Co3+
Konfigurasi elektron ion Co3+ = [Ar] 3d6
Karena ion tersebut bersifat diagmanetik maka semua elektron pada orbital d akan berpasangan dengan diagram energi orbital d seperti di bawah ini.
Dipasangkannya elektron pada orbital t2g disebabkan karena harga 10Dq > P.
Contoh 2: [Fe(H2O)6]3+ merupakan ion kompleks dengan spin tinggi sedangkan [Fe(CN)6]3- merupakan ion kompleks dengan spin rendah. Jelaskan fakta-fakta tersebut.
Ion kompleks [Fe(H2O)6]3+ dan [Fe(CN)6]3- memiliki ion pusat yang sama yaitu Fe3+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d5. spin tinggi terjadi bila 5 elektron pada orbital d tersebut tidak berpasangan sedangkan spin rendah terjadi apabila 4 dari 5 elektron tersebut berpasangan. Tinggi energi orbital-orbital d ion pusat pada kompelks [Fe(H2O)6]3+ adalah sebagai berikut:
Elektron keempat dan kelima menempati orbital eg karena 10Dq < P. [Fe(H2O)6]3+ merupakan ion kompleks dengan spin tinggi.
Tingkat energi orbital-orbtal d ion pusat pada kompleks [Fe(CN)6]3- adalah sebagai berikut.
Elektron keempat dan kelima berpasangan dengan 2 elektron yang terdapat pada orbital t2g karena harga 10Dq > P. [Fe(CN)6]3- merupakan ion kompleks dengan spin rendah.
2. Kompleks Tetrahedral
Apabila 8 ligan mendekati ion logam melalui pojok-pojok dari suatu kubus maka ligan-ligan tersebut berintraksi secara tidak langsung dengan orbital-orbital d yang ada seperti terlihat pada gambar di bawah.
Gambar 4.8. Interaksi antara 8 ligan dengan orbital-orbital d pada ion logam
Meskipun interaksi tersebut tidak langsung. Interaksi ligan dengan orbital t2g lebih kuat dari pada interaksi ligan dengan orbital eg. hal ini menyebabkan kenaikan tingkat energi orbital t2g lebih besar disbandingkan kenaikan tingkat energi orbital eg. apabila hanya 4 ligan yang mendekati ion pusat maka ligan-ligan tersebut akan mendekati ion pusat melalui empat buah pojok dari kubus dalam geometri tetrahedral seperti pada gambar 8.7 (4 buah lingkaran hitam atau putih). Pada posisi ini tolakan antara ligan-ligan adalah minimal.
Diagram tingkat energi orbital-orbital d pada
Gambar 4.9. Pemisahan orbital-orbital d pada
Pada kompleks tetrahedral interaksi antara ligan dengan orbital-orbital d ion pusat adalah tidak langsung dan ligan yang berintraksi hanya empat buah, sehingga
Contoh: Ion kompleks [FeCl4]2- berbentuk tetrahedral. Ramalkan apakah ion kompleks tersebut bersifat paramagnetik atau diagmanetik.
[FeCl4]2- memiliki ion pusat Fe2+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d6. diagram tingkat energi orbital d dari ion pusat adalah sebagai berikut.
Elektron ketiga sampai kelima menempati orbital t2g karena harga 10DqTd < P. elektron keenam berpasangan dengan salah satu elektron yang menempati orbital eg. adanya empat elektron yang tidak berpasangan menyebabkan ion [FeCl4]- bersifat paramagnetik.
3. Kompleks Linear
Kompleks linear dapat dianggap sebagai turunan dari kompleks octahedral yaitu apabila dua pasangan ligan yang posisinya berlawanan pada sumbu x dan y dijauhkan dari atom pusat sampai jaraknya tak berhingga.
Putusnya ikatan antara atom pusat dengan 4 ligan pada sumbu x dan y menyebabkan terjadinya penstabilan orbital-orbital d yang memiliki komponen x dan y seperti ditunjukan dengan diagram dibawah.
Diagram tingkat energi orbital-orbital d untuk
Gambar 4.10. Diagram tingkat energi orbital-orbital d pada
Kompleks linear biasanya diperoleh dengan ion pusat Cu+, Ag+, Au+dan Hg+ misalnya pada kompleks [Cu(NH3)4]2+, [Ag(NH3)2]+, [CuCl2]-, [Ag(CN)2]- dan [Hg(CN)2]-. Kompleks-kompleks tersebut bersifat diagmanetik.
