Headlines News :
Home » » Keterampilan Bertanya, Mendengar dan Evaluasi dalam pembelajaran

Keterampilan Bertanya, Mendengar dan Evaluasi dalam pembelajaran

Written By Musrin Salila on Jumat, 09 April 2010 | 08.11

Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dalam CBSA dan sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.

Keterampilan mendengarkan seharusnya mengiringi keterampilan bertanya dalam komunikasi yang efektif. Karena sebaik apa pun komunikasi terhadap seseorang tanpa diiringi dengan kemampuan mendengar maka komunikasi tidak efektif. Kemampuan mendengarkan secara aktif diartikan sebagai proses pemahaman secara aktif untuk mendapatkan informasi, dan sikap dari pembicara yang tujuannya untuk memahami pembicaraan tersebut secara objektif.

Macam-Macam Pertanyaan

Untuk dapat mengimplementasikan keterampilan bertanya dalam pem-belajaran fisika maka seorang guru perlu mengenal macam dari jenis pertanyaan khususnya pertanyan proses dan pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan proses merupakan bentuk pertanyaan yang mengacu pada pengembangan konsep fisika. lewat daur berpikir empirico-logico-verificatio yang antara lain memuat pertanyaan observasi, klasifikasi, komunikasi, kesimpulan, hipotesis, eksperimentasi, dan pengukuran. Selanjutnya pertanyaan tingkat tinggi pada upaya menggali kemampuan siswa berpikir yang melibatkan aspek penilaian, penciptaan dan penalaran yang hakikatnya menyearahkan siswa untuk mampu berpikir taat asas.

Dengan melibatkan aspek-aspek tersebut guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, sehingga perhatian siswa dapat lebih fokus pada pembelajaran dan tidak menimbulkan kebosanan. Dalam kaitan ini, guru sebagai pengelola pembelajaran perlu menghilangkan prasangka terhadap siswa dengan cara mengembangkan keterampilan bertanya dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir serta guru harus sabar dalam menunggu jawaban yang muncul dari siswa.

Penerapan Keterampilan Bertanya

Penerapan keterampilan bertanya dalam pembelajaran fisika menuntut guru untuk lebih memahami materi fisika, yakni fisika berkembang lewat observasi/ pengamatan eksperimen dan berpikir yang taat asas. Oleh karena itu, sumber belajar yang berkaitan dengan lingkungan fisik perlu ditata ulang agar siswa mampu mengembangkan respon indrawinya sehingga kecermatan dan ketelitian, kejujuran dan kesadaran akan adanya masalah dalam setiap pembelajaran menjadi fokus utama yang perlu mendapatkan perhatian. Dalam kaitan ini pengembangan persepsi siswa menjadi acuan utama yang perlu mendapatkan perhatian dan bantuan guru agar siswa memperoleh kemudahan dan mampu membangun konsep yang benar. Keterampilan bertanya perlu memperhatikan loncatan berpikir dari aspek konkret ke abstrak.

Dalam pembelajaran fisika diperlukan pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas yang mampu memberdayakan siswa dalam pembelajaran, Pengelolaan instruksional berkaitan dengan pengelolaan materi yang mampu membangkitkan interes siswa sedangkan pengelolaan kelas berkaitan dengan cara mengatur kelas penyediaan sumber belajar yang mampu menumbuhkan pola interaksi bermakna di kalangan siswa. Maka, penerapan keterampilan bertanya dalam pembelajaran merupakan hal yang penting dan merupakan salah satu aspek yang mampu memberdayakan siswa di kelas.

Evaluasi Pemahaman Konsep dan Praktikum

Agar suatu konsep itu mudah dipahami oleh siswa, maka konsep itu harus jelas, masuk akal, dan penuh manfaat bagi siswa. Pemahaman konsep yang utuh tidak cukup didukung adanya teori, tetapi perlu didukung oleh adanya suatu kegiatan lab misalnya praktikum. Kegiatan praktikum mempunyai maafaat antara lain dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat, mengamati gejala fisis, menyadari perlunya suatu pengukuran yang teliti dan membuat pembelajaraan fisika menjadi bermakna dan bermanfaat bagi siswa.

Evaluasi dalam pemahaman konsep dapat menggunakan tes pilihan, uraian, tes tertulis, tes lisan, pertanyaan tertutup dan/atau pertanyaan terbuka. Aspek yang dievaluasi dalam praktikum dapat meliputi aspek kognitif, psikomotorik maupun aspek afektif. Komponen-komponen hasil kegiatan yang dapat dievaluasi adalah kemampuan membuat laporan, penyelesaian tugas, melakukan aktivitas praktikum maupun didasarkan pada tes pemahaman konsep yang berkaita dengan teori dalam praktikum.