Salah satu senyawa kompleks yang seringkali dijadikan contoh pada pengajaran senyawa kompleks di Sekolah Menengah Umum adalah [Ag(NH3)2]Cl. Ironinya senyawa kompleks tersebut sampai saat ini belum berhasil dikristalkan. Senyawa lain yang memiliki ion kompleks yang sama adalah [Ag(NH3)2]NO3. ion kompleks dalam senyawa tersebut adalah [Ag(NH3)2]+ yang berbentuk linear.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan
Kekuatan
a. Muatan Ion Pusat
Bertambah muatan ion pusat akan menyebabkan ligan-ligan tertarik lebih dekat ke ion pusat sehingga interaksi antara ligan-ligan dengan orbital-orbital d ion pusat bertambah kuat akibatnya pemisahan orbital d makin besar dan
b. Jumlah dan Geometri dari Ligan
Semakin banyak jumlah ligan yang terikat pada ion pusat
ΔTd = 4 Δo atau 10 DqTd = 4 Dqo
9 9
Dalam hal ini ada dua faktor yang mempengaruhi harga 10 Dq. Pada kedua kompleks tersebut yaitu:
a). Interaksi anatara ligan-ligan dengan orbital-orbital d dari ion pusat pada
b). Bertambahnya jumlah ligan akan memperbesar kekuatan interaksi dan pemisahan orbital-orbital d.
c. Jenis Ligan
Ligan yang berbeda akan mengahsilkan kekuatan
d. Jenis Ion Pusat
Dalam satu golongan untuk ion-ion dengan muatan yang sama kekuatan
5. Energi Penstabilan Medan Kristal
Di muka telah diberikan bahwa pada kompleks oktahedral perbedaan energi antara orbital t2g dan eg dinyatakan harga dengan 10Dq atau ∆o. Pada simetri oktakhdral bila elektron mengisi orbital t2g akan terjadi penstabilan dan bila mengisi orbital eg akan terjadi pentidakstabilan. Pentidakstabilan juga terjadi bila elektron-elektron dipasangkan pada suatu orbital. Energi yang terlibat pada penstabilan suatu kompleks disebut energi penstabilan
Pada kompleks oktahdral dengan
Pada kompleks oktahedral besarnya CSFE untuk
Tabel 4.2. Energi Penstabilan
Dengan Medan Lemah
dn | Konfigurasi | Jumlah elektron yang tidak berpasangan | B. CFSE |
d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d0 | t2g1 eg0 t2g2 eg0 t2g3 eg0 t2g3 eg1 t2g3 eg2 t2g4 eg2 t2g5 eg2 t2g6 eg2 t2g6 eg3 t2g6 eg4 | 1 2 3 4 5 4 3 2 1 0 | -4 Dq -8 Dq -12 Dq -6 Dq 0 -4 Dq + P -8 Dq + 2P -12 Dq + 3P -6 Dq + 4P -0 Dq + 5P |
Fakta-fakta yang menunjukkan adanya penstabilan
5.1 Jari-jari Ion Pusat
Adanya penstabilan
Untuk ion Sc2+ sampai Ga3+ perubahan jari-jari dalam kompleks oktahedral dengan
Gambar 4.11. Perubahan jari-jari ion M3+ dari unsur-unsur transisi deret pertama
pada kompleks oktahedral dengan
Pada kompleks oktahedral dengan
5.2 Entalpi Hidrasi
Di dalam larutan dengan pelarut air ion-ion logam transisi deret pertama dapat dianggap membentuk ion kompleks akua dengan geometri oktahedral.
M2+ + 6H2O [M(H2O)6]2+ ΔH hidrasi < 0
Untuk ion kompleks dengan tingkat oksidasi +2 (ion M2+) ion kompleks yang terbentuk dapat dianggap merupakan kompleks oktahedral dengan
Perubahan entalpi hidrasi ion-ion tersebut sebagai fungsi dari jumlah elektron pada orbital d adalah paralel dengan perubahan jari-jari ion seperti ditunjukan pada gambar berikut:
Gambar 4.12. Entalpi hidarsi ion M2+ dari unsur-unsur transisi deret pertama sabagai fungsi dan banyaknya elektron pada orbital d
6. Distorsi Pada Kompleks Oktahedral
Suatu kompleks oktahedral misalnya [MF6]3- belum tentu keenam ikatan M-F yang ada memiliki panjang yang sama. Hal ini disebabkan oleh adanya distorsi yang mungkin terjadi pada kompleks tersebut.
a. Distorsi Tetragonal
Pada kompleks otahedral apabila dua ligan yang berposisi trans (misalkan 2 ligan searah dengan sumbu z) dijauhkan atau didekatkan terhadap atom pusat maka kompleks yang ada dikatakan mengalami distorsi tetragonal
Gambar 4.13. Distorsi tetragonal
Distorsi ini akan merubah simetri dari kompleks yang ada yaitu dari kelompok titik Oh ke kelompok titik D4h dengan tingkat simetris pada Oh lebih tinggi dibandingkan pada D4h. Meskipun demikian, pada situasi tertentu akibat adanya efek Jahn-Teller distorsi yang terjadi justru menguntungkan.
Teorema Jahn-Teller menyatakan bahwa untuk molekul non linier pada keadaan elektronik yang degenerat, suatu distorsi harus timbul untuk menghasilkan sistem dengan energi yang lebih rendah, dan tingkat degenerasinya berkurang. Andaikan ligan pada arah z mengalami distorsi tetragonal maka diagram tingkat energi orbital d akan mengalami perubahan seperti pada gambar dibawah.
Gambar 4.14. Diagram tingkat energi orbital d untuk distorsi tetragonal dengan (a) ligan z ke luar dan (b) ligan z ke dalam
Akibat distorsi ini orbital t2g dan orbital eg akan mengalami pemisahan lebih lanjut. Apabila ligan z keluar maka tolakan antara elektron-elektron dari ligan dengan elektron-elektron dari ion pusat (yang menempati orbital-orbital d yang mengandung komponenz seperti dxz, dyz, dan dz2) akan berkurang. Berkurangnya
Distorsi Jahn-Teller terjadi untuk ion pusat dengan d1, d2, d4, d5, d7, dan d9, pada kompelks oktahedral dengan medan kuat dan ion pusat dengan d1 distorsi melalui ligan z ke dalam memberikan penstabilan sebesar –2/3δ2 sedangkan distorsi melalui ligan z keluar akan memberikan penstabilan sebesar –1/3δ2. Dengan demikian untuk ion pusat dengan d1 distorsi melalui ligan z ke dalam adalah lebih menguntungkan dibandingkan distorsi melalui ligan z keluar karena penstabilannya lebih besar. Untuk kompleks oktahedral distorsi Jahn-Teller pada berbagai dn ditunjkan dengan tabel dibawah ini.
Tabel 4.3. Distorsi Jahn-Teller kompleks oktahedral untuk berbagai harga dn
| | ||||||
dn | Konfigurasi elektron | Distorsi ligan z | Energi penstabilan | dn | Konfigurasi elektron | Distorsi ligan z | Energi penstabilan |
d1 d2 d4 d5 d7 d9 | t2g1eg0 t2g2eg0 t2g4eg0 t2g5eg0 t2g6eg1 t2g6eg3 | Ke dalam Ke luar Ke dalam Ke laur Ke luar/ Ke dalam Ke dalam/ ke luar | –2/3δ2 –2/3δ2 –2/3δ2 –2/3δ2 –1/2δ1 –1/2δ1 | d1 d2 d4 d5 d7 d9 | t2g1eg0 t2g2eg0 t2g3eg1 t2g4eg2 t2g5eg2 t2g6eg3 | Ke dalam Ke luar Ke dalam/ ke luar Ke dalam ke luar Ke dalam/ ke luar | –2/3δ2 –2/3δ2 –1/2δ1 –2/3δ2 –2/3δ2 –1/2δ1 |
Salah satu contoh ion kompleks yang mengalami distorsi Jahn-Teller adalah [Ti(H2O)6]3+ dengan ion pusat Ti3+ yang mempunyai sebuah elektron pada orbital 3d. Elektron tersebut akan menempati orbital dxy dan menghasilkan penstabilan sebesar –2/3 δ2 dengan pola distorsi ligan z ke luar. Akibat distorsi ini transisi elektron dapat terjadi dari orbital dxy ke orbital dx2-y2 dan orbital dz2 seperti ditunjukan pada gambar di bawah.
Gambar 4.15. Tingkat energi orbital 3d pada [Ti(H2O)6]3+
beserta transisi yang terjadi
Spektrum absorbsi ion [Ti(H2O)6]3+ ditunjukan pada gambar 6. Sebagai akibat dari pemisahan orbital t2g dan eg maka absorbsi tersebut muncul sebagai suatu shoulder akibat superposisi dua puncak absorbsi dari dua transisi dengan panjang gelombang yang kecil perbedaannya. Pada ion lain misalnya [CoF6]3- dengan ion pusat Co3+ (d6) transisi terjadi dari orbital dxy ke orbital dx2-y2 dan orbital dz2 mirip dengan transisi pada ion [Ti(H2O)6]3+. Kedua transisi tersebut muncul sebagai dua puncak yang terpisah karena terjadi dengan dua panjang gelombang yang perbedaannya cukup besar seperti terlihat pada gambar dibawah.
Gambar 4.16. Spektrum absorbsi pada daerah sinar tampak dari ion [CoF6]3-
b. Distorsi Trigonal
Pada distorsi ini terjadi perpanjangan atau pemendekan jarak antara dua bidang sejajar dari suatu oktahedral melalui sumbu C3 yang melewati pusat dari dua bidang tersebut seperti terlihat pada gambar dibawah.
Gambar 4.17 Distorsi trigonal (a) pemendekan dan (b) perpanjangan jarak antara 2 bidang sejajar.