Evaluasi Pemecahan Masalah dan Keterampilan Proses

Pengertian pemecahan masalah dalam modul ni dapat dibedakan menjadi dua pengertian. Dalam pengertian yang lebih sederhana pemecahan masalah dapat diartikan sehagai penyelesaian soal. Pengertian pemecahan nasalah dalam arti yang luas adalah penyelesaian yang tidak hanya membutuhkan pemahaman secara teoritik tetapi juga didasarkan pada pengamatan empirik. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pengertian yang lebih luas dimulai dari menentukan masalah sampai pada langkah menarik kesimpulan. Oleh karena itu, keterampilan yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah akan lebih dekat dengan keterampilan-keterampilan yang ada pada proses sains. Beberapa keterampilan, tersebut ialah mengamati, mengklasifikasikan, mengukur, membandingkan, mengorganisasikan, menganalisis, membuat hipotesis, memprediksi dan menyusun inferensi.

Dalam mengevaluasi pemecahan masalah dan keterampilan proses sains dapat menggunakan tes pilihan, uraian, tes tertulis, tes lisan serta dapat menggunakan bentuk pertanyaan tertutup dan/atau pertanyaan terbuka. Aspek yang dapat dinilai dari hasil kegiatan pemecahan masalah dan keterampilan proses adalah aspek kognitif, psikomotorik, dan aspek efektif

Pemberian Skor dan Nilai

Suatu hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan skoring adalah memeriksa lebih dahulu jawaban pada setiap lembar jawaban untuk mengetahui adanya item yang diberi lebih dari satu jawaban. Sering kali terjadi, subjek yang tidak pasti mengenai jawaban yang benar lalu, melingkari atau memberi silang pada dua atau tiga huruf pilihan jawaban Apabila tidak diteliti lebih dahulu, pemeriksa dapat terkecoh dengan memberikan angka pada demikian itu karena bila lembar jawaban subjek ditutup dengan lembar kunci jawaban, maka pada setiap lubang akan muncul satu jawaban dan jawaban yang lain tertutup oleh lembar kunci. Dengan memeriksa lebih dahulu adanya lebih dari satu jawaban pada satu item, maka pemeriksa dapat langsung menandai item yang bersangkutan sebagai item yang dijawab salah, dan sekalipun muncul pada kunci jawaban akan tetapi tidak akan diberi angka.

Agar skor lebih mempunyai arti dalam kaitannya dengan posisi atau kedudukan relatif para siswa secara individual, maka diperlukan adanya skor standar. Skor standar tidak lain daripada skor mentah yang telah diubah atau dikonversikan dalam bentuk lain berdasarkan mean dan deviasi standar distribusinya. Salah satu bentuk skor standar yang paling populer adalah skor Z. Konversi skor mentah x menjadi skor standar z dilakukan sebagaimana konversi z dalam pembicaraan mengenai distribusi normal standar dalam bab statistika dasar.

Penilaian absolut atau penilaian mutlak adalah penilaian yang didasarkan atas tercapainya standar atau kriteria tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu (criterion-referenced interpretation). Penilaian absolut tidak membandingkan posisi atau kedudukan relatif subjek yang satu dengan posisi subjek yang lain dalam tes, akan tetapi melihat apakah performansi subjek mencapai batas tertentu. Dengan kata lain penilaian absolut akan melihat apakah subjek mampu melakukan tugas spesifik yang ada dalam tes. Karena itu pula penilaian absolut pada dasarnya dipergunakan dalam mastery testing di mana setiap tujuan tes dipnyatakan dalam tugas-tugas spesifik secara tegas. Kriteria sebagai ukuran performansi subjek dapat berupa kecepatan mengerjakan, kecermatan mengerjakan, ataupun persentase item yang dijawab dengan benar.

Satu contoh sederhana penggunaan penilaian absolut adalah dengan menetapkan kriteria penguasaan pelajaran sebagai 80% jawaban benar. Dalam contoh ini maka seorang siswa dianggap kompeten, atau menguasai, atau pun lulus tes, apabila ia dapat memberikan jawaban yang benar terhadap paling tidak 80% dari jumlah item. Tidak dipermasalahkan dan tidak pula dibedakan antara mereka yang menjawab dengan benar 100% atau 90% atau 80%. Kesemuanya dianggap satu golongan, yaitu golongan mereka yang lulus. Sedangkan semua mereka yang dapat menjawab dengan benar sejumlah kurang dari 80% item akan dianggap belum menguasai, tidak peduli apakah mereka dapat menjawab dengan benar 78% atau sama sekali tidak dapat menjawab tes akan dianggap lama saja.

Sumber buku Kapita Selekta Pembelajaran Fisika Karya Zuhdan K. Prasetya, dkk

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | MusrinSalila Template | Galeri Tinangkung
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Galeri Tinangkung - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by MusrinSalila Template