Akibat distorsi ini kompleks yang ada berubah dari bentuk oktahedral ke bentuk antiprisma trigonal.
7. Saling Silang Spin (Crossover Spin)
Pada kompleks oktahedral dengan
Dari gambar diatas tampak bahwa: (1) penstabilan pada
Untuk kompleks oktahedral dengan ion pusat yang sama perubahan kekuatan
Disebelah kiri atau kanan titik saling-silang kompleks yang sama tetapi dengan spin (S) yang berbeda dapat mengadakan kesetimbangan termal dengan populasi dua kompleks dengan spin yang berbeda tersebut ditentukan oleh distribusi Boltzmann. Contohnya adalah pada kompleks tris (N,N-dialkilditiokarbama) besi (III), [Fe(S2 CNRR’)3], yang dipelajari pada tahun 1931.
Apabila kompleks tersebut didinginkan sampai suhunya sedikitnya di atas 0 K maka kerentangan magnitnya bersesuaian untuk kompleks dengan spin rendah (S = 1/2). Pada waktu dipanaskan kerentangan magnitnya naik dengan pelan dan ketika mencapai suhu 350 K kerentangan magnitnya bersesuaian untuk kompleks dengan spin tinggi (S =2 ½). Pemanasan mangakibatkan terjadinya transisi 2 elektron dari orbital t2g ke orbital eg. Karena 2 elektron tersebut menempati orbital eg yang berinteraksi secara langsung dengan ligan maka terjadinya perubahan spin tersebut akan diikuti dengan bertambah panjangnya ikatan Fe-S. Hal ini adalah sesuai dengan fakta eksperimen yang ada. Panjang ikatan Fe-S pada kompleks dengan spin rendah adalah 230 pm, sedangkan pada kompleks dengan spin tinggi adalah 240 pm.
8. Warna Senyawa Kompleks
Apabila atom-atom menyerap cahaya dengan frekuensi tertentu. Elektron-elektronnya akan mengalami transisi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada senyawa koordinasi.
Bila suatu berkas cahaya putih yang sejajar didatangkan pada sebuah prisma dari gelas maka selain mengalami pembiasan, berkas cahaya tersebut akan diuraikan menjadi berbagai warna dengan warna-warna utama warna merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu. Jika cahaya yang dikeluarkan dari prisma tersebut ditangkap pada sebidang layar maka akan tampak suatu pita yang berwarna pada layar tersebut. Susunan warna pada pita cahaya tersebut disebut dengan spektrum cahaya putih beserta warna komplemennya diberikan pada tabel dibawah.
Tabel 4.4. Warna-warna cahaya pada spektrum cahaya tampak
beserta warna komplemennya
Panjang Gelombang (nm) | Warna Cahaya | Warna Komplementer |
400-420 420-460 460-490 490-510 510-540 540-560 560-590 590-650 650-750 | Ungu Nila Biru Hijau-biru Hijau Hijau-kuning Kuning Jingga merah | Hijau-kuning Kuning Jingga Merah Merah ungu Ungu Nila Biru Hijau-biru |
Warna yang tampak pada suatu benda merupakan warna komplementer dari warna yang diserap oleh benda tersebut. Misalnya warna biru dari sebuah benda merupakan warna komplementer dari warna jingga yang diserap oleh benda tersebut.
Suatu senyawa kompleks dapat tidak berwarna, berwarna hitam atau memiliki salah satu warna komplementer yang ada pada tabel diatas. Suatu senyawa kompleks akan tidak berwarna apabila: (1) tidak menyerap cahaya yang ada dalam spektrum cahaya tampak: (2) menyerap cahaya di daerah ultra ungu (λ< 400 nm) atau (3) menyerap cahaya di daerah inframerah (λ > 750 nm). Senyawa-senyawa kompleks yang tidak berwarna dapat disebabkan karena ion pusatnya memiliki orbital d yang ada telah berisi penuh maka warna tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya kromofor pada ligan yang ada. Suatu senyawa kompleks berwarna hitam apabila menyerap semua warna cahaya yang terdapat pada spektrum cahaya tampak
Senyawa-senyawa kompleks yang memiliki warna tertentu selain hitam dapat disebabkan karena ion pusatnya memiliki orbital d yang belum terisi penuh. Adanya orbital d yang belum terisi penuh memungkinkan untuk terjadinya transisi elektron dari satu orbital d ke orbital d lain yang tingkat energinya lebih tinggi. Pada kompleks oktahedral transisi elektron tersebut adalah dari orbital t2g ke orbital eg. Pada kompleks-kompleks yang berwarna transisi ini disertai dengan penyerapan cahaya tampak dengan warna tertentu. Misalnya warna biru yang terdapat pada larutan yang mengandung ion [Co(H2O)6]3+ adalah disebabkan karena larutan tersebut menyerap warna jingga dari cahaya putih yang mengenainya.
Untuk kompleks okta hedral warna cahaya yang diserap adalah tergantung pada kekuatan
9. Kelemahan
Teori
a.
b. Ligan yang memiliki momen dipol lebih besar seharusnya menimbulkan
c. Senyawa kompleks dengan atom pusat memiliki bilangan oksidasi nol dan ligan yang netral seperti [Ni(CO)4] seharusnya tidak mungkin terbentuk karena tidak terdapat
Fakta-fakta diatas menunjukan bahwa asumsi yang mendasari teori
B. Soal-Soal Latihan
1. Gambarkan diagram tingkat energi orbital d ion pusat dari kompleks [CoCl6]3- dan [Co(CN)6]3-. Tunjukkan ion kompleks yang bersifat paramagnetik dan ion kompleks yang bersifat diamagnetik.
2. Pada senyawa kompleks [Ni(Cl)4][Ni(CN)4 terdapat sebuah ion bersifat paramagnetik sedangkan yang lain bersifat diamagnetik. Tunjukkan ion-ion tersebut dan jelaskan fakta-fakta yang ada.
3. Diberikan ion kompleks [FeF6]3- dan [Fe(CN)6]3-. Tunjukkan ion kompleks yang memiliki spin tinggi dan kompleks yang memiliki spin rendah.
4. Pada [Fe(H2O)6]2+ dan [Fe(H2O)6]3+ manakah yang memiliki 10 Dq yang lebih besar. Jelaskan jawaban anda.
5. Pada [Ti(H2O)4]3+ dan [Ti(H2O)6]3+ manakah yang memiliki 10 Dq yang lebih besar. Jelaskan jawaban anda.
6. Pada ion [Cr Cl6]3-, [Cr(NH3)6]3+ dan [Cr(CN)6]3- manakah yang memiliki 10 Dq yang lebih besar. Jelaskan jawaban anda.
7. Pada ion [Co(NH3)6]3+, [Rh(NH3)6]3+ dan [Ir(NH3)6]3+ manakah yang memiliki 10 Dq yang lebih besar. Jelaskan jawaban anda.
8. Gambarkan diagram tingkat energi orbital d ion pusat dari kompleks [CoCl6]3- dan [Co(CN)6]3-. Hitung energi penstabilan
9. Pada senyawa kompleks [Ni(NH3)4][Ni(CN)4 terdapat sebuah ion bersifat paramagnetik sedangkan yang lain bersifat diamagnetik. Tunjukkan ion-ion tersebut dan hitunglah harga CFSE masing-masing senyawa.
10. Diberikan ion kompleks [FeF6]3- dan [Fe(CN)6]3- Hitung energi penstabilan
11. Pada senyawa di soal nomor 3 di atas, Ramalkan ion kompleks yang memiliki jari-jari ion pusat lebih pendek
12. Gambarkan diagram tingkat energi orbital d ion pusat dari kompleks [Co(CN)6]3-. Ramalkan apakah 6 ikatan antara Co dan CN memiliki ikatan yang sama panjang.
13. Pada senyawa kompleks [Ni(NH3)6]2+. Ramalkan apakah 6 ikatan antara Ni dan NH3 memiliki ikatan yang sama panjang.
14. Ramalkan apakah
a. 6 ikatan Cr – C pada [Cr(CN)6]3- sama panjang?
b. 6 ikatan Fe – C pada [Fe(CN)6]3- sama panjang?
15. Ramalkan kemungkinan terjadinya saling-silang spin pada:
a. [Ti(H2O)6]3+
b. [Fe(S2CNMe2)3]
16. Ramalkan kemungkinan terjadinya saling-silang spin pada:
a. [FeF6]3-
b. [Fe(CN)6]3-
17. Ramalkan kemungkinan terjadinya saling-silang spin pada:
a. [Ti(H2O)6]3+
- [Fe(S2CNMe2)3]
18. Jelaskan proses terjadinya warna pada senyawa kompleks.
19. Suatu senyawa kompleks dapat tidak berwarna. Jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi.
20. Ramalkan kecenderungan warna yang akan terjadi pada senyawa-senyawa kompleks berikut ini:
a. [Co(H2O)6]3+
b. [Co(CN)6]3-
c. [Co(NH3)6]3+
C. Petunjuk Jawaban
1. Ion kompleks [CoCl6]3- dan [Co(CN)6]3- memiliki ion pusat yang sama yaitu Co3+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d6. untuk ion [CoCl6]3-
2. Senyawa [Ni(NH3)4][Ni(CN)4 dibentuk dari dua ion kompleks dengan ion pusat yang sama yaitu Ni2+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d8. ion kompleks positif berbentuk tetrahedral dengan diagram tingkat energi orbital d ion pusat adalah 10Dq > P. Ion kompleks negatif berbentuk bujur sangkar dengan diagram tingkat energi orbital d akan mengikuti diagram tingkat energi untuk kompleks bujursangkar. Kemagnetan dapat dilihat dari elektron yang menempat orbital-orbital yang ada.
3. Untuk mengetahui suatu kompleks memiliki spin tinggi atupun spin rendah, harus diawali dari pembuatn diagram tingkat energi untuk masing-masing kompleks. Hal ini mengikuti diagram tingkat energi untuk setiap jenis kompleks. Semakin banyak elektron yang tidak berpasangan maka semakin tinggi spinnya dan sebaliknya. Misalnya pada suatu kompleks tertentu memiliki 5 elektron yang tidak berpasangan maka harga spinnya adalah 5 x ½ = 2,5 dan untuk kompleks yang memiliki 3 elektron yang tidak berpasangan maka harga spinnya adalah 3 x ½ = 1,5.
4. Untuk menjawab latihan 4 sampai dengan 7 perlu memperhatikan uraian materi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
5. Untuk menjawab latihan 8 – 11 dapat diawali dari menggambarkan diagram tingkat energi untuk masing-masing kompleks. Selanjutnya perhitungan CFSE dapat dilakukan dengan memperhatikan penyebaran elektron yang ada pada setiap orbital. Kompleks yang memiliki energi penstabilan
6. Petunjuk menjawab latihan 12 – 14 yaitu suatu kompleks akan memiliki ikatan yang sama panjang jika tidak mengalami distorsi Jahn-Teller. Sebaliknya jika kompleks mengalami distrorsi Jahn-Teller maka ikatannya tidak sama panjang. Ikatan akan memanjang jika ligan-ligannya adalah z-out (z ke luar) dan ikatan akan memendek jika ligan-liganya adalah z-in (z ke dalam). Untuk selanjutnya baca kembali uraian materi ini.
7. Dalam menjawab soal latihan 15 – 17 yaitu Ion pusat dari [Ti(H2O)6]3+ adalah Ti3+ dengan konfigurasi elektron (Ar)3d1. Transisi elektron dari orbital t2g ke orbital eg tidak merubah harga spin elektron (S) sehingga [Ti(H2O)6]3+ tidak dapat mengalami saling silang spin. Sedangkan pada [Fe(S2CNMe2)3] dapat terjadi saling silang spin. Lihat penjelasan tentang hal ini dalam uraian materi yang sudah diberikan.
8. Untuk menjawab soal latihan 18 - 20, dapat dilihat pada uraian tentang warna senyawa kompleks. Untuk kompleks dengan ion pusat yang sama dengan semakin bertambahnya kekuatan ligan warna kompleks tersebut cenderung semakin pucat.
D. Rangkuman
Berdasarkan teori
Kekuatan
Energi yang terlibat pada penstabilan suatu kompleks disebut energi penstabilan
Suatu kompleks oktahedral misalnya [MF6]3- belum tentu keenam ikatan M-F yang ada memiliki panjang yang sama. Hal ini disebabkan oleh adanya distorsi yang mungkin terjadi pada kompleks tersebut.
Kompleks oktahedral dapat mengalami saling-silang spin yaitu perubahan sifat magnetik kompleks karena faktor temperatur atau perubahan jenis ligan. Pada kompleks oktahedral dengan
Suatu senyawa kompleks dapat memiliki warna-warna tertentu apabila ion pusatnya memiliki orbital-orbital d yang belum terisi penuh dan transisi elektron dari suatu orbital d ke orbital d yang tingkat energinya lebih tinggi memerlukan cahaya yang ada dalam spektrum sinar tampak.
Asumsi yang dikemukakan oleh teori
III. PENUTUP
A. Tes Formatif
1. Berdasarkan teori
a. kenaikan dan penurunan tingkat eneregi orbital-orbital d ion pusat
b. penurunan tingkat energi orbital-orbital d ion pusat
c. kenaikan tingkat energi orbital-orbital d ion pusat
d. kenaikan simetri orbital-orbital d ion pusat.
2. Pada kompleks oktahedral tingkat energi orbital:
a. dxy = dxz = dyz > dX2.Y2 = dZ2
b. dxy = dxz = dyz < dX2.Y2 = dZ2
c. dX2.Y2 = dxy > dxz = dyz = dZ2
d. dX2.Y2 = dxy < dxz = dyz = dZ2
3. Pada kompleks tetrahedral tingkat energi orbital :
- dxy = dxz = dyz > dX2.Y2 = dZ2
- dxy = dxz = dyz < dX2.Y2 = dZ2
- dX2.Y2 = dxy > dxz = dyz = dZ2
- dX2.Y2 = dxy < dxz = dyz = dZ2
4. Pada kompleks bujur sangkar tingkat energi orbital:
a. dxy = dxz = dyz < dX2.Y2 = dZ2
b. dxy = dxz = dyz > dX2.Y2 = dZ2
c. dxz = dyz < dZ2 < dxy < dX2.Y2
d. dxz = dyz = dZ2 < dxy = dX2.Y2
5. Pada kompleks lincar tingkar tingkat energi orbital :
- dxy = dxz = dyz < dX2.Y2 = dZ2
- dxy = dxz = dyz > dX2.Y2 = dZ2
- dxz = dyz < dZ2 < dxy = dX2.Y2
- dxy = dX2.Y2 < dxz = dyz < dZ2
6. ion Ti3+ dapat membentuk ion kompleks [Ti(H2O)6]3+.[Ti(NH3)6]3+.[Ti(CN)6]3-.[TiF6]3-. Dari ion-ion kompleks tersebut harga 10 Dq terbesar terdapat pada ion:
a. [Ti(H2O)6]3+ b. [Ti(NH3)6]3+ | c. [Ti(CN)6]3- d. [TiF6]3- |
7. Pernyataan dibawah ini yang salah adalah:
a. kekuatan
b. kekuatan
c. kekuatan
d. kekuatan
8. Ion Co3+ dapat membentuk ion kompleks [CoF6]3- . [Co(NH3)6]3+ . [Co(H2O)6]3+ . [Co(CN)6]3_. Dari ion-ion kompleks tersebut yang memiliki harga 10 Dq paling besar adalah:
a. [CoF6]3- b. [Co(H2O)6]3+ | c. [Co(NH3)6]3+ d. [Co(CN)6]3- |
9. Ligan CN- dapat membentuk ion-ion kompleks [V(CN)6]3-, [Mn(CN)6]3- [Fe(CN)]3- dan [Co(CN)6]3-. Dari ion-ion tersebut yang memiliki harga 10 Dq paling besar adalah:
a. [V(CN)6]3- b. [Mn(CN)6]3- | c. [Fe(CN)]3- d. [Co(CN)6]3- |
10. Dari ion-ion kompleks [Sc(H2O)6]3+.[Ti(H2O)6]3+.[V(H2O)]3+ dan [Cr(H2O)6]3+. Dari ion-ion tersebut yang memiliki harga 10 Dq paling besar adalah:
a. [Sc(H2O)6]3+ b. [Ti(H2O)6]3+ | c. [V(H2O)]3+ d. [Cr(H2O)6]3+ |
11. Ion-ion kompleks oktahedral di bawah ini yang merupakan kompleks dengan ligan kuat adalah:
a. [Ti(NH3)6]3+ b. [V(NH3)6]3+ | c. [Fe(CN)6]3- d. [Cr(NH3)6]3+ |
12. Ion Ti3+ dapat membentuk ion kompleks [Ti(H2O)6]3+.[Ti(NH3)6]3+.[Ti(CN)6]3-[TiF6]3-. Dari ion-ion kompleks tersebut yang memiliki CFSE paling besar adalah:
a. [Ti(H2O)6]3+ b. [Ti(NH3)6]3+ |
|
13. Ion Ni2+ dapat membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi 4. Dari ion-ion kompleks tersebut yang memiliki CFSE paling besar adalah:
a. [NiCl4]2- b. [Ni(NH3)4]2+ |
|
14. Ion Co3+ dapat membentuk ion kompleks [CoF6]3- . [Co(NH3)6]3+ . [Co(H2O)6]3+ . [Co(CN)6]3-. Dari ion-ion kompleks tersebut yang memiliki CFSE paling rendah adalah:
a. [CoF6]3- b. [Co(H2O)6]3+ |
|
15. Pada ion kompleks di soal no. 3 jari-jari atom ion Co3+ terpendek pada ion:
a. [CoF6]3- b. [Co(NH3)6]3+ | c. [Co(H2O)6]3+ d. [Co(CN)6]3- |
16. Ligan CN- dapat membentuk ion-ion kompleks [V(CN)6]3-.[Mn(CN)6]3- [Fe(CN)]3- dan [Co(CN)6]3-. Dari ion-ion tersebut jari-jari ion pusat terpanjang terdapat pada.
a. [V(CN)6]3- b. [Mn(CN)6]3- | c. [Fe(CN)]3- d. [Co(CN)6]3- |
17. Dari ion-ion kompleks [Sc(H2O)6]3+.[Ti(H2O)6]3+.[V(H2O)]3+ dan [Cr(H2O)6]3+. Ion-ion kompleks pembentukannya memiliki enthalphi hidrasi kecil adalah :
a. [Sc(H2O)6]3+ b. [Ti(H2O)6]3+ | c. [V(H2O)]3+ d. [Cr(H2O)6]3+ |
18. Ion-ion kompleks oktahedral di bawah ini yang ikatannya sama panjang adalah:
a. [Ti(NH3)6]3+ b. [V(NH3)6]3+ |
|
19. Distorsi Jahn-Teller dengan dua ligan pada sumbu z menjauhi ion pusat terdapat pada ion kompleks:
a. [Ti(CN)6]3- b. [V(CN)6]3- | c. [Co(CN)6]3- d. [Cr(CN)6]3- |
20. Distorsi Jahn-Teller dengan dua ligan pada sumbu z menjauhi atau ion pusat dapat terjadi pada ion kompleks dengan:
a. Ion pusat d4
b. Ion pusat d4
c. Ion pusat d5
d. Ion pusat d6
21. Ion-ion kompleks oktahedral di bawah ini yang mengalami saling silang spin adalah:
a. [Ti(NH3)6]3+ b. [V(NH3)6]3+ | c. [Fe(CN)6]3- d. [Cr(NH3)6]3+ |
22. Kompleks yang tidak mengalami saling silang spin kecuali:
a. [Ti(CN)6]3- b. [V(CN)6]3- | c. [Co(CN)6]3- d. [Cr(CN)6]3- |
23. Kompleks dibawah yang dapat mengadakan saling silang spin adalah :
a. [Fe(S2NC(CH3)3] b. [Cu(S2NC(CH3)2]2- | c. [Cu(S2NC(CH3)3] d. [Ti(H2O)6]3+ |
24. Larutan adalah tidak berwarna jika didalamnya terdapat ion-ion:
a. [Ni(NH3)4]2+ b. [Cu(CN)2]- | c. [Cu(NH3)4]2+ d. [Ti(H2O)6]3+ |
25. Urutan warna-warna senyawa kompleks berikut dari yang berwarna gelap ke yang berwarna pucat adalah:
a. [Cu(CN)2]-, [Cu(NH3)4]2+, [Cu(en)2)2+
b. [Cu(en)2)2+, [Cu(NH3)4]2+, [Cu(CN)2]-
c. [Cu(CN)2]-, [Cu(en)2)2+ , [Cu(NH3)4]2+
d. [Cu(NH3)4]2+, [Cu(CN)2]- , [Cu(en)2)2+
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan anda dalam menjawab soal-soal yang ada, bandingkan hasil jawaban anda dengan kunci jawaban dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan rumus dibawah untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi ini. rumus:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal tes formatif
Arti tingkat penguasaan yang anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 90% = baik
70% - 80% = sedang
< 69% = kurang
jika anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas. Anda dapat malanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi jika tingkat penguasaan anda masih dibawah 80% sebaiknya anda mengulang Kegiatan Belajar ini dengan sungguh-sungguh, terutama bagian yang belum anda kuasai.
C. Kunci Jawaban
1. c 2. b 3. a 4. c
5. a 6. c 7. a 8. d
9. d 10. d 11. c 12. c
13. d 14. a 15. d 16. a
17. d 18. d 19. b 20. b
21. c 22. c 23. a 24. b
25. d
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E., Russell, J. W., and Holum, J. R. 2000. Chemistry Matter and Its Change,3rdEd. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc.
Companion, A. L. 1964. Chemical Bonding. New York: McGraw-Hill Book Company.
Cotton, F. A. and Wilkinson, G. 1980. Advanced Inorganic Chemistry, a Comprehensive Text, 4th Ed. New York: Jhon Wiley & Sons.
DeKock, R. L. and Gray, H. B. 1980. Chemical Structure and Bonding. Menlo Park: The Benjamin/Cummings Publishing Company.
Douglas, B. E., Mc Daniel, D. H., and Alexander, J.J. 1983. Problems for Inorganic Chemistry. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc.
Effendi. 1998. Kimia Koordinasi. Malang: FMIPA IKIP Malang
Effendi. 2003. Teori VSEPR dan Kepolaran Molekul. Malang: Bayu Media Publishing.
Huheey, J. E., Keiter, E. A., R. L. 1993. Inorganic Chemistry, Principles of Structure and Reactivity, 4th Ed. New York: Harper Collins College Publisher.
Sugiyarto, K.H. 2000. Kimia Anorganik, Dasar-Dasar Kimia Anorganik. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
SENERAI
Ligan : Merupakan basa Lewis yang memiliki pasangan elektron bebas atau memiliki pasangan elektron π
Basa Lewis : Suatu spesies yang bertindak sebagai donor pasangan elektron.
Dekomposisi termal : peruraian suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana karena pemanasan.
Distorsi : perubahan jarak antara atom pusat dengan atom-atom donor pada ligan.
10 Dq : (1) besarnya perbedaan tingkat energi antara orbital t2g dan orbital eg pada kompleks oktahedral atau tetrahedral, (2) besarnya perbedaan tingkat energi antara orbital dxy dan orbital dx2-y2 pada kompleks bujur sangkar.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !