Headlines News :
Home » » Seputar pengetahuan mengenai masalah yang disukai remaja Saat ini

Seputar pengetahuan mengenai masalah yang disukai remaja Saat ini

Written By Musrin Salila on Jumat, 09 April 2010 | 07.40

Kumpulan Cerita-Cerita Ins LLs

Junior Hacker

2005……ampe kapan aja Lah….!!

3S Biar Tahan Lama

Anda mengalami ejakulasi dini atau "cepat keluar"? Kenapa tak mencoba teknik 3S alias start-stop-start, sebelum konsultasi dengan ahli terapi?

 

Bisa dimengerti bila Anda merasa kurang "PeDe" akibat masalah ini. Tapi kini tak perlu kuatir, Anda bisa mulai mempraktikan cara start-stop-start saat ini juga.

 

Boleh dibilang, cara ini adalah cara konvensional, yang mungkin sudah sering Anda dengar. Tapi menurut para ahli, cara ini sangat bagus untuk mengendalikan diri sehingga mengulur waktu ejakulasi.

 

Tentu saja, cara ini membutuhkan kekompakan pasangan dan pengertian. Bila pria sudah merasa akan ejakulasi, maka sebaiknya wanita berhenti melakukan rangsangan. Atau, pria bisa mencabut penisnya keluar.

 

Tenangkan diri sekitar 5-10 menit, hingga aliran darah di daerah kelamin relatif menurun. Setelah itu, silakan melakukan rangsangan kembali. Demikian seterusnya, hingga beberapa kali start-stop-start.

 

Teknik ini bisa dikombinasian dengan cara menutup (menekan) lubang urin (kepala penis) oleh tangan, ketika hendak ejakulasi. Lakukan hal ini secara perlahan, selama 15-20 detik, hingga pria merasa desakan cairan sperma kembali melemah.

Sudah mencoba?

 

 

Annabel, ratu porno sejagad

Setelah sempat dilarang, film porno yang menceritakan kisah nyata Annabel Chong akhirnya beredar juga di Amerika. Anna sempat mencengangkan dunia dengan pengakuannya yang pernah tidur dengan 251 lelaki dalam 10 jam.

 

Pengalaman seks yang dahsyat itu, direkam dalam film yang berdurasi 4 jam. "It is the best thing to being there yourself," komentar gadis kelahiran Singapura, 22 Mei 1972 ini. Bisa diduga, film yang berjudul The Worlds Biggest Gangbang ini kemudian laris di pasaran. Dan yang membuatnya makin populer, lantaran dipromosikan pada Festival Film Montreal, Kanada, 1999 lalu.

 

Mulanya hanya Jepang dan Singapura saja yang memutar film ini. Namun, Amerika kemudian mengijinkan film porno tersebut beredar luas. Konon selama beberapa pekan, film itu mampu bertahan di jajaran film yang paling laku di negeri Paman Sam.

Bermain di film porno agaknya memang telah menjadi obsesi Anna. Tak kurang dari 10 film esek-esek telah dibintanginya. Tampaknya, tak ada hal yang dipikirkannya kecuali seks. Lihat komentarnya ketika membintangi film di mana ia bermain dengan sejumlah gadis Asia lainnya dalam film: I can't believe, I did the whole team.

 

"We did not start shooting until 12.00 noon, but we were finished by 3.00, because all the girls and the guys were into sex. The camera crew was just shooting whatever we did. Everything was totally spontaneous, which was unusual for a porno shoot and I think it shows on video."

 

Semua itu diungkapkan Anna dengan penuh kebanggaan. Tak sedikitpun rasa risih atau malu terlintas dalam ucapan-ucapannya. Bahkan suatu ketika, Anna pernah berujar ingin mencari sutradara atau produser yang mengerti betul tentang dirinya dan ia ingin memproduksi film di mana ia bisa mengaktulisasikan fantasi-fantasi seksualnya.

 

Anna lahir dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya yang guru SD dan ibunya yang guru piano, mampu membiayai segala keperluan keluarga itu. Dasar Anna, ia tidak mensyukuri kenikmatan yang diberikan Tuhan padanya. Sebaliknya, ia sibuk dengan seks.

 

Orangtuanya jelas stres berat. Berbagai cara telah dilakukan untuk 'menyembuhkan' anak gadisnya itu, termasuk mengadakan acara pengusiran setan. Tapi toh, semua sia-sia belaka. Anna makin tak terkendali, terutama setelah ia memutuskan pergi ke AS.

 

Anna sempat mengecap bangku kuliah. Ia memilih fakultas hukum, tapi itu tak bertahan lama. Ia bekerja sebagai pialang saham, fotografer dan seni. Disinilah, keinginan gilanya tersalurkan. Anna juga pernah mendalami jurusan film dan TV. Di sana, ia membuat para dosen tercengang oleh keberaniannya tampil tanpa busana.

 

Sejak itulah, satu demi satu tawaran mengalir hingga akhirnya tercapailah keinginan Anna untuk menjadi bintang film porno paling terkenal sedunia. Lelaki yang menjadi teman 'main' Anna di film, tentu tak terhitung lagi. Tapi ada satu nama yang menemaninya bermain dalam dua film yaitu Ron Jeremy. Namun, lelaki yang bisa memikatnya bukanlah Ron, melainkan Marc Wallis yang juga pernah jadi lawan mainnya. Marc juga bintang film porno lelaki yang digilai perempuan. Sama seperti Anna, ia juga gila seks! Betul-betul gila!

 

 

Bagian-Bagian yang Paling Diminati Cewek

Diam-diam, mata cewek juga suka mampir ke bagian tertentu di tubuh cowok, lho. Ada yang suka melihat ke bagian dada, tapi ada juga yang suka merhatiin paras, bibir, bahkan bokong dan bagian khusus cowok. By the way, bagian mana yang paling menyita perhatian cewek? Lihat aja di kolom komentar.

Devi (26th), misalnya, lebih suka melihat body cowok yang tegap dan atletis. Karena menurutnya, cowok adalah makhluk yang standar. Salah satu hal yang bisa membuat seorang cowok menonjol dari yang lain adalah body atletis dan cara berjalannya."Terus terang, yang pertama gue lihat adalah body-nya, atletis atau nggak, tegap atau bongkok. Body means alot, sedang wajah relatif. Melihat cowok atletis dan tegap, bisa membuat pikiran gue menerawang," kata karyawati sebuah perusahaan Prancis di Jakarta itu.

Menurut Devi, body atletis dan tegap menunjukkan kesehatan, kekuatan dan ketangguhan seorang cowok. Apalagi kalau cowok itu memiliki bahu dan dada yang lebar. Namun begitu, Devi sadar betul bahwa ciri-ciri fisik yang disebutkannya, tidak menunjukkan bahwa pria itu "gape" dan hot.

"Kalau ingin tahu "gape" tidaknya, ajak saja ke disko. Lihat bagaimana caranya berdisko atau bergoyang," lanjutnya. "Kalau seorang cowok jago ber-salsa, bisa dipastikan, dia lebih "gape" dan hot dibanding cowok-cowok yang nggak bisa menari," katanya seperti seorang seXpert saja.

Tapi, itu 'kan baru pendapat Devi. Bagaimana dengan kamu? Bagian mana yang sering kamu lirik dari seorang cowok? Silakan tulis pada kolom komentar di bawah ini.

 

 

Esmud dan seks ganti mobil

Di kalangan para lelaki eksekutif muda, belakangan ini sedang trendi untuk saling bertukar pasangan kencan dengan saling berganti mobil. Kebiasaan ini dilakukan dengan sangat halus dan berhati-hati, jangan sampai pasangan masing-masing sadar.

 

Barter seks dengan saling bertukar kunci mobil, mulai menjadi pilihan untuk menghilangkan kejenuhan pasangan kencan. Yang ternyata juga disetujui oleh pasangan wanita mereka.

 

Sore itu menjelang senja, Heri seorang esmud sebuah perusahaan perkayuan telah meluncur dengan Audinya di jalan menuju ke arah Selatan Jakarta. Ternyata dia sudah berjanji akan menjemput Leni(22) kasir sebuah bank asing, untuk mengajaknya mengarungi malam di sebuah kafe di kawasan Kemang.

Sebelumnya Heri telah menghubungi Toni, manager bursa efek, untuk bergabung bersama. Tidak lupa, Heri berpesan agar mengajak Laras(24), yang bekerja satu gedung dengan Toni di bilangan Sudirman.

 

Senja sudah merambat memasuki malam, dan jarum jam menunjuk angka 20.30. Heri dan Leni sudah tiba lebih dulu di kafe itu. Mereka berdua telah memesan masing-masing segelas minuman sebagai awal appetiser sebelum santap malam bersama dengan Toni dan Laras.

 

Tidak lama kemudian Toni dan Laras datang sambil bergandengan tangan, mereka menuju meja yang telah dipesan sebelumnya oleh Heri, untuk empat orang. Setelah saling bertegur sapa dan bertukar cerita, rupanya mereka telah sedikit saling mengenal. Mereka memesan menu masakan Cina dengan bumbu masak yang di tambah dengan ginseng, untuk lebih 'membakar' semangat mereka.

 

Mereka menikmati hidangan sambil terus saling berbagi dan bertukar cerita. Setelah selesai, masing-masing memilih minuman kesukaan sebagai minuman penutupnya. Terlihat sekali kalau mereka semua memesan minuman beralkohol, sehingga suasana berubah menjadi panas.

 

Awalnya mereka saling bertukar teman saat bergoyang di lantai dansa. Sampai akhirnya menjelang tengah malam, mereka sepakat untuk berpisah sambil menggandeng pasangan masing-masing. Tetapi ternyata kunci mobil telah saling dipertukarkan.

 

Walaupun sedikit terkejut, Laras akhirnya bersedia diantar satu mobil dengan Heri. Mungkin karena pengaruh alkohol, Leni dengan senang hati diantar Toni.

 

Mereka meluncur ke tempat kediaman masing-masing. Tetapi hujan turun begitu derasnya. Toni memutuskan untuk membatalkan untuk mengantar Leni pulang. Dia menawarkan Leni untuk bermalam di apartemennya, yang tidak dijawab tetapi Leni hanya mengangguk, tanda setuju.

 

Leni dan Toni telah berada di sebuah ruangan apartemen yang sempit tetapi tertata dengan apik. Setelah menawarkan Leni untuk membersihkan diri dengan air hangat. Toni minta ijin untuk masuk kamar mandi yang ternyata tidak dikunci.

 

Di bawah pancuran shower mereka bercinta tanpa memperdulikan status mereka masing-masing. Malam itu sungguh merupakan malam yang melelahkan buat Leni, yang baru malam itu mengenal Toni secara mendalam.

 

Ternyata Heri dan Laras yang berkulit kuning langsat, telah menantikan malam itu sebagai sebuah variasi kencan mereka yang mulai terasa membosankan

 

 

Transaksi Esek-esek Seputar Kampus

PERNAH dengar istilah "ayam kampus"? Percaya atau tidak belakangan ini kampus bukan sekedar tempat menuntut ilmu yang lebih tinggi tapi juga sebagai sumber mata pencaharian. Bukan sebagai dosen, bukan sebagai pedagang makanan atau buka usaha fotocopy. Terus apa dong? Ya jadi ayam kampus tadi!

 

Okey, sebagai penjelasan bagi anda-anda sekalian yang (pura-pura) tidak mengerti ayam kampus adalah istilah bagi cewek-cewek kuliahan yang punya side job cewek bayaran yang bisa diajak kencan alias (jawab sendiri!)

 

Kok bisa sih? Bisa aja dong! Usia rata-rata cewek kuliahan itu bisa dibilang sedang ranum-ranumnya. Istilah basinya sedang dalam tahap pencarian jati diri sehingga gampang sekali terbujuk hal-hal yang dari luar tampak gemerlap. Apalagi kalau bukan uang! Dan fenomena ini menjamur dimana-mana dari perguruan tinggi negeri, swasta bahkan akademi-akademi. Uniknya lagi semakin prestisius kampusnya, (denger-denger nih) semakin mahal harga ceweknya! Wah...

 

Kalau ditanya motivasi mereka seperti itu, terkadang ada jawaban yang mengejutkan lho! Contohnya seperti Lia (bukan nama sebenarnya-red) yang mengaku menjalani itu semua sebagai pelarian dari kesuntukan kegiatan kuliah. "Gue sih ngelakuin ini semua cuma buat iseng-iseng sih! Gak ada tuh alasan material, gue berkecukupan kok!" tuturnya sembari melirik Soluna-nya yang terparkir diluar. "Daripada suntuk mending pergi dan having fun sama mereka-mereka itu. Bayaran sih cuma efek samping lagi!"

 

Alasan cewek berambut sepunggung almamater kampus elit di bilangan Kuningan itu berbeda dengan Ochie (lagi-lagi bukan nama sebenarnya-red) yang menuntut ilmu kesekretarisan di sebuah akademi swasta di Jakarta Timur. "Lumayan nih ngerjain profesi ini. Bisa buat bayar kos-kosan fancy dan kemana-mana naik taxi. Tapi gue juga gak asal terima order lho, kalau gue gak sreg, gak gue ambil," cetus cewek yang memang berbody aduhai tersebut.

 

Model transaksinya pun beragam. Ada yang dilakukan di seputar kampus seperti nunggu di parkiran atau pelataran kampus. Ada juga yang turun dan makan bareng dulu di kantin. Tapi seperti kasus yang pernah tercetus beberapa bulan lalu, sebuah kampus elit swasta pernah memergoki lima mahasiswinya menjadi high class escort dengan bayaran yang woww! Sampai-sampai dekannya harus men-DO-kan mereka karena hal tersebut sangat-sangat mencoreng nama baik almamater mereka. Kalau sudah sampai ke tingkat itu sih, dapat dipastikan kalau transaksinya berlangsung di high class amusement place juga.

 

Gimana dengan bayarannya? Menurut Tony (sekali lagi bukan nama sebenarnya-red) yang sering menemui ayam-ayam sexy tak berbulu itu, harganya sangat variatif. "Tergantung ceweknya kayak apa. Kalau dari kampus elit biasanya jatuhnya juga mahal soalnya emang oke-oke sih. Udah gitu mereka sendiri udah elit abis jadi dapet klien-kliennya juga dari kelas-kelas atas," tuturnya. "Kalau untuk kelas standar sih, transaksi bisa dilakukan dimana aja. Kalau kebetulan lewat kampus, ada yang bening, ditawar mau, ya udah bisa langsung jalan," tambahnya lagi.

 

Wajarkah fenomena seperti ini? Kehidupan kota besar seperti Jakarta memang keras. Setan-setan menjelma dalam wujud uang dan high life. Sebenarnya bukan uang atau high life itu yang menjadi pemicu utama namun mungkin segi keimanan di "ayam" sendiri yang gampang diajak kompromi.

 

Di sebuah kampus di bilangan Pulomas, hal ini malah dilakukan terang-terangan di sekitar kampus. Sebuah cafe tua yang tidak lagi dikunjungi, yang terletak persis di samping bangunan kampus, menjadi "sarang' transaksi.

 

Di seputaran Grogol, cewek-cewek aduhai mereka bisa ditemui di malam hari di tempat-tempat hiburan elit di Jakarta Selatan. Jadi jangan heran kalau tiba-tiba kita mendapati mereka sedang kasak-kusuk dengan calon klien di tempat-tempat tersebut. Sebuah kampus di bilangan Kuningan juga terkenal dengan high class escort-nya begitu juga dengan sekolah tinggi keuangan di wilayah selatan.

 

Tidak usah mengulak-ngulik moralitas membicarakan hal diatas, anggap saja ini adalah salah satu bunga kehidupan. Kedengarannya sih norak, tapi memang iya khan?

 

 

Kepuasan seks tergantung sentuhan

Kehidupan seksual suami-istri di awal pernikahan pastilah menggebu-gebu. Tapi bila anak telah lahir, istri kelihatan gemuk, aktivitas seksual menjadi menurun. Sang suami beralasan melihat istrinya dia tidak tertarik lagi karena istri tampak gemuk dan kurang merawat diri. Berbeda dengan istri yang enggan melakukan aktvitas seksual karena terlalu lelah mengurus anak-anak dan rumah.


Suatu hubungan seksual lebih daripada suatu kegiatan fisik yang mempersatukan pasangan suami-istri, tetapi juga merupakan refleksi dari keseluruhan hubungan perkawinan. Sebenarnya permasalahan di atas bukanlah karena istri atau suami tidak bisa memuaskan kebutuhan seksual pasangannya, tetapi karena adanya komunikasi yang kurang baik di antara mereka yang akhirnya mengurangi kenikmatan hubungan seks.

 

Menurut Gary Smalley, ada 4 faktor penentu yang perlu dikembangkan dalam keharmonisan satu dengan yang lain. Lelaki dan perempuan memang memiliki kebutuhan seksual yang berbeda. Seorang istri bila ditanya bagaimana perasaannya bila tahu ia tidak akan bisa berhubungan seks lagi dengan suaminya, hampir semua perempuan akan mengatakan tidak apa-apa, itu tidak terlalu penting.

 

Berbeda bila pertanyaan tersebut diajukan pada seorang lelaki. Mereka akan mengatakan "tidak mungkin". Seks bagi mereka adalah kebutuhan utama seperti makanan. Perbedaan tersebut karena adanya hormon testoteron pada lelaki yang menggairahkannya secara seksual. Seorang suami akan sangat frustrasi bila saat ia meminta berhubungan badan, istrinya tidak bersedia karena terlalu lelah.

 

Faktor-faktor penentu kepuasan seks suami-istri :

 

Hubungan akrab dengan pasangan

Sisihkanlah waktu beberapa jam sehari untuk bercakap-cakap dengan pasangan dan menanyakan aktivitasnya hari itu. Melalui percakapan seorang istri merasa dirinya tetap diperhatikan suaminya dan dia tidak keberatan bila suami meminta seks karena kebutuhannya untuk didengarkan telah terpenuhi. Di saat itu Anda perlu meninggalkan segala persoalan kantor, telepon, televisi dan dengarkanlah dengan cermat apa yang dikatakan pasangan Anda. Hubungan akrab akan membantu tercapainya seks yang istimewa.

 

1.     Hubungan emosional

Ini terutama bagi para perempuan. Mereka merupakan kaum yang lebih mementingkan perasaan. Sering perempuan lebih terbawa emosi dalam menanggapi sesuatu. Sebagai pasangan suami-istri, seharusnya tetap mempertahankan apa yang sering dilakukan sewaktu pacaran misalnya, memberikan bunga meskipun bukan peristiwa istimewa; mengatakan "saya sayang kamu"; memuji pasangan akan kecantikannya dan kesuksesannya dalam melakukan sesuatu. Lelaki pun memerlukan pujian bukan saja perempuan. Semakin banyak sepasang suami-istri berbicara dengan melibatkan emosi yang mendalam, menjadikan hubungan seksual mereka semakin kaya dan memuaskan.

 


2.     Hubungan fisik

Maksud dari hubungan fisik yang akrab adalah menyentuh, membelai, mencium pasangan. Dengan sentuhan, tubuh akan mengeluarkan endorphin, yang memberikan efek menyenangkan dan menyembuhkan baik yang disentuh maupun yang menyentuh. Sentuhan bagi sepasang suami-istri merupakan ungkapan cintanya bagi pasangan. Penelitian telah menunjukkan anak-anak, binatang, orang sakit menunjukkan perkembangan yang lebih pesat bila dengan teratur disentuh, dibelai. Sentuhlah pasangan anda minimal 8-10 kali sehari, anda akan merasakan kedekatan satu sama lain.

 

3.     Hubungan spiritual

Maksud kalimat tersebut adalah adanya keakraban di antara suami-istri yang menjalankan ibadahnya bersama. Suami-istri yang beribadat bersama akan merasakan kedekatan satu sama lain dimana Tuhan hadir di saat mereka berdua beribadah dan memperkuat tali pernikahan mereka.

 

Keempat faktor tersebut bila telah terpenuhi diantara suami-istri, kehidupan seksual mereka bukan lagi hanya untuk memuaskan suaminya saja, tapi merupakan refleksi hubungan yang baik dan saling mengisi..

 

 

Esek-esek di tempat kos

Gaya hidup bebas di kalangan muda makin menjadi. Mereka tak malu-malu lagi menunjukkan kemesraan di depan umum. Tempat kos juga jadi sarana beresek-esek ria. Sementara tetangga sekitar bersikap tidak peduli.

 

Siang itu suasana di sekitar sebuah kampus di kawasan Jakarta Pusat lumayan sepi. Maklum, liburan panjang akhir semester belum berakhir. Hanya satu-dua mahasiswa saja yang terlihat asyik ngobrol. Sesekali derai tawa mereka memecah kesunyian siang itu.

 

Tak seberapa jauh dari kampus, di sebuah rumah berlantai dua, sepasang insan sedang asyik berpacaran. Gaya pacaran mereka agaknya sudah kelewat jauh. Mereka juga seakan tak peduli kalau-kalau ada rekan-rekan satu kos yang akan memergoki perbuatan tersebut.

 

"Di tempat kos ini kita semua cuek terhadap urusan pribadi masing-masing. Mau jungkir balik juga nggak ada yang usil," ujar Dibyo (21), mahasiswa tahun ketiga jurusan akuntansi sebuah universitas swasta di Jakarta.

 

Secara terang-terangan, Dibyo mengaku sering bermesraan dengan pacarnya di kamar kos. Bahkan hampir tiap malam minggu, sang kekasih yang juga masih berstatus mahasiswi, sering menginap di tempat kosnya itu. Demikian pula sebaliknya.

 

"Nggak usah munafik deh. Semua orang melakukan itu kok," tandas Dibyo yang orang tuanya tinggal di sebuah kota kecil di Jawa Tengah.

 

Gaya hidup bebas di tempat kos tak hanya terjadi di Jakarta. Di kota-kota lain seperti Yogya, Bandung, Surabaya, kenyataan ini tak asing lagi. Di kota gudeg sendiri, pernah heboh oleh kasus kumpul kebo yang banyak dilakukan para mahasiswa di sana.

 

"Habis kalau mau sewa kamar kan mahal. Apalagi kalau mesti tiap minggu. Padahal yang namanya nafsu, sudah nggak bisa ditahan lagi. Ya akhirnya tempat kos jadi tempat paling aman deh," aku Adi, sarjana bahasa yang sering menginap kalau menyambangi pacarnya yang sedang menuntut ilmu di Yogya. "Sejak awal kuliah hingga selesai, kami begitu terus dan tidak ada masalah kok," kilahnya.

Seks bebas yang dilakukan generasi muda kita ini, hanyalah salah satu dampak globalisasi. Dan gaya hidup kebarat-baratan itu juga makin subur oleh sikap tidak peduli pemilik rumah kos. Padahal banyak induk semang tinggal di rumah yang sama. Namun demi uang, mereka rela menutup mata. Dan kebebasan itu biasanya makin menggila, kalau si induk semang tinggal di tempat terpisah.

 

Memang, rata-rata tempat kos yang memberikan kebebasan pada penghuninya bertarif relatif tinggi. Sekitar Rp300-500 ribu per bulan. Tempat kos bebas ini tidak hanya terjadi di tempat kos khusus lelaki, tetapi juga kos putri.

 

Kabarnya di tempat kos campuran berisi penghuni lelaki dan perempuan, tak sedikit yang menjalin cinta dan berlaku bak suami istri. Dan yang lebih dahsyat lagi, di tempat kos seperti itu juga konon sering terjadi tukar pasangan ala Melrose Place. Misalnya seperti di tempat kos mewah tak jauh dari sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta.

 

Gaya hidup bebas ini makin tak karuan lantaran mendapat dukungan sebagian anggota masyarakat. Mereka bersikap tidak peduli. "Toh mereka sudah dewasa. Tanggung sendiri akibatnya," kata Sartono, salah seorang pemuka warga di kawasan Matraman, Jakarta Timur yang membawahi beberapa tempat kos. Gawat!

 

 

Biarkan penny terkulai lemah di liang veggy

Ada sebuah kebiasaan yang sering dilakukan lelaki jika ia sudah berhasil mengeluarkan sperma di dalam veggy. Yakni dengan menarik penny yang sudah loyo pasca ejakulasi. Alasan mereka melakukan, ya karena sperma sudah keluar. Jadi buat apa penny berlama-lama di dalam veggy.

 

Logikanya memang seperti itu. Ketika ejakulasi berakhir, mungkin Anda berpikir bahwa aktivitas seksual berakhir pula. Dengan begitu, penny harus dicabut. Tapi ketahuilah, tindakan seperti itu kadang dipandang pasangan sebagai tindakan yang egois dan ingin enak sendiri. Setelah hajatnya disalurkan, maka pasangannya ditinggal begitu saja.

 

Pada beberapa perempuan, seperti yang dikeluhkan pada sebuah jurnal seksual di Jerman, mereka menginginkan penny pasangannya tidak segera dicabut. Dengan kata lain, mereka ingin penny bersemayam untuk beberapa menit di dalam veggy.

 

Menurut mereka, penny yang sudah tak bertenaga itu bukannya diam begitu saja. Mereka, mungkin juga pasangan Anda, merasakan ada gerakan-gerakan berdenyut yang diciptakan penny setelah berejakulasi. Gerakan-gerakan kecil itu ternyata mampu menstimuli otot-otot di sekitar veggy sehingga tanpa disadari otot-otot tersebut menegang kembali dan mejepit penny.

 

Apabila Anda masih sanggup, paling tidak sedikit saja, untuk menggesek-gesekkan penny secara perlahan-lahan, tak usah cepat-cepat, ini akan menghasilkan penegangan kembali pada penny. Meski sudah mengeluarkan sperma, gesekan atau tusukan penny yang kembali keras itu tetap menghasilkan kenikmatan berbeda pada diri pasangan.

 

Itulah sebabnya, perempuan mengharapkan supaya pasangannya jangan langsung melepas penny dari veggy-nya. Karena mereka berpikir, kemungkinan adanya ronde selanjutnya bisa terjadi. Lagipula, apa salah dan susahnya sih membiarkan penny yang lemas di dalam veggy. Toh Anda 'kan tidak melakukan apa-apa lagi. Hanya terdiam lemas.

 

Selain itu, mendiamkan penny di dalam veggy juga dapat menghalangi keluarnya sperma dari lubang veggy. Ini bermanfaat bagi Anda yang ingin pasangan hamil. Meski tidak menjamin pasti hamil, tetap membiarkan penny nongkrong

 

 

Bapak Guruku

Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual (bila seorang pria yang memandang langsung terbayang keindahan mémék), rambut hitam lebat terjurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatku pun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan indah.

 

Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas III sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Cowok dan cewek semua senang bergaul denganku. Di kelas pun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

 

Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang paling aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

 

Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat sexy karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih. Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, "Selamat pagi paaaa....aak", dan dia membalas sembari tersenyum, "Yaaaa..., pagi, semua. Wah, kalian capek, ya, habis main volley". Aku menjawab, "Iya, nih, pak lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya, Pak", lalu dia ngomong lagi, "Iya, nanti jam setengah duabelas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu, ah", lalu aku dan teman-teman mengajak, "Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol", dia setuju, "OK, boleh-boleh aja kalau kalian nggak keberatan", aku dan teman-teman bilang, "Nggak, Pak.", lalu aku menimpali lagi, "Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin", lalu teman-teman yang lain, "Naaaaa.....aaa, betuuuuu....uuul. Setujuuuuuu........." Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku, "Alaaaa......., Etty, langsung, deh, deket-deket. Jangan mau, Pak", lalu Pak Freddy menjawab, "Ah! Ya, ndak, apa-apa". Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku berlagak akan membetulkan sepatu olah raga ku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf, "Sorry, ya, Pak", lalu dia menjawab, "That's OK". Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.

Saat pulang aku bertemu lagi dengan Pak Freddy di dekat pintu gerbang halaman depan sekolah ketika dia sedang siap-siap untuk naik ke atas motor Honda-nya dan menegur aku, "Eh, kamu. Mau pulang, ya?", lalu aku menjawab, "Iya, donk, Pak. Rumahnya di mana, sih, Pak", lalu dia mengambil dompetnya dan mengambil satu lembar kartu namanya kepadaku sembari berkata, "Ni dia. Nggak jauh, kok". Aku bertanya, "Boleh Pak, sekali-sekali main ke sana?", dia menjawab sembari mengenakan helmnya, "Ya, boleh-boleh aja. Ajak aja teman-teman kamu apalagi kalau mau diskusi tentang pelajaran". Aku sambung lagi, "OK, deh, Pak. Makasih, ya, Pak." Lalu dia pamit sembari menjalankan motornya keluar halaman sekolah, "Yuk! Saya duluan, ya." Aku hanya tersenyum dan di hatiku mulai terasa gembira karena pasti ada kesempatan untuk main ke rumah guruku yang ganteng itu dan bisa berlama-lama ngobrol tentang apa saja.

 

Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada mama dan papaku untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama- sama. Secara kebetulan pula mama/papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatangan ku. "Eeeeh, kamu, Et. Tumben, ada apa, kok, datang sendirian?" Aku menjawab, "Ah, enggak, iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak". Lalu dia mengajak masuk ke dalam, "Oooo, ya udah. Yuk, masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu". Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluan ku. Aku sekedar menjelaskan, "Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok, sepi banget Pak, rumahnya". Dia tersenyum, "Saya kost di sini. Sendirian."

 

Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, "Udah laper, Et ?", aku jawab, "Lumayan, Pak." Lalu dia berdiri dari duduknya, "Kamu tunggu sebentar, ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Beli nasi goreng. Kamu mau 'kan?" Langsung 'ku jawab, "OK-OK aja, Pak." Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku berjalan melihat-lihat seisi rumah sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. 'Ku lihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung 'ku buka-buka. Aduh!!! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok/cewek pada ngentot dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati mémék cewek dan sebaliknya cewek sedang mengisap kontol cowok yang besar, panjang dan kekar.

 

Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, "Lho!! Ngapain kamu di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya." Astaga!! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berka-ta tergagap-gagap, "Ti...ti...tidak, eh, eng.....gak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maaa....Maaa..Maaf, ya, Pak." Pak Freddy hanya tersenyum saja, "Ya. Udah. Nggak apa-apa. Kamar saya berantakan. Nggak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk." Syukur alhamdulillah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.

 

Pada saat makan aku bertanya, "Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya, Pak?" Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, "Yaaa.....aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng." Lalu aku memancing, "Kok, tadi ada yang begituan." Dia bertanya lagi, "Yang begituan yang mana?" Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, "Emmmm......Ya, yang begituan, tuh. Emmmm...... Majalah jorok." Kemudian dia tertawa, "Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke luar negeri. Dia juga belinya cuma sekedar iseng aja, kok. Memangnya kamu tadi liat." Aku hanya tersenyum malu saja. Dia ngomong lagi, "Memang gambar-gambarnya begituan, tetapi ada juga ceritaannya, kok. Lumayan sekedar untuk dibaca-baca. Kalau mau melatih bahasa Inggris memang sebaiknya nggak cuman kata-kata yang formal atau sopan aja, kata-kata yang kasar dan jorok juga perlu, lho. Nanti kalau kita dikatain sama orang bule, cuma cengar-cengir aja, donk. Kalau kamu mau liat-liat lagi juga nggak apa-apa, kok. Kamu juga sudah dewasa ‘kan? Umur kamu emangnya berapa?" Aku jawab,"Emmm.... Baru enambelas Pak." Dia menimpali lagi, Waaaa....aaah hampir sweet seventeen, donk, nih. Udah punya cowok?" Aku ngomong lagi, "Ah, belum, kok, Pak." Dia ngomong agak menggoda, "Yang beneee....eer. Masa cewek cakep kayak kamu belum punya. Bo’ong, ah." Sembari senyum aku ngomong, "Ih, bapak, kok maksa, sih. Emang belum punya." Aku agak tergoda ketika Pak Freddy memujiku cakep, tetapi aku tidak tahu apakah itu bercanda atau memang dia benar-benar memujiku.

 

Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya sembari membereskan meja dari kertas-kertas bekas coretan-coretan dari diskusiku dengan dia. Aku segera ke kamarnya dan aku ambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya. Lalu Pak Freddy berta-nya,"Suka yang itu, Et?", aku hanya tersenyum saja dan duduk sembari membuka halaman majalah itu satu-persatu. Tiba pada halaman dengan gambar yang tadi cukup menarik, Pak Freddy bertanya sambil menggerakan kepalanya untuk menunjuk karena terlihat gambar mémék yang aduhai sedang dijilati, "Punya kamu kayak gitu nggak?" langsung hatiku tersentak. Wah, jangan-jangan dia mulai menggoda tetapi aku berusaha untuk mengendalikan emosi dan membalas, "Ih! Bapak bisa aja." Lalu dia berkata lagi, "Malu, ya? Masak sudah mau dewasa lihat kayak gitu aja malu." Pikirku betul juga Bapak Guru muda ku ini mulai menggoda dan seolah-olah ingin memancing pembicaraan sesama teman saja. Aku menimpali lagi, "Belum biasa, Pak. Ini juga baru pertama, kok." Lalu dengan salah satu tangannya dia menunjuk gambar satunya lagi yaitu kontol yang sedang dienyot di mulut cewek dan bertanya, "Kalau yang itu gimana?" Sialan juga pikirku, Pak Freddy mulai mendesak dan memancing. Ya, sudah aku mulai berani menanggapi, "Apa mungkin Pak segede gitu?" Dia menjawab, "Bisa jadi juga. Belum pernah lihat yang asli, ya?" Aku hanya menggeleng dan dia bertanya lagi sambil tertawa, "Mau lihat yang asli beneran nggak?" Jantungku mulai berdegub keras dan hatiku berkata ‘Astaga ‘. Tetapi mungkin karena aku juga sudah mulai tergoda dengan kegantengan Pak Freddy, aku memberanikan diri lagi, "Kalau ada, sih, boleh juga Pak." Langsung dia menanggapi lagi, "Kalau punya saya sendiri, gimana?" Yah, aku menyerah, rupanya aku sudah terbius untuk masuk ke dalam perbuatan yang memang sebetulnya maksiat. Tanpa berkata apa-pun, aku hanya mengangguk saja. Lalu dia menawarkan diri, "Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk." Aku pun langsung beranjak ke sana.

 

Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, "Betul kamu nggak malu?", aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di balik celana dalamnya yang berbentuk bikini. Ketika dia membuka celana dalamnya, aku benar-benar kaget. Terlihat kontol Pak Freddy yang besar dan panjang, sepertinya sudah setengah ngaceng. Ujungnya berwarna merah membara dan bulu jembut yang lebat mengelilinginya di bagian pangkalnya. Benar-benar menggerikan tetapi sekaligus rasa senang bagiku karena bentuknya yang jantan dan perkasa itu. Pak Freddy bertanya lagi, "Bagaimana, Et? Puas? Punyamu bagai-mana boleh nggak saya liat juga? Malu nggak?" Aku menunduk dan dalam hatiku berkata bahwa memang sudah terlanjur basah mau apa lagi. Aku langsung membuka celana jeans-ku yang streamline dengan bentuk kakiku yang cukup indah dan langsung pula celana dalam ku. Aku masih tetap menunduk dan Pak Freddy berkata, "Wah cukup lebat, ya, bulu jembutmu. Tetapi gituanmu belum kelihatan. Tolong donk kamu duduk di pinggir tempat tidur terus kangkangin kaki kamu sedikit." Aku menurut saja tetapi tetap dengan kepala menunduk dan begitu aku kangkangkan kedua kakiku, Pak Freddy berlutut di depanku dan berkata sambil tersenyum, "Wow, indahnya. Kamu betul-betul masih perawan, ya. Masih rapet. Pahamu juga indah sekali dan mulus seperti yang saya lihat waktu itu." Langsung saja kedua tangan Pak Freddy mengelus-elus kedua pahaku. Ah! Nikmat sekali. Dia bertanya sambil tersenyum, "Boleh aku jilati seperti yang di majalah?" Aku hanya mengangguk sedikit, dan......ah, seolah-olah sekujur tubuhku lemas ketika kurasakan ujung lidah Pak Freddy mulai menyentuh mémék ku. Aku ingin merintih tetapi ‘ku tahan. Pak Freddy bertanya lagi, "Sakit, Et." Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutku pun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila dan rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah, Aaaa.....aahhh, Hemmm....... Uuuuu.....uuuh.

 

Akhirnya aku lemas dan ku rebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya, "Enak, Et?" ‘ku jawab dengan suara lirih, "Lumayan, Pak." Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus kontol yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah ngaceng habis. Bukan main. Setelah puas berciuman, Pak Freddy tanpa bertanya lagi langsung membuka baju kaos dan BH-ku dan langsung dielusnya kedua payudaraku yang memang masih ranum itu dan akhhh........ darahku memanas, rangsangannya semakin menghebat. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukan kontolnya ke dalam memek seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya, "Boleh saya seperti ini, Et?" Aku tak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk dihadapan mémékku. Tangan kiri berusaha membuka belahan mémékku yang rapat sedangkan tangan kanannya menggenggam kontolnya dan mengarahkan ke mémékku.

 

Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan kontolnya ke dalam mémékku yang masih rapat dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar mémékku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, "Tahan sakitnya, ya, Et.", Aku tak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan akhhhh.......... bukan main perihnya ketika batang kontol Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus kontolnya sampai masuk semua dan langsung dia menindihkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan dadanya tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di mémék ku.

 

Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan kontol Pak Freddy mengocok mémékku. Aku terengah-engah, "Hah, hah, hah,......" Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan kontol Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam mémékku menggeliat-geliat dan berpu- tar-putar. Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan tela- paknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwwww........ Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan kontolnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana-ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam mémékku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan kontolnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah. Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, "Gimana, Et? Kamu nggak apa-apa? Maaf, ya." Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, "Nggak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini." Dia berkata lagi, "Sama, saya juga." Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.

 

Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, "Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang ‘kan?" Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi dan kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menceboki mémékku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tak merasa jijik lagi memegan-megang dan membersihkan kontolnya yang perkasa itu.

 

Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan papa-mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

 

Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarang pun aku masih tetap menikmati entotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran dan pernah pula Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan kontol guru bahasa Inggris ku itu. Pak Freddy.

 


NARTI SANG PELAYAN

Narti adalah pembantu di rumahku, umurnya waktu itu 19 tahun. Masih perawan.

 

Suatu hari aku ngajak dia ngentot, tapi dia nggak mau, takut perawannya hilang. Terus aku bujuk dia sampai dia mau. Akhirnya dia mau dengan syarat nggak boleh masukin apa-apa ke memeknya. Dengan nggak sabar aku telanjangin dia, abis sama-sama bugil aku peluk dan ciumin seluruh badannya, lehernya aku jilat-jilat sampai dia menggelinjang kenikmatan. Teteknya aku hisap dan mainin pentilnya. Sambil dia ngocok-ngocok kontolku. Enak bener kocokannya. Akhirnya aku rentangkan kakinya dan lobang memeknya kelihatan jelas. Diselimuti jembut yang keriting dantidak teratur. Memeknya tampak basah dan warnanya merah kehitam-hitaman, kecil dan licin. Maklum memek perawan. Aku buka lobangnya dengan 2 jariku, tampak lendirnya mengalir dan warna dalamnya merah muda. Tampak lobang kecil di dalamnya. Langsung aku jilat memeknya. Baunya harum merangsang. Aku mainin lidahku di memeknya. Memang enak njilatin memek perawan. Dia tampak keenakan. Dijepitnya kepalaku di memeknya. Aku jilatin terus memeknya sampai banjir.

 

Akhirnya aku ganti posisi 69 dengan dia di bawah. Pertama kali dia ngisep kontolku nggak seberapa enak rasanya, tapi lama-lama makin enak. Aku gerakin pantatku seperti orang ngentot, tapi kontolku masuk ke mulutnya. Dia jilatin kontolku, enak bener, seperti memek yang punya lidah. Akhirnya dia nggak tahan lagi. Kepalaku di jepit sama dia dan lendir mengalir dari memeknya. Aku jilat semua sampai abis. Abis itu aku duduk di pinggir kasur dan dia jongkok sambil ngisep kontolku. Lama-lama aku nggak tahan lagi. Aku tarik dan jepit kepalanya dikontolku dan sambil dia njilat dan ngisep kontolku, peju ku muncrat di dalam mulutnya. Enak bener pas muncrat lidahnya lagi main-main di kontolku. Abis itu dia mau muntahin pejuku, tapi aku suruh dia telan dan akhirnya semua pejuku di telan sama dia. Enak sekali.

 

 

SEKRETARIS BOSS GUE by John Tool

 Gue kerja di sebuah perusahaan export import di daerah Kuningan, di tempat gue kerja sekretaris boss gue (sebut saja namanya Ina) kalo ngeliat gelagatnya termasuk "bispak", tapi karena segen sama boss gue gue nggak pernah berani macem-macem sama dia.

 

Suatu hari boss gue pergi ke luar kota dan dia nugasin gue untuk ngerjain tugas yang agak "confidential" sehingga dia nyuruh ngerjainnya di ruangan dia, sedangkan untuk bahan-bahan tugasnya dia suruh minta sama si Ina karena dia yang tau persis file-filenya ada dimana.

 

Tadinya gue nggak ada pikiran macem macem sama si Ina, tapi anehnya si Ina kayak mancing mancing gue, kalo ngasih file atau ngasih tau sesuatu mukanya selalu mendekat ke muka gue apalagi saat itu bajunya memperlihatkan belahan dadanya , mau nggak mau pikiran gue langsung naek.

 

Maka ketika dia sekali lagi menyodorkan file ke gue gue pegang tangan dia lama dan gue remas remas, Ina nggak nolak sama sekali, malahan dia bales megang leher gue sambil mengusap ngusap, gue makin kalap dan tangan gue pindah ke pahanya, si Ina keliatannya nggak mau kalah dia langsunga meluk gue. Gue bener benr udah lupa diri kalo saat itu gue masih di kantor, maka langsung aja gue cium dia, gue lumat bibirnya dan gue masukin lidah due ke dalam mulutnya si Ina juga ngebales mainin lidahnya, sementara tangan gue udah naik lebih lanjut ke dalam celana dalemnya, gue pegang-pegang klentitnya yang makin lama makin mengeras dan memeknya makin membasah. Tangan diapun sudah masuk ke celana gue dan meremas-remas kontol gue yang makin lama makin menegang .

 

Gue jilat-jilat kupingnya dan dia melenguh "a rghhhhhhhhhhh" seolah olah sedang menikmati permainan ini, lama lama keliatannya dia udah nggak tahan akhirnya gue perosotin celana dalemnya dan dia juga merosotin celana gue, terus dia tiduran di atas meja dengan posisi mengangkang memeknya seolah menantang dengan jembutnya yang berwarna kecoklatan diantara pahanya yang putih mulus, gue uudah nggak sabar lagi gue masukkin kontol gue ke dalam memeknya, dia mengerang entah sakit entah nikmat, lalu gue dorong lebih dalem lagi dan seterusnya dengan gerakann yang makin lama makin cepat sementara tangan gue megang buah dadanya yang masih kenyal.

 

Setelah sekian lama akhirnya dia nggak tahan tiba tiba tangannya mencengkram tangan gue dan kukunya melukai tangan gue, semenatar gue sendiri juga udah hampir ke puncak dan akhirnya keluarlah peju yang kutunggu tunggu "arghhhhhhhhhhhh" aku berteriak demikian juga si Ina, untung ruangan boss gue kedap suara.

 

Akhirnya selesailah permainan ini, bersamaan dengan itu terdengar suara ketukan di pintu, gue dan Ina cepat cepat membereskan pakaian, dan membuka pintu, ternyata security kantor gue lagi patroli, karena temen-temen yang lain udah pada pulang, untuk pertempurannya sudah selesai, kalo nggak khan gue bisa dipecat heehehhehe.

 

Demikianlah pengalaman gue, sorry gue nggak biasa nulis jadi mungkin kurang teratur ceritanya

 

 


KERETA API BANDUNG - JAKARTA

Urusan kantor telah selesai dan hari itu juga aku harus kembali ke Jakarta karena ada janji dengan pacarku malam ini. Rasanya capek sekali terutama pikiranku. Aku segera ke Stasiun Bandung untuk memburu Kereta Api Argogede yang ke Jakarta. Tiket telah dipesankan relasiku di Bandung. Aku dapat tempat duduk di Kereta I bangku 8B. Setelah kutemukan tempatnya, aku selonjorkan kakiku dan mulai pejamkan mata.

 

Kubayangkan pacar manisku yang menunggu di stasiun. "Permisi Mas….", kudengar suara lembut. Dengan cuek kakiku kutekuk dan gadis itu melewatiku untuk duduk di sebelahku. Mataku tetap terpejam. Kucium wangi parfumnya. Ah, mahal juga, batinku. Kereta mulai berjalan. Aku selonjor kembali dan tanganku kuletakkan di perutku. Rasa kantuk mulai menyerangku. Sekitar setengah jam perjalanan, kantukku makin menjadi. Tanpa sadar tanganku jatuh ke samping. Sempat menyentuh kaki gadis sebelahku tapi segera kutarik kembali. Dua kali tanganku terjatuh. "Maaf…", kataku tetap merem dan badanku kutegakkan. Aku kembali terkantuk-kantuk…. Kurasakan tanganku terjatuh kembali. Kali ini kesamping, kecelah antara aku dan dia duduk. Aku sudah tak mampu lagi menangkatnya. Sudah terlalu ngantuk. Atau barangkali sudah setengah tidur tapi sedikit aku masih merasakannya. Agak lama tanganku di sampingku. Dan kurasakan tangan halus menyentuh tanganku…..Aku diam saja. Aku merasa tanganku diremas. Cukup lama tanganku diremas dan tanganku lemas saja. Kedasaranku mulai pulih. Tapi aku pura-pura tetap memejamkan mata. Tanganku sengaja kulemaskan agar dikira aku benar-benar tidur. Perlahan tanganku di bawa ke pahanya. Ah kayaknya dia memakai rok mini. Halus sekali pahanya. Hangat. Tanganku digeser-geserkan ke pahanya. Aku tetap memejamkan mata. Aku nggak tahu sekitarku. Mungkin dia lihat-lihat dulu, kalau nggak ada yang lewat tanganku digeser-geser.

 

Aku juga merasa tangannya mengambil tiket di sakuku ketika kondektur lewat di bangku kami. Tiba-tiba dia meletakkan tanganku kembali ke samping. Mungkin dia sudah tahu kepura-puraanku. Aku berlagak seperti bangun tidur. Dan pura-pura tak tahu apa-apa. Aku mulai membuka mataku. Kutengok gadis sebelahku. Dia menghadap jendela. AH cantik sekali. Tinggi cantik mulus. Rambutnya dicat agak pirang seperti gadis sekarang. Benar, Dia memakai mini. Pahanya muluuuussssssss sekali.

 

Kupandangi dia sambil pura-pura melihat pemandangan ke luar jendela. Tanpa menengok, gadis itu meletakkan tangannya ke samping. Hmmm…. Aku tanggap. Perlahan kugeser tanganku dan keletakkan di atas tangannya. Dia menyambutnya. Tanganku digenggam erat. Tapi kita tetap pura-pura tak tahu sambil melihat ke luar jendela. "Ke Jakarta ?", tanyaku memecah kekakuan. "Ya", jawabnya sambil menoleh padaku. Woww…..cuantik sekali. Pasti blasteran. Bibirnya tipis menantang. Tangan kita tetap saling meremas. " Sorry, aku tadi ngambil tiketmu di sakumu", katanya. "Oh ya ? kondekturnya sudah lewat ?", tanyaku pura-pura nggak tahu apa yang terjadi. "Yilly", ujarnya sambil mempererat genggamannya. Dia pakai tangan kanan dan aku pakai tangan kiri. Tangan kita tersembunyi di celah antara kita duduk. "Herman", kataku. Aku tersenyum. Dia tersenyum penuh pengertian. Cukup lama kita duduk sambil berpegangan tangan. "Aku mau kebelakang. Merokok", bisikku. Aku lalu bangkit. Berjalan ke belakang dekat kamar kecil. Kukeluarkan rokokku dan aku mulai merokok sambil melihat pemandangan luar dari kaca pintu kereta. Kira-kira 10 menit pintu otomatis terbuka. Yilly keluar. Dia lihat aku sebentar dan tersenyum. Aku tersenyum juga. Dan dia masuk kamar kecil. Aku melanjutkan merokokku sambil lihat keluar. "Her….", kudengar bisikan. Aku menengok. Kulihat Yilly mengintip dari pintu kamar kecil sambil memberi kode agar aku mendekatinya. Aku masih diam. Bengong. Dia lambaikan lagi tangannya. Aku berjalan ke arahnya. "Masuklah ..", bisiknya ketika aku ada di depan pintu kamar kecil. GILA! Yilly telah telanjang bulat di kamar kecil. Pintu segera ditutupp begitu aku masuk. Aku langsung dipeluk dan diciumnya. Lamaaaaaa. Aku segera menguasai diri. Kuelus seluruh tubuhnya. Sambil berciuman, kuusap pantatnya yang padat dan mulus.

 

Aku turun menciumi lehernya. Kujilati sambil meremas-remas dadanya. Tangan Yilly membuka sabuk dan resleting celanaku. Tanganku lalu bergerak ke bawah. Kuusap memeknya yang mulai basah. Kumainkan itilnya hingga dia melenguh. Suara kereta menelan suara desah Yilly. Tangan Yilly meremas-remas kontolku. Aku merasa mulai keras. Tangan halusnya mengocok kontolku yang telah keluar dari sarangnya. Sementara itu mulutku terus mengunyah susunya……. Yilly mulai nggak tahan. Dia lalu nungging sambil memegang wastafel. "Sekarang Her…." Desahnya. Aku pelorotkan sedikit lagi celana panjang dan dalamku. Perlahan aku mulai tusukkan kontolku. Ahhh…………….. Kereta bergoyang. Aku juga mulai menggoyang Yilly. Dia memejamkan matanya. Aku memeluknya dari belakang sambil memegang susunya. Tusukanku makin lama makin cepat dan keras. Aku mulai berkeringat. "Kamu diam Her…rasakan tusukan Argogede", bisiknya sambil menoleh. Aku mengikutinya. Benar saja. Aku diam. Tapi Kereta secara otomatis telah menggoyang aku untuk memasukinya. Ah….nikmat sekali. Kontolku seperti diremas-remas memek Yilly. Aku memeluknya lebih erat. Tanganku kencang memegang susunya. "Aku mau nyampe..", desahnya. "Aku juga…", bisikku. Aku makin erat mendekap dia. Kereta menggoyang kita. Enak sekali. Cukup memasukkan kontolku ke memeknya dan goyangan terjadi otomatis. Aku merasa pejuhku mau keluar. "Di dalam atau di luar ?", bisikku. "Dalam saja", desahnya terengah. Dan…..aku mengejang….Yilly mengejang…. Pejuhku berhamburan menyemprot di dalam memek Yilly….aku nikmati keadaan ini sampai habis. Aku basuk dengan air dari wastafel. Kukancingkan celanku dan sabukku.

 

Kucium Yilly sekali lagi sambil memegang susunya. Aku mengintip keluar pintu. Aman. Aku lalu keluar dan menuju tempat duduk. Aku selonjorkan kakiku dan kupejamkan mataku….. "Permisi……", kedengar bisikan lembut. Aku tekuk kakiku untuk Yilly lewat. Aku tetap pejamkan mataku…………….berlagak tidak butuh.

 

 

Malam Spesial

Kami tinggal di Bogor, suatu daerah dataran tinggi yang ada di Jawa Barat. Letak rumah kami sangat strategis. Di halaman belakang rumah, kami bisa memandang lereng pegunungan. Di bawah lereng tampak rumah-rumah kecil yang bila malam hari terlihat memancarkan cahaya berkelap-kelip. Untuk menuju Jakarta juga tidak begitu sulit karena jarak rumah kami ke jalan tol hanya membutuhkan waktu beberapa puluh menit saja. Bila malam tiba, udara cepat berubah dari panas menjadi dingin. Itu sebabnya pada rumah kami dibangun tungku api. Kami memang menyenangi rumah model Eropa. Seringkali kami melakukan hubungan seks di depan tungku api itu. Waktu favorit kami adalah menjelang pagi saat kami baru bangun tidur sebab di waktu itu nafsu seks kami bisa sangat menggebu-gebu. Mula-mula suamiku menambahkan beberapa kayu bakar dan menyalakan lilin di sekitar kami, sementara itu aku menyiapkan minuman ringan yang biasanya berupa sedikit anggur. Setelah itu kami berbincang-bincang sejenak. Tak lama kemudian suamiku mulai mencumbu diriku. Dia menyingkap dasterku, lalu menggosok-gosokkan telapak tangannya pada pahaku bagian dalam. Sekitar tiga puluh detik kemudian aku merasakan kemaluanku lembab. Aku mulai terangsang. Dijamahnya buah dadaku perlahan-lahan seakan takut pecah. Kemudian dengan perlahan pula ia mengurutnya berputar. Nikmat sekali. Aku memejamkan mata dan tiba-tiba saja bibirnya telah melumat seluruh bibirku. Kubuka mulut ini lalu lidahku kudorongkan ke dalam rongga mulutnya. Ia memelukku erat sekali. Dadanya yang bidang menekan buah dadaku hingga aku terasa hampir tak bisa bernafas. Aku bisa mendengar nafasnya mulai memburu. Dengan sangat bernafsu ia melucuti seluruh pakaianku sampai aku telanjang bulat. Aku juga membalas hal ini dengan membuka piyamanya. Suamiku tampak seksi bila hanya tinggal mengenakan celana (Malaysia = seluar) dalam. Jariku kurogohkan ke dalam. Di situ aku menemukan benda besar yang sudah sangat keras. Kepala penis (zakar) itu kuusap-usap dan tanganku kugerakkan maju mundur. Ia menggeliat bila aku melakukan hal seperti ini. Mungkin nikmat baginya.

Cukup lama kami melakukan hal seperti ini hingga pada suatu saat ia merebahkan tubuhku. Aku pasrah saja. Sekarang tubuhku menjadi barang mainan untuknya. Ia duduk di antara selangkanganku yang terbuka lebar. Kemudian ia membungkukkan tubuhnya lalu menjilati daging kecil yang ada di kemaluanku. Oh, nikmat sekali saat lidahnya mempermainkan clitorisku. Aku memejamkan mata. Seringkali aku meraih bantal lalu menutup mukaku dengan bantal itu agar aku dapat lebih menikmati perlakuannya.


Sekitar lima menit kemudian jari-jarinya menggantikan tugas lidahnya. Aku juga merasakan satu atau dua buah jari masuk ke dalam lubang kemaluanku. Jari itu bergerak-gerak menggosok dinding vagina sementara jari yang lain mengusap-usap clitoris yang semakin membesar. Semakin lama usapan jari pada clitoris ini semakin membuatku mengerang. Kenikmatannya menjalar ke seluruh tubuh. Aku tidak bisa melukiskan bagaimana nikmatnya clitoris bila digosok. Aku mengerang karena tidak kuat menahan nikmat ini.Sekitar lima menit kemudian kenikmatan itu hampir mencapai puncaknya. Pinggulku kegoyang-goyang karena setiap sentuhan pada clitoris ini bagaikan tegangan listrik yang menjalar ke setiap ujung syarafku. Aku merintih sekeras-kerasnya. Tapi untunglah mukaku sudah kututup dengan bantal hingga teriakanku teredam. Selang beberapa saat kemudian aku merasakan clitoris ini hendak "meledak". Inilah puncak kenikmatanku. Aku secara reflek mencoba merapatkan kedua belah pahaku. Tapi karena di antara selangkanganku ada tubuhnya, maka aku tidak bisa melakukannya. Tubuhku mengejang. Darah terasa berdesir dengan kuat di seluruh tubuhku. Aku menjerit sekuat-kuatnya. Di saat aku menikmati orgasme ini tiba-tiba aku merasakan cairan sangat panas menerpa clitorisku. Rupanya suamiku meneteskan lilin ke atas clitoris dan mulut vaginaku. Kadang-kadang tetesan lilin itu juga ia tumpahkan ke atas puting buah dadaku. Sakit sekali. Aku menangis sejadi-jadinya. Rasa nikmat dan sakit melebur menjadi satu. Orgasmeku berlangsung sekitar satu atau bahkan sampai tiga menit. Saat orgasmeku mulai menurun, ia memeluk tubuhku, membelai rambutku, lalu menciumi seluruh mukaku sambil berkata, "I love you."

 

Ia membiarkan moment terindah ini untukku. Sekitar lima menit ia biarkan aku menenangkan tubuhku. Seluruh urat dan persendian terasa sangat lemah. Aku merasa damai sekali berada di pelukannya. Mukaku ku benamkan di dadanya yang bidang. Setelah keadaan mulai kembali seperti semula, kini giliranku untuk memberikan kenikmatan untuknya. Aku beranjak bangun dan dia merebahkan tubuhnya hingga terlentang. Kemudian sama seperti tadi, aku berada di antara kedua pahanya. Pertama kali aku menjilati batang penisnya dari ujung sampai pangkal. Penis milik suamiku panjangnya kira-kira satu jengkal. Ujung ibu jari tepat menyentuh jari tengahku bila aku menggenggamnya. Bulu-bulu keriting hanya tumbuh di sekitar pangkal penis, antara penis dan pusar, dan sedikit pada bagian kantong testis. Setelah menjilati permukaan penisnya yang licin, aku memasukkan seluruh testis beserta kantongnya ke dalam mulutku. Hampir saja tidak muat bila aku tidak memaksanya. Bila telah masuk seluruhnya, aku menguyahnya menggunakan lidah dan langit-langit mulut. Dia pasti mendesah bila aku melakukan hal ini. Kadang-kadang satu atau dua bulu rambutnya rontok dan menempel pada rongga mulutku. Aku tidak merasa jijik, malah senang melakukannya. Setelah itu kukeluarkan kantong tertis itu dari mulutku. Kumasukkan kepala penis itu ke dalam mulutku dan kutekan kepala ini hingga kepala penisnya menyentuh tenggorokkanku. Dengan perlahan kugerakkan mulut ini maju mundur. Aku harus menjaga agar penisnya tidak terluka karena tergores gigiku. Sekitar lima menit lamanya aku menghisap-hisap kemaluannya sampai dia memberi sebuah isyarat agar aku menghentikan oral seks ini. Aku kemudian berdiri lalu duduk tepat di atas penisnya yang tegak berdiri. Kepegang penis itu lalu kuarahkan kepalanya hingga menempel di ujung mulut vagina. Dengan satu dorongan, penis itu telah menusuk vaginaku. Perlahan-lahan aku menggerakkan tubuhku naik turun. Sedikit pedih karena vaginaku belum mengeluarkan banyak cairan. Tapi setelah aku mulai terangsang lagi dan vaginaku mengeluarkan cairan, rasa pedih itu berubah menjadi nikmat. Inilah posisi coitus yang paling aku senangi. Dengan tubuh di atas, aku bisa mengatur tempo permainan. Bila aku berada di bawah, aku sedikit menderita karena seringkali tubuhnya menindih badanku hingga aku tidak bisa bernafas.

 

Aku terus menggerakkan tubuhku naik turun. Nikmat sekali saat dinding vaginaku bergesekan dengan penisnya. Makin lama aku menjadi makin bernafsu. Gerakanku semakin cepat. Kadangkala aku bisa mendapatkan orgasme bila suamiku mampu bertahan lama. Tapi seringkali dia menyuruhku berbaring lalu dia yang berada di atas. Dengan sangat kasar dia menusuk-nusuk vaginaku. Gerakannya cepat sekali hingga dinding vaginaku terasa sangat pedih dan buah dadaku tergoncang-goncang. Aku menjerit kesakitan tapi tidak tega untuk menolak perlakuannya. Bagaimanapun juga dia telah memberikan kenikmatan padaku. Jadi biarlah dia memperoleh kenikmatan dengan caranya sendiri.

 

Aku lihat dia meringis. Aku tidak tahu apakah dia merasakan nikmat atau malah pedih seperti yang aku rasakan. Bila aku tidak kuat, aku mengambil bantal lalu menutup mukaku dengan bantal itu. Bila sudah demikian, aku menjerit sekuat-kuatnya atau menggigit bantal. Untunglah gerakan yang kasar dan sangat cepat itu tidak berlangsung lama. Dia berkata bahwa ia akan segera "keluar" sambil menghitung satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga dia menjerit tertahan. Aku merasakan cairan hangat menyemprot di dalam rongga kemaluanku. Aku memeluk tubuhnya erat-erat. Nafasnya jelas sekali terdengar terengah-engah. Aku mengusap-usap punggung dan kepalanya sambil memohon agar penis itu jangan dicabut. Aku biarkan dia terkulai lemas di atas tubuhku. Kadangkala bila terlalu lama ia tertidur pulas. Aku menikmati moment ini walau sulit bernafas. Bila telah puas, aku merebahkan tubuh suamiku ke samping. Penisnya yang mengecil itu segera tercabut dari vaginaku. Aku bangkit berdiri, menuju kamar mandi lalu aku mandi dengan air hangat. Spermanya kadang masih menetes keluar dari lubang vaginaku. Setelah mandi, aku menyiapkan kopi karena matahari telah terbit. Aku duduk di sampingnya menunggu ia terbangun dari tidurnya sambil mengenang kembali peristiwa yang terhebat yang pernah aku alami malam ini.


Di Tepi Sungai Itu

Cerita ini terjadi kurang lebih tiga tahun yang lalu (tepatnya tanggal 31 Desember 1995). Saat itu kelompok kami (4 lelaki dan 2 perempuan) melakukan pendakian gunung. Rencananya kami akan merayakan pergantian tahun baru di sana. Sampai di tempat yang kami tuju hari telah sore, kami segera mendirikan tenda di tempat yang strategis. Setelah semuanya selesai, kami sepakat bahwa tiga orang lelaki harus mencari kayu bakar, sisanya tetap tinggal di perkemahan. Saya, Robby, dan Doni memilih mencari kayu bakar, sedangkan Fadli, Lia dan Wulan tetap tinggal di tenda. Baru beberapa langkah kami beranjak pergi, tiba-tiba Wulan memanggil kami, katanya dia ingin ikut kelompok kami saja (alasannya masuk akal: dia tidak enak hati sebab Fadli adalah pacar Lia, dan Wulan tidak ingin kehadirannya di tenda mengganggu acara mereka). Karena Fadli dan Lia tidak keberatan ditinggal berdua, kami (Robby, Doni, Saya dan Wulan) segera melanjutkan perjalanan.

 

Ada beberapa hal yang perlu saya ceritakan kepada pembaca tentang dua orang teman wanita kami. Lia sifatnya sangat lembut, dewasa, pendiam dan keibuan. Sifat ini bertolak belakang dengan Wulan. Mungkin karena dia anak bungsu dan ketiga kakaknya semua lelaki, jadi Wulan sangat manja, tapi terkadang tomboy. Tapi di balik semua itu, kami semua mengakui bahwa Wulan sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Lia.

 

Tidak berapa lama, sampailah kami pada tempat yang dituju, lalu kami mulai mengumpulkan ranting-ranting kering. Sambil mengumpulkan ranting, kami membicarakan apa yang sedang dilakukan Fadli dan Lia di dalam tenda. Tentu saja pembicaraan kami menjurus kepada hal-hal porno. Setelah cukup apa yang kami cari, Robby mengusulkan singgah mandi dulu ke sungai yang tidak berapa jauh dari tempat kami berada. Wulan boleh ikut, tapi harus menunggu di atas tebing sungai sementara kami bertiga mandi.

 

Wulan setuju saja. Singkat kata, sampailah kami pada sungai yang dituju. Saya, Robby dan Doni turun ke sungai, lalu mandi di situ.Wulan kami suruh duduk di atas tebing dan jangan sekali-kali mengintip kami. Sedang asyik-asyiknya kami berkubang di air, tiba-tiba kami mendengar Wulan menjerit karena terjatuh dari atas tebing. Tubuhnya menggelinding sampai akhirnya ia tercebur ke dalam air. Cepat-cepat kami berlari mencoba menyelamatkan Wulan (kami mandi hanya menanggalkan baju dan celana panjang, sedangkan celana dalam tetap kami pakai). Robby yang pandai berenang segera menjemput Wulan, lalu menariknya dari air menuju tepi sungai. Saya dan Doni menunggu di atas. Sampai di tepi sungai, tubuh Wulan basah kuyup. Sepintas saya lihat lengan Robby menyentuh buah dada Wulan. Karena Wulan memakai T-Shirt basah, saya dapat melihat dengan jelas lekuk-lekuk tubuh Wulan yang sangat menggairahkan.

 

Wulan merintih memegangi lutut kanannya. Saya dan Doni terpaku tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tapi Robby yang pernah ikut kegiatan penyelamatan dengan sigap membuka ikat pinggang Wulan lalu mencopot celana jeans Wulan sampai lutut.

 

Wulan berteriak sambil mempertahankan celananya agar tidak melorot. Sungguh, saat itu saya tidak tahu apa sebenarnya yang hendak Robby lakukan terhadap Wulan. Segalanya berjalan begitu cepat dan saya tidak menyimpan tuduhan negatif terhadap Robby. Saya hanya menduga, Robby hendak memeriksa luka Wulan. Tapi dengan melorotnya jeans Wulan sampai ke lutut, kami dapat melihat dengan jelas celana dalam wulan yang berwarna off-white (putih kecoklatan) dan berenda. Kontan penisku bangun. Robby memerintahkan saya dan Doni memegangi kedua tangan Wulan. Seperti dihipnotis, kami menurut saja. Wulan semakin meronta sambil menghardik, "Rob, apa-apaan sih. Lepas, lepas! Atau gua teriak." Doni secepat kilat membungkam mulut Wulan dengan kedua telapak tangannya. Robby setelah berhasil mencopot celana jeans Wulan, sekarang mencoba mencopot celana dalam Wulan. Sampai detik ini, akhirnya saya tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi.

 

Saya tidak berani melarang Robby dan Doni, karena selain saya sudah merasa terlibat, saya juga sangat terangsang saat itu melihat kemaluan Wulan yang lebat ditumbuhi rambut-rambut hitam keriting. Wulan semakin meronta dan mencoba berteriak, tapi cengkeraman tanganku dan bungkaman Doni membuat usahanya sia-sia belaka. Robby segera berlutut di antara kedua belah paha Wulan. Tangan kirinya menekan perut Wulan, tangan kanannya membimbing penisnya menuju kemaluan Wulan. Wulan semakin meronta, membuat Robby kesulitan memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina. Doni mengambil inisiatif. Dia lalu duduk mengangkangi tepat di atas dada Wulan sambil tangannya terus membungkam mulut Wulan. Tiba-tiba Wulan berteriak keras sekali. Rupanya Robby berhasil merobek selaput dara Wulan dengan penisnya. Secara cepat Robby menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur. Untuk beberapa menit lamanya Wulan meronta, sampai akhirnya dia diam pasrah. Yang dia lakukan hanya menangis terisak-isak.

 

Doni melepaskan telapak tangannya dari mulut Wulan karena dia merasa Wulan tidak akan berteriak lagi. Lalu dia mencoba menarik T-Shirt Wulan ke atas. Di luar dugaan, Wulan kali ini tidak mengadakan perlawanan, hingga Doni dan Saya dapat melepaskan T-Shirt dan BH-nya. Luar biasa, tubuh Wulan dalam keadaan telanjang bulat sangat membangkitkan birahi. Tubuhnya mulus, dan buah dadanya sangat montok. Mungkin ukurannya 36B. Doni segera menjilati puting susu Wulan, sementara saya lihat Robby semakin kesetanan mengoyak-oyak vagina Wulan yang beberapa saat yang lalu masih perawan. Saya sangat terangsang, lalu saya mulai memaksa mencium bibir Wulan. Ugh, nikmat sekali bibirnya yang dingin dan lembut itu. Saya melumat bibirnya dengan sangat bernafsu. Saya tidak tahu apa yang sedang Wulan rasakan.

 

Saya hanya melihat, matanya polos menerawang jauh langit di atas sana yang menguning pertanda malam akan segera tiba. Tangisnya sudah agak mereda, tapi saya masih dapat mendengar isak tangisnya yang tidak sekeras tadi. Mungkin dia sudah sangat putus asa, shock, atau mungkin juga menikmati perlakuan kasar kami. Tiba-tiba saya mendengar Robby menjerit tertahan. Tubuhnya mengejang. Dia menyemprotkan sperma banyak sekali ke dalam vagina Wulan. Setengah menit kemudian Robby beranjak pergi dari tubuh Wulan lalu tergeletak kelelahan di samping kami. Doni menyuruh saya mengambil giliran kedua. Saya bangkit menuju Vagina Wulan. Sepintas saya melihat sperma Robby mengalir ke luar dari mulut vagina Wulan. Warnanya putih kemerahan. Rupanya bercak-bercak merah itu berasal dari darah selaput dara (hymen) Wulan yang robek. Tanpa kesulitan saya berhasil memasukkan penis ke dalam vagina. Rasanya nikmat sekali. Licin dan hangat bercampur menjadi satu. Dengan cepat saya mengocok-ngocok penisku maju mundur. Saya mendekap tubuh Wulan. Payudaranya beradu dengan dadaku. Dengan ganas saya melumat bibir Wulan. Doni dan Robby menyaksikan atraksi saya dari jarak dua meter.

 

Beberapa menit kemudian saya merasakan penis saya sangat tegang dan berdenyut-denyut. Saya sudah mencoba menahan agar ejakulasi dapat diperlama, tapi sia-sia. Spermaku muncrat banyak sekali di dalam vagina Wulan. Saya peluk erat Tubuh Wulan sampai dia tidak dapat bernafas.

 

Setelah puas, saya berikan giliran berikutnya kepada Doni. Saya lalu duduk di samping Robby memandangi Doni yang dengan sangat bernafsu menikmati tubuh Wulan. Karena lelah, saya rebahkan tubuhku terlentang sambil memandangi langit yang semakin menggelap. Beberapa menit kemudian Doni ejakulasi di dalam vagina. Setelah Doni puas, ternyata Robby bangkit kembali nafsunya. Dia menghampiri Wulan. Tapi kali ini dia malah membalikkan tubuh Wulan hingga tengkurap. Saya tidak tahu apa yang akan diperbuatnya. Ternyata Robby hendak melakukan anal seks. Wulan menjerit saat anusnya ditembus penis Robby. mendengar itu Robby malah semakin kesetanan. Dia menjambak rambut Wulan ke belakang hingga muka Wulan menengadah ke atas. Dengan sigap Doni menghampiri tubuh Wulan. Saya melihat Doni dengan sangat kasar meremas-remas buah dada Wulan. Wulan mengiba.

 

"Aduhhh ... sudah dong Rob ... ampun ... sakit Rob .." Tapi Robby dan Doni tidak menghiraukannya.

 

"Oh, sempit sekali," teriak Robby mengomentari lubang dubur Wulan yang lebih sempit dari vaginanya. Setiap Robby menarik penisnya saya lihat dubur Wulan monyong. Sebaliknya saat Robby menusukkan penisnya, dubur Wulan menjadi kempot. Tidak lama, Robby mengalami ejakulasi yang kedua kalinya. Setelah puas, sekarang giliran Doni menyodomi Wulan. Melihat itu saya jadi kasihan juga terhadap Wulan. Di matanya saya melihat beban penderitaan yang amat berat, tapi sekaligus saya juga melihat sisa-sisa ketegarannya menghadapi perlakuan ini. Setelah Doni puas, Robby dan Doni menyuruh saya menikmati tubuh Wulan. Tapi tiba-tiba timbul rasa kasihan dalam hatiku.

 

Saya katakan bahwa saya sudah sangat lelah dan hari sudah menjelang gelap. Kami sepakat kembali ke perkemahan. Robby dan Doni segera berpakaian lalu beranjak meninggalkan kami sambil menenteng kayu bakar. Wulan dengan tertatih-tatih mengambil celana dalam, jeans, lalu mengenakannya. Saya tanyakan apakah Wulan mau mandi dulu, dan dia hanya menggeleng. Dalam keremangan senja saya masih dapat melihat matanya yang indah berkaca-kaca. Saya ambil T-Shirt nya. Karena basah, saya mengepak-ngepakkan agar lebih kering, lalu saya berikan T-Shirt itu bersama-sama dengan BH-nya. Robby dan Doni menunggu kami di atas tebing sungai. Setelah Wulan dan saya lengkap berpakaian, kami beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Robby dan Doni berjalan tujuh meter di depan saya dan Wulan.

 

Di perkemahan, Fadli dan Lia menunggu kami dengan cemas. Lalu kami mengarang cerita agar peristiwa itu tidak menyebar. Untunglah Fadli dan Lia percaya, dan Wulan hanya diam saja. Tepat tengah malam di saat orang lain merayakan pergantian tahun baru, kami melewatinya dengan hambar. Tidak banyak keceriaan kala itu. Kami lebih banyak diam, walau Fadli berusaha mencairkan keheningan malam dengan gitarnya.

 

Esoknya, pagi-pagi sekali Wulan minta segera pulang. Kami maklum lalu segera membongkar tenda. Untunglah sesampainya di kota kami, Wulan merahasiakan peristiwa ini. Tapi tiga bulan berikutnya Wulan menghubungi saya dan dia dengan memohon meminta saya bertanggung jawab atas kehamilannya. Saya sempat kaget karena belum tentu anak yang dikandungnya itu adalah anak saya.

 

Tapi raut wajahnya yang sangat mengiba, membuat saya kasihan lalu menyanggupi menikahinya. Satu bulan berikutnya kami resmi menikah. Wulan minta agar saya memboyongnya meninggalkan kota ini dan mencari pekerjaan di kota lain. Sekarang "anak kami" sudah dapat berjalan. Lucu sekali. Matanya indah seperti mata ibunya. Kadang terpikir untuk mengetahui anak siapa sebenarnya "anak kami" ini. Tapi kemudian saya menguburnya dalam-dalam. Saya khawatir kebahagiaan rumah tangga kami akan hancur bila ternyata kenyataan pahitlah yang kami dapati. Akhir Desember 1997 kami menikmati pergantian tahun baru di rumah saja. Peristiwa ini kembali menguak kenangan buruknya. Matanya berkaca-kaca. Saya memeluk dan membelai rambutnya. Beberapa menit kemudian, dalam dekapanku dia mengaku bahwa sebelum peristiwa itu terjadi sebenarnya dia sudah jatuh cinta padaku. Dia ikut mencari kayu bakar karena dia ingin bisa dekat denganku. Ya Tuhan, saya benar-benar menyesal. Pengakuannya ini membuat hatiku pedih tak terkira.

 

 

Mbak Tia

Aku kenal Mbak Tia kira-kira 15 tahun yang lalu, ketika sama-sama diterima di perusahaan tempat kami bekerja hingga sekarang. Kupanggil mbak karena memang usianya dua-tiga tahun di atasku. Tapi hubungan kami biasa-biasa saja karena kebetulan kami berbeda divisi dan ditempatkan di kota yang berbeda pula. Ketika masih on the job training kurang lebih enam bulan memang sempat sama-sama. Aku mengaguminya sebetulnya, dia cantik dan seksi, dan yang paling kusuka adalah rambutnya yang sepunggung dan matanya yang sendu. Tapi aku tak berani terlalu akrab. Yang mengelilinginya terlalu banyak dan aku harus tahu diri. Setelah berpisah aku pun lupa, hanya kadang-kadang kalau bertemu di kantor pusat saling berhalo basa-basi. Sudah.

 

Sampai krismon ini menerjang, termasuk perusahaan tempatku bekerja. Ketika terjadi phk aku sudah pasrah. Setelah phk, beberapa cabang ditutup dan pegawai yang masih dipakai ditarik ke pusat, dan diadakan pembenahan. Yang bikin surprise, sekarang aku satu divisi dengan Mbak Tia. Bayangkan, setelah 15 tahun. Dan aku semakin terpesona, di mataku dia semakin dewasa dalam usianya yang mendekati 40.

 

Tapi tentu saja perasaanku kusembunyikan. Hanya saja aku sering mencuri pandang. Aku semakin kagum dengan kematangannya. Rambutnya tetap sepunggung, agak pendek sedikit memang tapi masih di atas bahu. Matanya masih tetap sendu. Kulitnya tetap kencang. Senyumnya tetap manis. Badannya, yang aku heran, masih kencang. Buah dadanya tak terlalu besar tapi masih terlihat membusung ke depan. Aku tahu masih membusung karena jenis behanya bukan yang pakai penyangga. Aku tahu karena suatu kali ketika menunggu dia mengetik dan kuperhatikan dari belakang, di balik baju putihnya yang tipis tercetak jelas beha Mbak Tia. Dan..aku paling senang dengan beha hitam, entah mengapa, kupikir itu merangsang. Selain itu, pinggulnya masih tetap kecil dengan pinggul dan pantat yang proporsional. Aku sekarang jadi sering membayangkan yang bukan-bukan. Padahal kami sama-sama sudah punya keluarga.

 

Tapi pekerjaan akhirnya memang harus mendekatkan kami yang akhir-akhir ini harus sering pulang larut dan aku harus, dengan senang hati mengantarnya pulang. Kadang aku takut kalau melihat matanya, takut ketahuan kalau aku mengaguminya. Entah perasaanku saja mungkin, agaknya dia tahu juga kalau aku sering memandangnya penuh pesona. Tapi selama ini dia diam saja. Dan selama itu pula kami bergaul biasa, kadang guyon, bahkan suka nyerempet yang jorok. Dan dia biasa saja bahkan bisa mengimbangi. Tapi tetap saja aku tidak berani lebih dari itu.

Sampai suatu hari seperti biasa kami harus pulang malam. Dalam perjalanan pulang kami tak banyak ngobrol, mungkin capek. Aku melamun sendiri.

 

"Di."

 

"Dias."

 

"Di!"

 

Aku kaget, lamunanku terlalu jauh.

 

"Eh, sori, apa Mbak?"

 

"Kamu nglamun apa sih?"

 

"Eh.ngngng."

 

"Mampir rumah sebentar ya."

 

Biasanya aku mengantar cuma sampai depan pintu dan begitu dia turun aku terus pulang. Ada angin apa sekarang menawari aku mampir, tentu tak kusia-siakan, sambil mau kenalan dengan suami dan anaknya. Aku mengiyakan. Sampai akhirnya kami sampai dan turun. Gelap. Aku heran, dia mengambil kunci dari tasnya dan membuka pintu depan.

 

"Lho, pada kemana Mbak?"

 

"Mas Tri dan anak-anak sedang ke Bandung, ada perlu. Kamu tungguin sebentar ya aku nyalain lampu."

 

Kami masuk. Aku duduk sementara dia menyalakan lampu-lampu rumah dan setelah kelihatan semuanya beres aku sudah mau pamit tapi dicegah.

 

"Minum dulu, Di, mau apa? Dingin apa panas?"

 

"Dingin saja Mbak."

 

Mbak Tia masuk, agak lama, kemudian keluar sambil membawa es jeruk.

 

"Sori ya lama, aku ganti baju dulu, risi rasanya"

 

Aku agak melotot melihat Mbak Tia muncul dengan daster pendek putih agak tipis dengan potongan dada rendah. Ketika menunduk meletakkan minuman di depanku aku tak bisa mengalihkan mataku dari belahan dada yang aduhai. Dan ketika dia ke belakang mengembalikan baki, kulihat dari belakang bentuk tubuh yang demikian matang, masih bagus, kelihatan benar celana dalam dan behanya yang berwarna hitam itu. Ketika ngobrol aku sudah tidak bisa berkonsentrasi karena berusaha untuk tidak melihat belahan buah dada dan paha yang tersibak dari belahan daster.

 

"Di, kamu bisa pijit?" tanyanya tiba-tiba.

 

"Eh..enggak, kenapa?"

 

"Pijit sebentar dong kepalaku, agak pusing nih."

"Coba ya." dan aku berdiri di belakangnya, meraih kepalanya dan mencoba memijit pelan. Tapi mataku terus tertanam ke susu Mbak Tia yang semakin jelas terlihat di balik daster dan dibungkus beha hitam itu. Pembicaraan kami sudah berhenti ketika tanganku mulai lancar memijat. Dan tak terasa dari kening turun ke kuduk. Mbak Tia menengadahkan wajah dan meram ketika tanganku turun ke pundaknya.

 

"Enak Di."

 

Aku semakin kacau. Kuturunkan pelan-pelan jari-jari tanganku ke depan, menyentuh pangkal buah dadanya. Terasa lembut. Mbak Tia diam saja. Aku semakin berani. Jariku menekan pangkal susu itu. Mbak Tia masih diam, bahkan lirih kudengar napasnya memburu sementara matanya tetap terpejam. Aku nekat. Kuselipkan jari-jariku ke balik daster itu. Kusentuh beha yang tipis tapi terasa benar daging di dalamnya yang kenyal. Karena Mbak Tia tetap diam aku mengambil kesimpulan semuanya oke. Segera saja kuraih buah dada itu, kuusap dan kuremas-remas.

 

"Diiii.."

 

Kutarik Mbak Tia berdiri, aku masih dibelakangnya. Kupeluk Mbak Tia dengan erat, kuremas-remas buah dadanya yang ternyata kenyal sekali. Dia berbalik sehingga kini kami berhadapan. Aku kaget,kukira dia marah.

 

"Di.aku tahu kamu suka sama aku."

 

"Ngngng."

 

"Sudah lama kamu perhatikan aku."

 

Aku tergugu.kulihat mata yang sendu itu, sekarang terpejam lagi, dan bibir yang indah itu sedikit terbuka. Aku tak menunggu lama, kukecup bibirnya. Mbak Tia membalas ganas. Dikulumnya bibirku, lidahnya menjalar di dalam mulutku sementara tangannya langsung turun mencari penisku yang sedari tadi sudah tegang. Diusap-usapnya kemaluanku. Kami terus sibuk melepas pakaian. Dia melucuti pakaianku hingga yang terakhir, sementara aku hanya membuka dasternya saja. Mataku terbelalak melihat pemandangan di depanku. Tubuh Mbak Tia yang dibalut beha dan celana dalam hitam mini betul-betul merangsangku. Aku senang melihat wanita dengan pakaian dalamnya, entah kenapa, lebih daripada yang telanjang. Kami segera bergelut. Kuremas-remas buah dada itu sementara tangan Mbak Tia dengan lihai mempermainkan penisku yang semakin tegang. Mbak Tia kemudian berjongkok dan menciumi penisku. "Aaaaahhhhhhh..." nikmat sekali rasanya ketika bibir dan lidah Mbak Tia mempermainkan penisku, dimasukkannya penisku ke dalam mulutnya, dikulum, diisap, dijilat.. Sementara tanganku tetap meremas-remas buah dadanya. Sampai akhirnya aku tak tahan. Kurebahkan Mbak Tia di sofa besar panjang itu, perlahan kulepas behanya, kupandangi sepuasnya buah dadanya yang lembut itu, terus tanganku turun ke perut dan menyusup ke balik celana dalam Mbak Tia, terasa rambutnya yang lebat. Kubuka celana dalam itu sehingga kini Mbak Tia telanjang bulat. Dewa..

 

"Diiii..cepaaattt..aaaahhhhhhh..."

 

"Mbaaaakkk..."

 

Kutindih tubuh hangat Mbak Tia, Mbak Tia merengkuh tubuhku dan terasa hangat buah dadanya menekan dadaku. Kuarahkan penisku ke lubang vagina Mbak Tia yang sudah basah. Bllleeeeesssssss... hangat sekali rasanya penisku di dalam lubang kemaluan Mbak Tia.

 

"Diiii..ssssshshhhhh...aaaaahhhhhhh..enaaaakkkk..teruuussss..."

 

"Mbaaaaak..uuuuhhhhhh..."

 

Tubuh kami bergerak liar. Pinggul Mbak Tia berputar dan vaginanya terasa menjepit dan meremas kemaluanku. Tak terkatakan nikmatnya..

 

"Ooooohhhhh..Diiiiii...sssssshshshshsh...mmmmmhmhhhhh..teruuussss Diiiii...iyaaaaa...gituuu teruussss...aaahhhhhh enaaaak sekaliiii.."

 

"Mbaaaakkk...nikmat sekali mbaaaak...uuuuhhhhhh..."

 

"Diiii..aku mau keluar nih.sama-sama yaaaaa...ssssshhhhhhh..."

 

Kami bergoyang semakin cepat dan semakin cepat..sampai akhirnya kami berdua berteriak sama-sama ketika air maniku muncrat banyak sekali di dalam liang vagina Mbak Tia yang juga mencapai orgasmenya...

 

"Diiiiiiiiiiiiii.......!!!!!"

 

"Mbaaaaaaakkkkk...!!!!!"

Malam itu kami melakukannya tiga kali. Dan sejak itu setiap ada kesempatan. Satu hal lain yang kuperoleh dari pengalaman itu. Ternyata aku sekarang pandai menyenangkan ibu-ibu yang berusia 30-an yang masih menginginkan kepuasan sex berdasarkan suka sama suka. Karena kemudian Mbak Tia memperkenalkan aku dengan teman-temannya yang masih membutuhkan sex tapi tak diperoleh dari suaminya. Kami termasuk kelompok yang tidak suka "belanja", jadi tetap bersih sementara kebutuhan terpenuhi tanpa melibatkan uang, karena aku bukan gigolo. Aku akan senang kalau ada mbak/ibu yang ingin berbagi pengalaman.

 

 

Ibu Guru

Baik, kita mulai saja. Saat itu saya berusia 18 tahun dan sedang duduk di bangku SMA kelas 2, dan hampir kenaikan kelas ke kelas 3. Pada saat itu terjadi pergantian guru suatu bidang studi karena guru yang lama mendadak menerima panggilan kerja di luar kota, maka diganti oleh guru yang baru dan masih muda dan cantik, dengan badan yang biasa-biasa saja tetapi memiliki kesan bahwa badan tersebut dirawat oleh pemiliknya karena kulitnya yang mulus bersih dan putih.

 

Saya termasuk salah satu murid teladan yang dekat dengan guru, maka saya pun semakin dekat dengan guru saya yang ini, apalagi karena mungkin dia masih muda, jadi kami memliki pandangan yang lumayan sama. Pada suatu hari saya absen karena sakit, di mana pada hari itu ada ulangan mata pelajaran tersebut, jadi terpaksa saya harus mengikuti ulangan susulan, jadi saya menjumpai guru tersebut pada keesokan harinya untuk meminta ulangan susulan. Guru tersebut mengatakan bahwa nanti setelah pulang sekolah saya boleh ke kantor guru untuk menjumpainya dan ulangan susulan.

 

Segera setelah saya membereskan buku-buku saya saya segera menuju ke kantor guru untuk mencari guru itu, dam mendapatinya seorang diri. Dia segera memberikan soal-soal ulangan. Setelah saya selesai kami bicara-bicara sebentar, dan tiba-tiba dia bertanya kepada saya.."Kamu setuju ngga sama sex bebas ?" Saya segera menjawab, "Ssebenarnya sih saya kurang setuju, tapi kalau memang sudah dasar suka-sama-suka ya mungkin lain." Dia segera bertanya lagi, "Jadi kamu sudah pernah mencobanya ?" "Wah, saya belum pernah Bu," Saya merasa malu dan tidak berani menatap wajahnya yang cantik, dia berkata lagi, "Jadi kalau kamu diajak untuk sekadar pengalaman mau?" Saya tidak berani menjawab....."Ayo, nanti ibu ajarkan bagaimana caranya, kamu ikut ibu pulang saya yaaa?"

 

Entah bagaimana saya mengangguk saja, dan pulanglah kami bersama-sama.

 

Setelah sampai di rumahnya Ibu itu segera menyilakan saya duduk di ruang tamu rumahnya yang sederhana di mana Ia tinggal sendirian, saya duduk saja sambil membaca majalah, sedangkan dia masuk untuk berganti baju. Tiba-tiba dia muncul dengan pakaian yang amat tipis sehingga saya seolah-seolah dapat melihat dadanya yang tidak memakai apapun lagi itu, di mana daging yang begitu indah dengan sedikit tonjolan yang merupakan putingnya. Sedangkan dia memakai celana pendek yang agak ketat sehingga terukir siluet CD-nya. Adik gue segera bangun dan siap untuk bertempur, tinggal mencari sasaran saja.

 

Ibu guru segera melihat bahwa saya telah terangsang dan segera menciumi saya, saya yang belum pernah berciuman sama sekali hanya bisa menjilat lidahnya, setelah beberapa saat kami berciuman ibu segera membuka zipper celana SMA saya dan mengeluarkan adik saya, ibu sempat terkagum melihat keperkasaan adik saya yang sekitar 17 cm, tangannya mengelus adik saya dengan halus sehingga menambah kekerasan adik saya, dan ibu langsung 'memakannya', saya bingung tidak tahu harus melakukan apa, saya akhirnya mulai berani memegang payudara ibu yang saya rasakan sangat kenyal sambil memijit-mijit putingnya.

 

Ibu berkata, "Wah pintar kamu bikin Ibu 'naik'." Saya hanya bisa tersenyum saja, sementara saya sudah seperti berada di awang-awang, kemudian saya segera melepaskan celana saya sehingga adik saya lebih leluasa 'bertempur', dan saya juga bilang, "Bu, ibu lepas juga dong bajunya." Dia hanya tersenyum sambil melepaskan bajunya ,....maka saya untuk pertama kalinya dalam hidup melihat payudara wanita yang sangat indah dan menawan, dan juga vaginanya yang lebat ditumbuhi oleh bulu-bulu, tetapi terkesan terawat, ibu segera menyuruh pindah ke kamar tidur, di sana saya disuruh untuk 'memainkan' vaginanya, saya segera menjilati daerah sekitarnya sebelum sampai ke itilnya, itilnya telah mengeras sehingga saya semakin bersemangat menjilatinya tanpa perasaan jijik sedikitpun, semakin lama semakin banyak lendir yang keluar, saya akui saya sangat menyukai lendir tersebut, saya tidak dapat menahan diri lebih lama lagi, saya masukkan adik saya ke dalam vaginanya, pertama-tama agak susah, tetapi semakin lama semakin masuk dana akhirnya saya mulai gerakan saya, dari lambat menjadi semakin cepat.

 

Setelah kira-kira 10 menit saya merasakan sesuatu di kepala adik saya, dan pas pada saat itu terasa vagina ibu memijit-mijit adik saya, ternyata ibu telah orgasme dana saya pun segera membombardir vagina ibu dengan beberapa tembakan......cret...cret.....cret. Saya membiarkan adik saya tetap di dalam vagina ibu, dan kami tertidur lemas, setelah sadar kami segera mandi dan kemudian saya segera pulang.

 

Setelah kejadian itu Ibu guru itu sering menanggil saya ke rumahnya, untuk apa lagi kalau bukan untuk pengalaman kita 'bertempur' dulu, sekarang saya telah kuliah semester 5, tetapi hubungan saya dengan Ibu guru tetap jalan, walaupun dia telah menikah 2 tahun lalu.

 

Saya ingin menyampaikan pada saudara-saudara, kalau bisa hindarkanlah diri anda dari situasi seperti di atas, anda tidak akan lepas darii perasaan bersalah semumur hidup !!!

 

 

Di Hutan

Sebenernya gue cuma mau jalan-jalan doang hari itu. Soalnya di rumah gue suntuk, akhirnya ya gue putusin buat jalan-jalan di hutan sekedar buat refreshing. Setelah lama jalan-jalan dan hari sudah menjelang sore, hutan itu juga udah mulai gelap, gue melihat ada sosok yang lagi jalan ke arah gue. Makin lama, makin jelas ternyata dia cewek, gue tebak umurnya nggak lebih dari 15 taun, malah mungkin kurang karena tubuhnya masih langsing dan dadanya juga belon begitu besar. Dia pakai celana pendek sama t-shirt.

 

Buset, pahanya yang putih itu bikin gue menelan ludah. Pasti dia anak orang kaya yang lagi berkemah atau menginap di salah satu villa yang ada di sekitar hutan ini. Gue nggak tau kenapa dia bisa sampai masuk hutan, sendirian lagi, yang jelas gue nggak tahan kalo musti ngelepasin kesempatan yang baek ini, karena gue kebetulan udah lama nggak pernah ngerasain gimana nikmatnya tidur sama anak di bawah umur.

 

Gue cepet-cepet merunduk ke semak-semak yang ada sambil menunggu dia lewat. Begitu dia lewat langsung gue sergap dari belakang sambil menutup mulutnya, soalnya biar udah malem, tapi kita masih ada di pinggiran hutan, jadi gue nggak mau ambil resiko orang denger teriakan anak ini. Sambil meronta-ronta, gue bawa dia masuk lebih jauh ke tengah hutan. Kalo udah masuk di dalem hutan, gue jamin nggak ada yang bisa denger teriakan dia, soalnya orang-orang di sekitar situ percaya kalo hutan itu angker, padahal mereka nggak tau kalo ada tempat seukuran yang rada lapang tempat gue biasa nyepi. Ketika pas gue sampe ke tempat pribadi gue, pas ada sinar bulan purnama yang menerangi tempat itu, kebeneran juga soalnya sekitar gue udah gelap gulita.

 

"Lepaskan! Lepaskan! Jangan Om!" dia langsung berteriak-teriak ketika mulut gue lepas dari mulutnya. Om? Enak aja dia panggil gue Om, langsung aja gue kepalkan tangan gue dan gue pukul di keras-keras di perut. Dia langsung tersungkur ke tanah sambil megangin perutnya dan mengerang. Nggak cuma itu, langsung gue tendang punggungnya sampe dia berguling-guling nabrak batang pohon yang udah roboh. Setelah itu gue tarik rambutnya yang sebahu sampe mukanya deket sama muka gue.


"Sekarang dengerin anak kecil!" kata gue pelan tapi pasti. "Gue bukan om elo, tapi elo sebaeknya jangan banyak tingkah, kalo nggak mau mati! Gue cuma pengen ngajarin elo kesenengan yang belon pernah elo dapetin di sekolah elo! Tau?!" Dia cuma menangis sambil mendorong-dorong-dorong gue, tapi tenaganya sudah lemah gara-gara gue tendang tadi.

 

"Jawab goblok!" bentak gue sambil menampar pipinya berkali-kali sampe memerah.

 

"Ampuuun, ampun!" dia menjerit kesakitan karena tamparan gue tadi. Gue langsung saja nggak buang waktu, dia langsung gue dorong ke batang kayu roboh tadi, sambil gue tindih, gue telanjangin dia. Mulai dari t-shirtnya terus celana pendeknya, gue tarik bh-nya sampe putus. Terakhir gue lepasin juga celana dalemnya sekaligus sepatu sama kaos kakinya. Akhirnya dia telanjang bulat sambil meronta-ronta karena tangannya gue pegangin sama tangan kiri gue. Wow, kulitnya bener-bener putih mulus, dadanya belon begitu besar tapi sudah membulat, vaginanya juga masih jarang rambutnya. Dia mengerang lemas ketika gue raba dan remas dadanya.

 

"Hei, lo suka ya?! Sabar aja ntar gue tunjukin yang lebih enak!" Gue melihat sekeliling gue, dan gue akhirnya nemu cabang pohon dengan diameter sekitar 5 cm. Dia sudah nggak bisa bergerak karena kesakitan gara-gara pukulan gue, tapi buat amannya gue pukulin juga tuh cabang ke perutnya berkali-kali sampe perutnya membiru. Dia masih sadar tapi yang pasti dia nggak bakalan bisa bergerak buat lari dari gue.

 

"Nah, enaknya gue mulai dari mana nih?" tanya gue sama dia. "Dari depan atau dari belakang?" Dia cuma bisa mengeluarkan desahan sakit, sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

 

"Gue mulai dari depan aja ya? Pasti lo masih perawan kan?" Selesai ngomong itu, gue langsung mendorong cabang pohon tadi masuk ke vaginanya. Karena sempit gue sampe musti melebarkan bibir vaginanya supaya cabang tadi bisa masuk sedikit. Dia merintih-rintih ketika cabang tadi mulai masuk sedikit demi sedikit. Gue terus mendorong cabang tadi sambil memutar-mutarnya. Dia langsung menjerit kesakitan ketika gue lakukan itu. Itu yang gue pengen denger dari tadi, kontol gue langsung tegang banget. Ketika dia menjerit sekeras-kerasnya gue merasa cabang pohon tadi nggak bisa masuk lebih dalem lagi. Lalu gue mulai menarik dan mendorong cabang tadi sambil memutar-mutarnya, yang pasti bakalan membuat dia lebih kesakitan kalo gue denger dari jeritannya. Kepalanya mengeleng-geleng sampai terantuk-antuk ke batang pohon tempat dia berbaring sampai memohon gue agar gue berhenti. Goblok bener dia, tentu saja gue nggak bakalan berhenti! Setelah beberapa kali tusukan, cabang pohon tadi mulai berubah jadi merah, karena darah yang keluar dari vaginanya. Ada juga yang meleleh keluar dan mengalir turun lewat pahanya. Gue terus menusuk-nusuk vaginanya sampe sekitar 10 menit, sampe dia nggak bisa mengerang hanya bisa mendesah dan mengigit bibir kesakitan. Gue liat ada darah juga di sekitar bibirnya gara-gara digigit terlalu keras sama dia.

 

Akhirnya gue nggak bisa tahan lagi, gue musti masukin kontol gue. Langsung saja gue buka celana gue, kontol gue langsung bergoyang-goyang tegang. Lalu gue cabut cabang pohon tadi dari vaginanya, gue liat bibir-bibir vaginanya langsung menutup lagi, diiringi tarikan nafas anak itu. Karena gue udah nggak tahan lagi, lagsung aja gue balikin badannya yang sudah lemah lunglai itu sehingga pantatnya menghadap ke arah gue. Gue buka belahan pantatnya, gue liat lobangnya kecil sekali, wah dia bakalan kesakitan kalo gue masukin kontol gue, tapi gue nggak peduli, yang jelas gue nggak bisa bayangin gimana nikmatnya jepitan lobang itu. Sambil membuka belahan pantatnya gue arahin kepala kontol gue ke lobang kecil tadi, lalu gue pegang bahu anak tadi erat-erat sambil mulai mendorong masuk.

 

Ya Tuhan, sempit banget, gue sampe meringis-ringis, dia juga mulai meronta-ronta begitu sadar apa yang bakalan gue kerjain di pantatnya. Tapi pelan-pelan, lobang tadi mulai membuka buat kontol gue, mulai masuk sampai kepala kontol gue dan terus maju pelan-pelan. Ketika gue dorong kontol gue, dia kembali merintih-rintih seakan-akan kehabisan nafas.

 

Akhirnya dengan dorongan terakhir yang keras masuk juga kontol gue ke lobang pantatnya. Lalu gue nggak nunggu-nunggu lagi, langsung aja gue maju mundur. Gue nggak pelan-pelan lagi sekarang, gue gerakin pinggul gue cepat dan keras. Sampai badan anak tadi terguncang-guncang, terdorong maju mundur. Gue liat dada dan perutnya mulai berdarah-darah karena bergesekan dengan kulit pohon yang kasar. Lama kelamaan kontol gue jadi kemerah-merahan, selain gara-gara sempit sekali, ada juga darah yang nempel ke kontol gue. Sekitar 15 menit gue gerakin pinggul gue, darah yang keluar udah ada di mana-mana. Sampe meleleh turun lewat pahanya ke tanah.

 

Gue merasa gue bakalan keluar nggak lama lagi, begitu sudah hampir puncaknya, gue langsung cabut kontol gue dan langsung gue tarik rambut anak itu. Dia langsung mengerang sakit, dan saat itu juga gue masukin kontol gue ke mulutnya yang terbuka. Dia langsung tersengal-sengal karena kontol gue masuk langsung masuk ke kerongkongannya, bikin dia sulit bernafas. Dia berusaha menarik kepalanya tapi nggak bisa, malah gara-gara gerakannya itu dan gesekan kontol gue dengan lidahnya gue nggak bisa nahan lagi. sambil mengerang gue keluarin sperma gue ke mulutnya langsung masuk lewat kerongkongan. Gue liat dia melotot ketika ada cairan ketal masuk ke kerongkongannya. Gue tahan kontol gue di mulut anak itu sampe sekitar satu menit, sampe sperma gue habis gue keluarin ke mulutnya, ada juga yang gue liat meleleh keluar, mengalir lewat dagu, leher dan nempel di puting susunya.

Akhirnya gue tarik kontol gue yang udah mulai lemas dari mulutnya. Dia langsung tersungkur ke tanah dan muntah-muntah ngeluarin isi perutnya.

 

"Dasar lo goblok nggak tau barang enak!" kata gue. "Muka lo kotor tuh, gue bersiin ya?!" sambil berkata itu gue langsung kencing ke mukanya, air seni gue membasahi seluruh muka, rambut sampe dadanya. Langsung aja dia muntah-muntah lagi sampe lemas nggak berdaya, karena nggak ada lagi yang bisa dikeluarin dari perutnya.

 

Jam gue udah nunjukin jam 2 pagi, ketika gue kembali berpakaian. Gue hampiri dia yang tergolek lemas, gue liat air matanya mengalir terus biarpun dia nggak ngeluarin suara tangisan.

 

"Lo mau lagi?" tanya gue. Dia nggak bergerak cuma gue liat mukanya yang pucat tambah pucat lagi. "Ah, tapi punya lo udah rusak gara-gara ini. Gue jadi nggak nafsu!" kata gue. "Laen kali aja deh!" kata gue sambil nunjukin cabang pohon yang berlumuran darah ke mukanya.

 

Setelah selesai gue ngomong itu, langsung aja gue pukul dadanya pake tuh cabang, gue pukul punggungnya, pahanya, vaginanya. Kadang juga gue tendang perutnya sampe dia nggak bergerak lagi, matanya melotot ngeri. Gue raba nadinya, ternyata masih ada denyutan. Gue langsung berdiri dan berjalan ninggalin dia keluar hutan. Gue nggak peduli mau ada yang nemuin dia atau nggak, kalo dia nggak kuat dia bakalan mati juga. Lagipula gue siang nanti mo ke Jepang, jadi nggak ada yang bisa nemuin gue!

 

 

MALAM JAHANAM

Aku tersadar dan menemukan diriku sudah terikat di kursi di ruangan tengah rumah peristirahatannya di puncak. Aku dan beberapa teman berserta istri mereka sedang ber-weekend di puncak. Istriku, Diah sedang kembali ke Jakarta mengambil beberapa keperluan yang tertinggal. Sedangkan aku sendiri baru pulang berjalan-jalan sendiri, sekitar pukul 7 malam ketika sebuah pukulan mendarat di kepalaku tepat ketika aku akan membuka pintu.

 

Di tengah ruangan ada dua orang berdiri mengawasiku. Yang satu berkulit hitam, dan yang satu tidak berambut alias botak.

 

"Hei, lo sudah bangun. Bagus jadi lo bisa liat bagaimana kita mainin istri lo sekarang!" kata Hitam.

 

Diah! Diah akan pulang sebentar lagi. Hampir bersamaan, terdengar kunci pintu depan diputar dan Diah masuk ke ruang depan. Botak langsung mendekati dia sebelum Diah sadar apa yang terjadi. Diah terkejut dan berusaha melepaskan pelukan Botak. Kakinya menendang-nendang. Tapi pelukan Botak tidak dapat dilepaskannya. Kemudian ia melihat Hitam, berdiri disampingku dengan pisau panjang di leherku.

 

"Diem atau dia mati!" katanya.

 

Diah langsung berhenti meronta-ronta. Sementara itu Botak sekarang menekuk tangannya ke belakang. Diah seorang model, sering muncul di televisi. Ia bersahabat karib dengan Eksanti, yang juga seorang model. Eksanti yang memperkenalkan Diah padaku.

 

"Ka,kalian mau apa?"

 

Hitam berjalan mendekati Diah tanpa menjawab. Kemudian ia menarik dan merobek t-shirt yang dikenakan oleh Diah. Nafas Diah tersentak ketika dengan cepat Hitam dengan pisaunya melucuti BH dan celana jeans yang dikenakannya. Sekarang Diah berdiri di tengah ruangan hanya dengan memakai celana dalamnya. Payudaranya yang penuh bulat terbuka, demikian juga dengan tubuhnya yang putih mulus, tidak tertutup selembar benangpun. Diah baru berumur 25 tahun, dan kami baru menikan 3 bulan yang lalu. "Ya Tuhan, jangan. Ya Tuhan." Diah meronta sambil memandangku putus asa. "Diem brengsek!" kata Hitam. Kemudian ia menyeret Diah ke depan kamar mandi, dan ia meletakan kedua tangan Diah pada kusen pintu kamar mandi sehingga Diah berdiri dengan bertumpu ke depan dengan kedua tangannya. Kemudian Hitam melebarkan kaki Diah. Diah sekarang berdiri dengan kaki terbuka di depan kamar mandi, dan tepat di hadapannya terdapat kaca rias, setinggi tubuh manusia. Kaca itu biasanya digunakan Diah untuk mencoba baju-baju yang baru dibelinya. Hitam lalu merobek celana dalam Diah dan menjatuhkannya ke lantai. Sekarang Diah bisa melihat dirinya melalui cermin di depannya telanjang bulat, dan dibelakang dilihatnya Hitam sedang mengagumi dirinya. "Gila bener! Gue suka pantat lo. Lo bener-bener oke!" Hitam menampar pantat Diah yang sebelah kiri yang membuat Diah menjerit dan melompat kesakitan. Lalu tanpa menunggu lagi, Hitam melepaskan celananya dan memperlihatkan penisnya yang sudah keras. Hitam kemudian menyelipkan penisnya diantara kedua kaki Diah lewat belakang, untuk diperlihatkan pada Diah.

 

"Jangan pak. Jangan! Ampun, jangan!" Diah menoleh kebelakang dan memandangku. Terlihat air mata meleleh dari matanya. Aku meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari ikatan.

 

Hitam masih tidak peduli melihat Diah memohon-mohon. Kepala penisnya kemudian menyusuri belahan pantat Diah, terus menuju kebawah, kemudian maju mendekati bibir vagina Diah. Setelah tangan Hitam memegang pinggul Diah dan dengan satu gerakan keras bergerak maju.

"Arrrrgggghh, jangaaaaaan! Ampuuuun!" Diah menjerit-jerit ketika penis Hitam mulai membuka bibir vaginanya dan mulai memasuki lubang kemaluannya. Kaki Diah mengejang menahan sakit ketika penis Hitam terus menembus masuk tanpa ampun.

 

Hitam mulai bergerak maju mundur memperkosa Diah dan ketika kepala Diah terjatuh lunglai kesakitan, ia menarik rambut Diah sehingga kepala Diah kembali terangkat dan Diah kembali bisa melihat dirinya disetubuhi oleh Hitam melalui cermin. kadang-kadang Hitam menampar pantat Diah berulang kali, aku juga melihat payudara Diah yang tersentak-sentak setiap kali Hitam memasukan penisnya ke dalam vagina istriku. Tiba-tiba Hitam mengeluarkan penisnya dari vagina Diah. Diah langsung meronta dan berlari menuju pintu, berharap seseorang akan melihatnya minta tolong, biarpun dirinya telanjang bulat. Tapi Botak terlebih dahulu menyambar pinggangnya sebelum Diah sampai ke pintu depan. "Ahhh, tolong! Tolommpppphhh" Teriakan Diah dibungkam oleh tangan Botak sementara itu Hitam mendekat dan mengikat tangan Diah menjadi satu ke depan. Setelah itu, Diah didorong hingga terjatuh diatas lutut dan sikunya. Sekarang Botak, membuka celananya dan memasukan penisnya ke mulut Diah.

 

"Mmmmmmpppphhhhh!" Diah berteriak, dengan penis di dalam mulutnya. Sementara itu Botak masih diam dan terus menggerakan penisnya di mulut Diah. Mata Diah tertutup dan wajahnya memerah, sementara itu air mata masih meleleh turun di pipinya. Ketika itu Hitam masuk ke kamar tidur kami dan ketika kembali ia membawa salah satu ikat pinggang kulitku. Botak kemudian mengeluarkan penisnya dari mulut Diah. Diah yang masih tersungkur di atas lutut dan sikunya terlihat lega. Tapi tanpa peringatan lagi, Hitam mengayunkan ikat pinggangku ke pantat Diah. "Aduuuh. Sakiit! Ampuun! Jangan, pak, sakit!" Hitam terus memukuli pantat Diah, sementara Diah berusaha merangkak menjauh, dan berusaha berdiri. Akhirnya Diah sampai ke sofa dan berusaha berdiri. Hitam berhenti memukul dan langsung berlutut di belakang Diah dan meremas pantat Diah.

 

"Jangan bergerak!" anacam Hitam.

 

Diah sekarang bersamdar pada sofa. Payudaranya tertindih badannya di sofa, sementara ia berlutut di lantai. "Ampun pak! Lepaskan saya pak! Sakit pak! Ampun!"

 

"Diem!" bentak Hitam. Hitam membuka belahan pantat Diah dan meraba-raba liang anusnya. "Ap, apa, mau kalian."

 

"Siap, siap sayang. Gue musti ngerasain pantat lo yang putih mulus ini!"

Diah memandangku dengan ketakutan, kemudian ia menoleh ke Hitam yang ada dibelakangnya. Wajahnya mulai memucat. "Jangan! Jangan pak. Saya nggak mau diperkosa di situ pak! Ampun!"

"Well, gue tetep mau peduli lo mau apa nggak!" Hitam menarik tubuh Diah hingga ia terjatuh di atas sikunya lagi ke lantai, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian ia menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anus Diah. Kemudian ia membuka belahan pantat Diah lebar-lebar. "Ya Tuhan, jangan! Sakit! Ampun pak, ampun! Aaaaakkkkkkhh" Hitam mulai mendorong masuk, terus masuk sementara Diah mejerit-jerit minta ampun. Diah meronta-ronta tak berdaya, hanya semakin menambah gairah Hitam untuk terus mendorong masuk. Diah terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis Hitam masuk ke anusnya.

 

"Ya Tuhan, ampun! Sakit sekali! Ampun!" jerit Diah, ketika Hitam mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anus Diah.

 

"Buset! Pantat lo emang sempit banget! Lo emang cocok buat beginian!" kata hitam sambil memandang mataku.

 

"Lo udah pernah nyoba pantat istri lo belon? Bener-bener kualitas nomer satu!"

 

Tangisan Diah maskin keras. "Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit pak, ampun!" Hitam menampar pantatnya. "Gila, gue bener-bener seneng sama pantat lo!"

 

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu depan. Sebelum Diah sempat berteriak, tangan Hitam sudah menutup mulutnya dan ia mendorong penisnya masuk ke anus Diah.

 

Botak kemudian menuju ke ruang depan yang gelap, ketika pintu depan terbuka.

 

"Di? Ini gue! Kok pintu lo nggak dikunci sih?"

 

Eksanti! Sahabat Diah. "Ntar kalo ada ma..aaaaahhhhhh!" Botak sudah menerkam dan memeluk tubuh Eksanti dari belakang. Terdengar Eksanti berontak dan meronta-ronta. Tapi tak lama kemudian Eksanti masuk dipegangi oleh Botak dengan kedua tangan terikat ke depan.

 

Untuk pertama kalinya Botak berkata, "Yang ini punya gue." Eksanti mempunyai tubuh lebih kurus dan lebih tinggi. Buah dadanya tidak sebesar Diah tapi tidak mengurangi kecantikan dan keindahan tubuhnya. Sementara itu Hitam kembali menyetubuhi Diah lewat pantatnya, sementara Botak mulai melucuti pakaian Eksanti. "Lepasin! Jangan! Diah, kamu kenapa? Ya Tuhaaaaahhhhh" Eksanti berteriak ketika Botak menarik BHnya hingga lepas dan mulai menarik celana jeansnya.

 

"Jangan! Lepasin Eksanti, jangan! Kalian perkosa saja saya. Jangan ganggu Eksanti! Jangan!" Hitam langsung memasukan penisnya keras-keras. "Jangan banyak omong! Kita mau lo berdua!" Kemudian ia kembali bergerak dengan brutal dan keras.

 

Botak berhasil menelanjangi Eksanti, sementara Eksanti dengan kedua tangan terikat, berusaha menutupi payudaranya.

 

Hitam kemudian menarik penisnya keluar dari anus Diah, membuat Diah tersungkur lemas kesakitan di lantai. Kemudian ia membantu Botak meringkus Eksanti.

 

"Lo mau pake pantatnya juga?" tanya Hitam

 

"Tentu dong!"

 

"Oke"

 

Kemudian mereka mendorong Eksanti hingga terjatuh di atas lutus dan sikunya dihadapanku. Kemudian Hitam menyeret tubuh Diah dan membaringkannya di sebelah Eksanti. Sekarang mereka berdua berada dalam posisi merangkak tepat dihadapanku.

 

Botak dan Hitam mulai membandingkan antara Diah dan Eksanti. "Wow, liat mereka! Beda tapi oke semua!"

 

"Lo pilih yang mana? Yang dada besar atau yang pantatnya kenceng?" tanya Botak.

 

"Gue pikir tadi lo bilang yang pantatnya kenceng punya lo!" jawab Hitam.

 

"Iya, tapi gue lagi baek nih!"

 

"Gue ambil yang dadanya gede aja. Pantatnya lebih bunder." jawab Hitam sambil menunjuk Diah.

 

"Oke kalo gitu yang pantatnya kenceng buat gue!"

 

Akhirnya mereka berdua berlutut di belakang mereka. Hitam di belakang Diah dan Botak di belakang Eksanti. Mereka menempelkan kepala penisnya ke liang anus, dan membuka belahan pantat Diah dan Eksanti. Dan bersamaan mulai mendorong masuk ke anus Diah dan Eksanti.

 

"Ampun! Jangan lagi! Sakit! Jangan disitu lagi!" Diah menjerit ketika penis Hitam mulai masuk lagi ke anusnya.

 

"Aduuuuuhh, sakiiiiiit. Diah toloooong!" Eksanti menjerit lebih keras lagi, ketika anusnya yang kecil dimasuki oleh penis Botak.

"Diem semua! Dasar cewek murahan!" bentak Botak.

 

Hitam terus bergerak maju mundur sambil mengerang nikmat. "Wah, gue bener kagum sama pantat istri lo ini!"

 

Aku tak berdaya melihat kedua wanita itu mengerang dan menjerit diperkosa oleh mereka.

 

Kulihat tangan Botak meraih payudara Eksanti yang kecil tapi padat dan meremasnya keras-keras. Kemudian ia menariknya tanpa kasihan.

 

Jeritan Eksanti kembali terdengar.

 

 

Oh, Demam Berdarahku

Peristiwa ini terjadi awal April 1998 yang lalu sewaktu penyakit demam berdarah dengue (DBD) sedang mewabah. Nah, waktu itu gue juga terkena penyakit DBD tersebut.

 

Pagi itu, pas bangun tidur, gue merasa pusing sekali, suhu tubuh tinggi, dan pegal-pegal di sekujur tubuh. Padahal kemarin siangnya, gue masih bisa mengemudikan mobil gue seperti biasa, tanpa ada gangguan apa-apa. Keesokan sorenya, karena kondisi tubuh gue semakin memburuk, akhirnya gue pergi ke Unit Gawat Darurat (UGD) sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta. Ketika gue periksa darah di laboratorium klinik di rumah sakit tersebut, ternyata hasilnya trombosit gue turun jauh menjadi hampir separuh trombosit yang normal. Akhirnya karena gue tidak mau menanggung resiko, sore itu juga gue terpaksa harus rawat inap alias diopname di rumah sakit tersebut.

 

Gue memperoleh kamar di kelas satu. Itu pun satu-satunya kamar yang masih tersedia di rumah sakit tersebut. Kamar-kamar lainnya sudah penuh terisi pasien, yang sebagian besar di antaranya juga menderita DBD seperti gue. Di kamar itu, ada dua tempat tidur, satu milik gue dan satunya lagi untuk seorang pasien lagi, tentu saja cowok juga dong. Kalau cewek sih bakal jadi huru-hara tuh! Dari hasil ngobrol-ngobrol gue dengan dia, ketahuan bahwa dia sakit gejala tifus.

 

Akhirnya, gue menghabiskan malam itu berbaring di rumah sakit deh. Perasaan gue bosan banget. Padahal gue baru beberapa jam saja di situ. Tapi untung saja, teman sekamar gue senang amat ngobrol. Jadi tidak terasa, tahu-tahu jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Di samping mata sudah mengantuk, juga kami berdua ditegur oleh seorang suster dan dinasehati supaya istirahat. Dan gue dan teman baru gue itu tidur.

 

Saking nyenyaknya gue tidur, gue terkejut sewaktu dibangunkan oleh seorang suster. Gila! Suster yang satu ini cakep benar, sekalipun tubuhnya sedikit gempal tapi kencang. Gue tidak percaya kalau yang di depan gue itu suster. Gue langsung mengucek-ucek mata gue. Ih, benar! Gue tak bermimpi! Gue sempat membaca name tag di dadanya yang sayangnya tidak begitu membusung, Vika (bukan nama sebenarnya).

 

"Mas, sudah pagi. Sudah waktunya bangun," kata Suster Vika.

 

"Nggg...." Dengan sedikit rasa segan akhirnya gue bangun juga sekalipun mata masih terasa berat.

 

"Sekarang sudah tiba saatnya mandi, Mas," kata Suster Vika lagi.

 

"Oh ya. Suster, saya pinjam handuknya deh. Saya mau mandi di kamar mandi."

 

"Lho, kan Mas sementara belum boleh bangun dulu dari tempat tidur sama dokter."

 

"Jadi?"

 

"Jadi Mas saya yang mandiin."

 

Dimandiin? Wah, asyik juga kayaknya sih. Terakhir gue dimandiin waktu gue masih kecil oleh mama gue.

 

Setelah menutup tirai putih yang mengelilingi tempat tidur gue, Suster Vika menyiapkan dua buah baskom plastik berisi air hangat. Kemudian ada lagi gelas plastik berisi air hangat pula untuk gosok gigi dan sebuah mangkok plastik kecil sebagai tempat pembuangannya. Pertama-tama kali, suster yang cantik itu meminta gue gosok gigi terlebih dahulu.

 

"Oke, sekarang Mas buka kaosnya dan berbaring deh," kata Suster Vika lagi sambil membantu gue melepaskan kaos yang gue pakai tanpa mengganggu selang infus yang dihubungkan ke pergelangan tangan gue. Lalu gue berbaring di tempat tidur. Suster Vika menggelar selembar handuk di atas paha gue.

 

Dengan semacam sarung tangan yang terbuat dari bahan handuk, Suster Vika mulai menyabuni tubuh gue dengan sabun yang gue bawa dari rumah. Ah, terasa suatu perasaan aneh menjalari tubuh gue saat tangannya yang lembut tengah menyabuni dada gue. Ketika tangan Suster Vika mulai turun ke perut gue, gue merasakan gerakan di selangkangan gue. Astaga! Ternyata penis gue menegang! Gue sudah takut saja kalau-kalau Suster Vika melihat hal ini. Uh, untung saja, nampaknya dia tak mengetahuinya. Rupa-rupanya gue mulai terangsang karena sapuan tangan Suster Vika yang masih menyabuni perut gue. Kemudian gue dimintanya berbalik badan, lalu Suster Vika mulai menyabuni punggung gue, membuat penis gue semakin mengeras. Akhirnya, siksaan (atau kenikmatan) itu pun usai sudah. Suster Vika mengeringkan tubuh gue dengan handuk setelah sebelumnya membersihkan sabun yang menyelimuti tubuh gue itu dengan air hangat.

 

"Nah, sekarang coba Mas buka celananya. Saya mau mandiin kaki Mas."

 

"Tapi, Suster." Gue mencoba membantahnya. Celaka, pikir gue. Kalau sampai celana gue dibuka terus Suster Vika melihat tegangnya penis gue, mau ditaruh di mana muka gue ini.

 

"Nggak apa-apa kok, Mas. Jangan malu-malu. Saya sudah biasa mandiin pasien. Nggak laki-laki, nggak perempuan, semuanya."

 

Akhirnya dengan ditutupi hanya selembar handuk di selangkangan gue, gue memelorotkan celana pendek dan celana dalam gue. Ini membuat penis gue tampak semakin menonjol di balik handuk tersebut. Kacau, gue melihat perubahan di muka Suster Vika melihat tonjolan itu. Muka gue jadi memerah dibuatnya. Suster Vika kelihatannya sejenak tertegun menyaksikan ketegangan penis gue yang semakin lama semakin parah. Gue menjadi bertambah salah tingkah, sampai Suster Vika kembali akan menyabuni tubuh gue bagian bawah.

 

Suster Vika menelusupkan tangannya yang memakai sarung tangan berlumuran sabun ke balik handuk yang menutupi selangkangan gue. Mula-mula ia menyabuni bagian bawah perut gue dan sekeliling penis gue. Tiba-tiba tangannya dengan tidak sengaja menyenggol batang penis gue yang langsung saja bertambah berdiri mengeras. Sekonyong-konyong tangan Suster Vika memegang penis gue cukup kencang. Gue lihat senyum penuh arti di mukanya.

 

Gue mulai menggerinjal-gerinjal saat Suster Vika mulai menggesek-gesekkan tangannya yang halus naik turun di sekujur batang penis gue. Makin lama makin cepat. Sementara mata gue membelalak-belalak seperti kerasukan setan. Penis gue yang memang berukuran cukup panjang dan cukup besar diameternya masih dipermainkan Suster Vika dengan tangannya.

 

Akibat nafsu yang mulai menggerayangi gue, tangan gue menggapai-gapai ke arah dada Suster Vika. Seperti mengetahui apa maksud gue, Suster Vika mendekatkan dadanya ke tangan gue. Ouh, terasa nikmatnya tangan gue meremas-remas payudara Suster Vika yang lembut dan kenyal itu. Memang, payudaranya berukuran kecil, gue taksir cuma 32. Tapi memang yang namanya payudara wanita, bagaimanapun kecilnya, tetap membangkitkan nafsu birahi siapa saja yang menjamahnya. Sementara itu Suster Vika dengan tubuh yang sedikit bergetar karena remasan-remasan tangan gue pada payudaranya, masih asyik mengocok-ngocok penis gue. Sampai akhirnya gue merasakan sudah hampir mencapai klimaks. Air mani gue, gue rasakan sudah hampir tersembur keluar dari dalam penis gue. Tapi dengan sengaja, Suster Vika menghentikan permainannya. Gue menarik nafas, sedikit jengkel akibat klimaks gue yang menjadi tertunda. Namun Suster Vika malah tersenyum manis. Ini sedikit menghilangkan kedongkolan gue itu.

 

Tahu-tahu, ditariknya handuk yang menutupi selangkangan gue, membuat penis gue yang sudah tinggi menjulang itu terpampang dengan bebasnya tanpa ditutupi oleh selembar benangpun. Tak lama kemudian, penis gue mulai dilahap oleh Suster Vika. Mulutnya yang mungil itu seperti karet mampu mengulum hampir seluruh batang penis gue, membuat gue seakan-akan terlempar ke langit ketujuh merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Dengan ganasnya, mulut Suster Vika menyedoti penis gue, seakan-akan ingin menelan habis seluruh isi penis gue tersebut. Tubuh gue terguncang-guncang dibuatnya. Dan suster nan rupawan itu masih menyedot dan menghisap alat vital gue tersebut. Belum puas di situ, Suster Vika mulai menaik-turunkan kepalanya, membuat penis gue hampir keluar setengahnya dari dalam mulutnya, tetapi kemudian masuk lagi. Begitu terus berulang-ulang dan bertambah cepat. Gesekan-gesekan yang terjadi antara permukaan penis gue dengan dinding mulut Suster Vika membuat gue hampir mencapai klimaks untuk kedua kalinya. Apalagi ditambah dengan permainan mulut Suster Vika yang semakin bertambah ganasnya. Beberapa kali gue mendesah-desah. Namun sekali lagi, Suster Vika berhenti lagi sambil tersenyum. Gue hanya keheranan, menduga-duga, apa yang akan dilakukannya.

 

Gue terkejut ketika melihat Suster Vika sepertinya akan berjalan menjauhi tempat tidur gue. Tetapi seperti sedang menggoda, ia menoleh ke arah gue. Ia menarik ujung rok perawatnya ke atas lalu memelorotkan celana dalam krem yang dipakainya. Melihat kedua gumpalan pantatnya yang tidak begitu besar namun membulat mulut dan kencang, membuat gue menelan air liur. Kemudian ia membalikkan tubuhnya menghadap gue. Di bawah perutnya yang kencang, tanpa lipatan-lipatan lemak sedikitpun, walaupun tubuhnya agak gempal, gue lihat vaginanya yang masih sempit dikelilingi bulu-bulu halus yang cukup lebat dan tampak menyegarkan.

 

Tidak gue sangka-sangka, tiba-tiba Suster Vika naik ke atas tempat tidur dan berjongkok mengangkangi selangkangan gue. Lalu tangannya kembali memegang penis gue dan membimbingnya ke arah vaginanya. Setelah merasa pas, ia menurunkan pantatnya, sehingga penis gue amblas sampai pangkal ke dalam vaginanya. Mula-mula sedikit tersendat-sendat karena begitu sempitnya vagina Suster Vika. Tapi seiring dengan cairan bening yang semakin banyak membasahi dinding vagina tersebut, penis gue menjadi mudah masuk semua ke dalamnya.

 

Tangan gue mulai membuka kancing baju Suster Vika. Setelah gue tanggalkan bra yang dikenakannya, menyembullah keluar payudaranya yang kecil tapi membulat itu dengan puting susunya yang cukup tinggi dan mengeras. Dengan senangnya, gue meremas-remas payudaranya yang kenyal. Puting susunya pun tak ketinggalan gue jamah. Suster Vika menggerinjal-gerinjal sebentar-sebentar ketika ibu jari dan jari telunjuk gue memuntir-muntir serta mencubit-cubit puting susunya yang begitu menggiurkan.

 

Dibarengi dengan gerakan memutar, Suster Vika menaik-turunkan pantatnya yang ramping itu di atas selangkangan gue. Penis gue masuk-keluar dengan nikmatnya di dalam vaginanya yang berdenyut-denyut dan bertambah basah itu. Penis gue dijepit oleh dinding vagina Suster Vika yang terus membiarkan penis gue dengan tempo yang semakin cepat menghujam ke dalamnya. Bertambah cepat bertambah nikmatnya gesekan-gesekan yang terjadi. Akhirnya untuk ketiga kalinya gue sudah menuju klimaks sebentar lagi. Dalam hari gue sedikit kuatir kalau-kalau klimaks gue itu tertunda lagi.

 

Akan tetapi kali ini, kelihatannya Suster Vika tidak mau membuat gue kecewa. Begitu merasakan penis gue mulai berdenyut-denyut kencang, secepat kilat ia melepaskan penis gue dari dalam vaginanya dan pindah ke dalam mulutnya. Klimaks gue bertambah cepat datangnya karena kuluman-kuluman mulut sang suster cantik yang begitu buasnya. Dan crot... crot... crot... beberapa kali air mani gue muncrat di dalam mulut Suster Vika dan sebagian melelehi buah zakar gue. Seperti orang kehausan, Suster Vika menelan hampir semua cairan kenikmatan gue, lalu menjilati sisanya yang belepotan di sekitar penis gue sampai bersih.

 

Tiba-tiba tirai tersibak. Gue dan Suster Vika menoleh kaget. Suster Mimi yang tadi memandikan teman sekamar gue masuk ke dalam. Ia sejenak melongo melihat apa yang kami lakukan berdua. Namun sebentar kemudian tampaknya ia menjadi maklum atas apa yang terjadi dan malah menghampiri tempat tidur gue. Dengan raut muka memohon, ia memandangi Suster Vika. Suster Vika paham apa niat Suster Mimi. Ia langsung meloncat turun dari atas tempat tidur dan menutup tirai kembali.

 

Suster Mimi yang berwajah manis, meskipun tidak secantik Suster Vika, sekarang gantian menjilati seluruh permukaan batang penis gue. Kemudian, penis gue yang sudah mulai tegang kembali disergap mulutnya. Untuk kedua kalinya, penis gue yang kelihatan menantang setiap wanita yang melihatnya, menjadi korban lumatan. Kali ini mulut Suster Mimi yang tak kalah ganasnya dengan Suster Vika, mulai menyedot-nyedot penis gue. Sementara jari telunjuknya disodokkan satu ruas ke dalam lubang anus gue. Sedikit sakit memang, tapi aduhai nikmatnya.

 

Merasa puas dengan lahapannya pada penis gue. Suster Mimi kembali berdiri. Tangannya membukai satu-persatu kancing baju perawat yang dikenakannya, sehingga ia tinggal memakai bra dan celana dalamnya. Gue tidak menyangka, Suster Mimi yang bertubuh ramping itu memiliki payudara yang jauh lebih besar daripada milik Suster Vika, sekitar 36 ukurannya. Payudara yang sedemikian montoknya itu seakan-akan mau melompat keluar dari dalam bra-nya yang bermodel konvensional itu. Sekalipun bukan termasuk payudara terbesar yang pernah gue lihat, tapi payudara Suster Mimi itu menurut gue termasuk payudara yang paling indah. Menyadari gue yang terus melotot memandangi payudaranya, Suster Mimi membuka tali pengikat bra-nya. Benar, payudaranya yang besar menjuntai montok di dadanya yang putih dan mulus. Rasa-rasanya ingin gue menikmati payudara itu.

 

Tetapi tampaknya keinginan itu tidak terkabul. Setelah mencopot celana dalamnya, seperti yang telah dilakukan oleh Suster Vika, Suster Mimi, dengan telanjang bulat, naik ke atas tempat tidur gue lalu mengarahkan penis gue ke vaginanya yang sedikit lebih lebar dari Suster Vika namun memiliki bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Akhirnya untuk kedua kalinya penis gue tenggelam ke dalam vagina wanita. Memang, penis gue lebih leluasa memasuki vagina Suster Mimi daripada vagina Suster Vika tadi. Seperti Suster Vika, Suster Mimi juga mulai menaik-turunkan pantatnya dan membuat penis gue sempat mencelat keluar dari dalam vaginanya namun langsung dimasukkannya lagi.

 

Tak tahan menganggur, mulut Suster Vika mulai merambah payudara rekan kerjanya. Lidahnya yang menjulur-julur bagai lidah ular menjilati kedua puting susu Suster Mimi yang walaupun tinggi mengeras tapi tidak setinggi puting susunya sendiri. Gue lihat, Suster Mimi memejamkan matanya, menikmati senggama yang serasa membawanya terbang ke awang-awang. Ia sedang meresapi kenikmatan yang datang dari dua arah. Dari bawah, dari vaginanya yang terus-menerus masih dihujam penis gue, dan dari bagian atas, dari payudaranya yang juga masih asyik dilumat mulut temannya.

 

Tiba-tiba tirai tersibak lagi. Namun ketiga makhluk hidup yang sedang terbawa nafsu birahi yang amat membulak-bulak tidak mengindahkannya. Ternyata yang masuk adalah teman sekamar gue dengan keadaan bugil. Karena ia merasa terangsang juga, ia sepertinya melupakan gejala tifus yang dideritanya. Setelah menutup tirai, ia menghampiri Suster Vika dari belakang. Suster Vika sedikit terhenyak ke depat sewaktu vaginanya yang dari tadi terbuka lebar ditusuk penis teman sekamar gue dari belakang, dan ia melepaskan mulutnya dari payudara Suster Mimi. Kemudian dengan entengnya, sambil terus menyetubuhi Suster Vika, teman sekamar gue itu mengangkat tubuh suster bahenol itu ke luar tirai dan pergi ke tempat tidurnya sendiri. Sejak saat itu gue tidak mengetahui lagi apa yang terjadi antara dia dengan Suster Vika. Yang gue dengar hanyalah desahan-desahan dan suara nafas yang terengah-tengah dari dua insan berlainan jenis dari balik tirai, di samping gue sendiri masih tenggelam dalam kenikmatan permainan seksku dengan Suster Mimi.

 

Penis gue masih menjelajahi dengan bebasnya di dalam vagina Suster Mimi yang semakin cepat memutar-mutar dan menggerak-gerakan pantatnya ke atas dan ke bawah. Tak lama kemudian, kami berdua mengejan.

 

"Suster... Saya mau keluar....." kata gue terengah-engah.

 

"Ah... Keluarin di dalam... saja....., Mas..." jawab Suster Mimi.

 

Akhirnya dengan gerinjalan keras, air mani gue berpadu dengan cairan kenikmatan Suster Mimi di dalam vaginanya. Saking lelahnya, Suster Mimi jatuh terduduk di atas selangkangan gue dengan penis gue masih menancap di dalam vaginanya. Kami sama-sama tertawa puas.

 

Sementara dari balik tirai masih terdengar suara kenikmatan sepasang makhluk yang tengah asyik-asyiknya memadu kasih tanpa mempedulikan sekelilingnya.

 

Dan tepat seminggu kemudian, gue sudah dinyatakan sembuh dari DBD yang gue derita dan diperbolehkan pulang. Ini membuat gue menyesal, merasa akan kehilangan dua orang suster yang telah memberikan kenikmatan tiada tandingannya kepada gue beberapa kali.

 

Hari ini gue sedang sendirian di rumah dan sedang asyik membaca majalah Gatra yang baru gue beli kemarin di tukang majalah dekat rumah.

 

"Ting tong..." Bel pintu rumah gue dipencet orang.

 

Gue membuka pintu. Astaga! Ternyata yang ada di balik pintu adalah dua orang gadis rupawan yang selama ini gue idam-idamkan, Suster Vika dan Suster Mimi. Kedua makhluk cantik ini sama-sama mengenakan kaos oblong, membuat lekuk-lekuk tubuh mereka berdua yang memang indah menjadi bertambah molek lagi dengan payudara mereka yang meskipun beda ukurannya, namun sama-sama membulat dan kencang. Sementara Suster Vika dengan celana jeansnya yang ketat, membuat pantatnya yang montok semakin menggairahkan, di samping Suster Mimi yang mengenakan rok mini beberapa sentimeter di atas lutut sehingga memamerkan pahanya yang putih dan mulus tanpa noda. Kedua-duanya menjadi pemandangan sedap yang tentu saja menjadi pelepas kerinduan gue. Tanpa mau membuang waktu, gue ajak mereka berdua ke kamar tidur gue. Dan seperti sudah gue duga, tanpa ba-bi-bu mereka mau dan mengikuti gue. Dan tentu saja, para pembaca semua pasti sudah tahu, apa yang akan terjadi kemudian dengan kita bertiga. Titik.

 

 

Kelas 4 SD Main Seks

Halo, nama saya Ronnie. Sekarang saya duduk di kelas 6 SD sebentar lagi mau SMP dah. Saya masih agak kurang ngerti internet karena baru pasang setengah tahun yang lalu oleh papi karena saya juara 5 besar di kelas. Ada yang pingin saya tanyakan kepada pembaca tentang sex tapi saya ceritain pengalaman saya dulu. Saya mendapat alamat Artidu ini dari sepupu saya. Saya juga ingin bagi pengalaman sex saya.

 

Saya pertama kali tahu tentang sex ketika masih TK. Waktu itu saya masih tidur dengan papi mami saya. Pada malam harinya saya terbagun dan melihat papi mami saya dengan melakukan hubungan sex. Waktu itu saya masih tidak mengerti. Mereka melakukannya hampir tiap malam. Terus ketika saya kelas 3 SD saya kebetulan menemukan tempat simpan laser disc porno dan buku tentang melakukan sex papi di kamar, itu karena papi saya buka toko sewa laser disc. Buku itu ada banyak gambar foto-foto cara melakukan sex. Laser discnya banyak sekali. Di rumah hanya ada bibik yang siang siang kerjanya hanya tidur. Jadi setiap siang sepulang sekolah saya bebas putar laser disc porno itu di kamar papi. Pertama kali serem juga, tapi lama lama juga terbiasa. Saya melihat cowok yang ada di filem itu kok bisa nyemprot cairan dengan mompa-mompa burungnya. Terus saya coba sewaktu mandi tapi tidak bisa.

 

Saya coba terus sambil membayangkan saya sedang melakukan hubungan sex dengan cewek yang ada di filem itu sampai seminggu baru akhirnya saya bisa mengeluarkan cairan itu. Kata temen di sekolah itu air mani dan ngocok saya baru tahu itu waktu kelas 4. Rasanya nikmat sekali.

 

Semenjak itu saya main terus setiap hari sepulang sekolah. Saya punya anak tetangga cewek Dimas namanya yang sekelas sering maen ke tempat saya. Dia lumayan montok dan cantik sekali. Setiap hari saya ajak dia nonton filem porno itu, sesudah itu biasanya saya telanjang dan ngocok di kamar mandi. Biasanya dia ikut saya ke kamar mandi dan lihat saya. Saya juga kasih liat buku porno. Kami sudah janji tidak bilang ama papi dan mami dan kami terus nonton filem porno sampai kelas 4. Sampai suatu hari sehabis nonton laser, saya ngajak Dimas ke kamar saya dan saya suruh dia buka baju, tapi dia tidak mau, saya buka baju dulu sehabis itu saya paksa Dimas buka bajunya, akhirnya dia buka. Susunya lumayan besar juga, habis badannya sama kayak saya lumayan montok sih. Burung saya langsung tegang sampai keras sekali. Saya terus baringkan dia di tempat tidur, terus saya cium mulutnya terus leher kemudian jilat susunya, nikmat sekali, saya terus jilat susunya kiri dan kanan dan Dimas kayaknya juga menikmatinya. Lalu saya lebarkan kakinya dan jilat vaginanya kayak di filem itu, pertama-tama rasanya tidak enak bau kencing tapi lama lama baunya hilang dan nikmat sekali.

 

Saya jilat biji yang ada di vaginanya kayak di filem dan Dimas nampak geli. Saya terus jilat sampai Dimas meronta ronta. Saya tahan kakinya dan terus jilat sampai akhirnya lidah saya merasa ada semprotan lendir kayak ingus dan bau. Jadi saya berhenti dan lihat Dimas tidur dengan lemas dan keringatan. Terus saya tidur terlentang dan suruh Dimas jilat burung saya. Semula dia tidak mau jijik katanya. Tapi saya bujuk terus sampai akhirnya dia menjilat dan mengulum. Sakit sekali rasanya karena kepala burung saya sering kena gigit sewaktu mengulum. Saya suruh berhenti karena sakit. Terus saya suruh Dimas baring lagi dan saya lebarkan kakinya terus tindih diatas badannya dan tangan saya masukin burung saya ke vaginanya, semula tidak bisa masuk karena terlalu sempit.

 

Lalu saya olesin kepala burung saya dengan banyak air ludah saya supaya licin seperti filem porno yang saya lihat. Lalu saya paksa lagi dan akhirnya mulai masuk. Dimas meronta ronta dan berteriak sakit sakit. Tapi saya cuek aja, saya terus tusuk burung saya kedalam vaginanya sampai habis, terus saya gerakin badan saya maju mundur dengan cepat. Enak sekali rasanya. Belum pernah saya merasakan seenak gini. Lebih enak dari ngocok sendirian. Dimas sampai nangis, saya tutup mulutnya sambil terus gerak semakin cepat sambil jilat-jilat susunya. Lama lama Dimas berhenti nangis dan kayaknya dia mulai menikmatinya. Dia peluk saya dan kami ciuman lama sekali. Dimas mulai meronta-ronta lagi dan saya merasa ada lendir keluar lagi dari vaginanya. Saya kemudian jilat lagi susunya dan terus ngocok vaginanya dengan cepat. Seluruh badan saya dan Dimas keringatan banyak sekali karena kamarnya panas. Lalu Dimas mulai meronta lagi saya pegang kedua tangannya kuat-kuat dan kami ciuman lagi lama sekali sampai saya merasakan lagi vagina Dimas menyemprot lendir lagi, setelah beberapa lama, saya juga merasa air mani saya mau keluar.

 

Cepat cepat saya cabut burung saya dari vagina Dimas dan mengocok burung saya dengan tangan saya. Tak lama kemudian saya menyemprot air mani saya ke badan Dimas kayak di filem yang sering kami nonton. Banyak sekali air mani yang saya semprotkan ke badan Dimas. Saya lihat lobang vagina yang mulanya kecil dan tertutup rapat sekarang agak berlobang dan dalamnya banyak darahnya dan lendir putih kayak ingus. Saya cepat-cepat lap vaginanya pake tisu. Lalu kami tidur tiduran sebentar. Abis itu kami mandi. Lalu Dimas pulang. Besok siangnya kami ngocok lagi. Kali ini saya jilat lobang pantatnya kayak di filem, tapi cuma sebentar karena bau tahi, setelah itu saya coba masuikin burung saya ke lobang pantat Dimas. Dimas kesakitan dan saya sendiri juga merasa kurang nikmat.

 

Jadi kami ngocok seperti kemarin. Kami melakukan hal ini satu dua kali seminggu sampai kami sekarang duduk di kelas 6, kecuali Sabtu dan Minggu karena papi dan mami ada dirumah. Dimas juga sudah mahir sekali melakukan hubungan sex, dia pintar mengulum burung saya sampai saya bisa nyemprot air mani saya ke mulutnya. Tapi sayang sekali karena bulan Agustus 98 ini Dimas dan keluarganya mau pindah ke Kalimantan. Sekarang masalah saya adalah kenapa burung saya lain dengan teman-teman saya? Burung saya lebih besar dan panjang warnanya coklat tua sekali. 2 minggu yang lalu saya bawa 3 teman cowok dan kami nonton filem porno. Setelah itu kami ukur ukur burung kami. Mereka terkejut melihat burung saya.

 

Setelah kami ukur, burung saya panjangnya 12 cm. Sedangkan teman saya yang lain satu 9 cm dan 2 lainnya 9 setengah cm dan tidak besar dan tidak coklat tua sekali. Tapi 2 biji yang tergantung di burung saya kalau dipegang kecil sekali seperti mata kucing. Sedangkan teman saya semua besar besar. Di atas burung saya juga mulai tumbuh bulu yang lebat tapi masih pendek-pendek 2 cm rata- ratanya. Sedangkan teman saya semua belum. Dan kalau tegang burung saya memang besar, tapi kok tidak bisa tegak miring ke atas lagi kayak teman saya tapi agak miring ke bawah? Saya jadi malu karena mereka disekolah sering mengejek saya si kontol balok berbiji kacang. Saya juga setiap hari harus ngocok 4 kali. Satu kali di kamar mandi sebelum sekolah, siang dengan Dimas kalau tidak ngocok sendiri, malam sewaktu mau mandi dan sekali lagi sebelum tidur. Dulu cuma 3 kali, tapi sekarang rasanya tidak puas. Kalau saya melakukannya kurang dari 4 kali, rasanya kepala pusing dan gelisah dan tidak bisa belajar. Kalau sebelum tidur tidak ngocok di kamar mandi dulu, tidak bakal bisa tidur nyenyak. Dan air mani saya sekarang tidak kental dan banyak tapi seperti sedikit dan kayak air kencing. Kata teman saya ngocok terus bisa bikin lemas, kenapa saya setiap melakukannya tidak lemas malah tambah semangat dan segar?

 

Apakah saya tidak normal?

 

 

Dampak Krisis Moneter

True Story : LINDA

 

Lelah, panas, penat dan panik memenuhi ruangan kantor pribadi saya, walaupun AC sudah sampai tingkat maksimum, keringat tetap terus membasahi wajah dan seluruh badan. "Sial !" pikirku, setelah menerima laporan dari manager keuangan, bahwa ada ancaman kerugian hampir 150 juta rupiah, karena keteledoran dari Head Marketing Officer yang menutup transaksi tanpa mengecek ulang harga pokok barang yang dijual, pada saat ambruknya nilai rupiah terhadap dollar yang terus menukik turun, atas penjualan alat diagnostik canggih bermerk Siemens dari Jerman Barat.

Sebagai Direktur sekaligus pemilik perusahaan, sudah terbayang di depan mata, saya akan kehilangan 150 juta rupiah, amblas dengan seketika, oleh karena keteledoran seorang pegawai.

 

Perusahaan kami bergerak dalam bidang penjualan alat-alat kedokteran, dan konsumen kami adalah rumah sakit-rumah sakit besar, seperti yang baru saja melakukan transaksi tersebut.

 

Entah bagaimana hal itu bisa terjadi, klien kami pada saat melakukan transaksi dengan Linda, Head Marketing Officer, melakukan pembayaran tunai di muka, tanpa banyak bernegosiasi. Dan ternyata itulah awal dari keruwetan ini. Tanda terima bermaterai dan kontrak ikatan penyerahan barang sudah selesai ditanda-tangani dengan lengkap tanpa cacat sedikitpun, artinya bahwa perusahaan kami harus menyerahkan barang pesanan tersebut tanpa bisa lagi dinegosiasi. Apabila menunda, secara hukum kami pasti kalah di pengadilan, di samping tentu saja kami bisa kehilangan klien besar ini yang telah dibina bertahun-tahun.

 

Atas keteledoran yang tersebut, tadi pagi saya sudah menandatangani surat skorsing untuk Linda selama satu bulan. Memang saya hanya menjatuhkan skorsing pendek, walaupun ancaman kerugian yang akan diderita cukup besar, karena Linda termasuk salah satu ujung tombak perusahaan.

 

Linda mempunyai rekor spektakuler di mata para manajer dan saya pribadi, selain sangat luwes, berkoneksi luas dan mampu menembus tembok para "satpam" (entah itu sekretaris atau satpam beneran), untuk sampai bertemu dengan para pengambil keputusan untuk menjual produk import kami di rumah sakit-rumah sakit besar yang menjadi sasaran perusahaan.

 

Dan jangan lupa, seperti layaknya wanita, senjata lain yang luar biasa ampuh dan digunakannya adalah kecantikannya.

 

Linda memang wanita cantik, dengan kulit yang sangat putih bersih, sekilas mirip Tionghoa. Dengan alis yang tebal, hidung mancung, mata yang bersinar, bibir yang selalu tersenyum ramah, dengan rambut hitam sebahu.

 

Badan langsing, dada yang kencang, perut yang kencang pula serta kaki jenjang dengan bulu-bulu halus. Pasti, Linda seorang peserta senam yang tekun.

 

Tidaklah heran, dulu ketika promosi kenaikan jabatan pegawai, Manajer Personalia kami menggunggulkan Linda untuk mengisi jabatan Head Marketing Officer. Bahkan manajer personalia menginformasikan juga bahwa Linda termasuk salah satu cucu dalam dari Sri Sunan Pakubuwono ke XI. Raja Solo, sebelum raja yang sekarang.

Tetapi walaupun pegawai saya cantik-cantik dan terawat, demikian juga dua sekretaris saya, saya tidak pernah terbersit sekalipun bermain api dengan mereka. Karena seperti yang saya pelajari ketika dulu masa bersekolah manajemen, bermain api dengan pegawai, akan menjatuhkan wibawa dan martabat seorang "Bos", terhadap seluruh bawahannya. Dan sampai sekarang hal itu saya pegang kuat, walaupun sebagaimana lelaki umumnya saya juga sering bermain api juga di luar kantor dan rumah, tetapi tidak dengan pegawai sendiri.

 

Siang hari itu, saya masih terus memeriksa dokumen-dokumen transaksi dan terus bermain angka-angka calculator, berusaha untuk mencari kemungkinan menutup defisit transaksi konyol tersebut.

 

"Tuuuuttt" telpon di meja berbunyi memecahkan keheningan.

 

"Maaf, Pak !" terdengar suara sekretaris saya di ruang sebelah.

 

"Ini Linda dari marketing mau menghadap".

 

"Ngapain ?, saya sedang pusing".

 

"Mengenai skorsing yang Bapak jatuhkan kemarin".

 

"Suruh saja menghadap Manajer Personalia".

 

"Katanya sudah, tapi sekarang katanya dia bawa proposal penyelesaian transaksi Siemens, tersebut".

 

"Ya sudah, suruh masuk".

 

Dengan kegarangan dan kegalakan seorang Direktur, duduk di belakang meja hitam besar, saya memperhatikan dengan mata melotot, ketika pintu terbuka seorang wanita cantik, berjalan perlahan menghampiri meja saya. Rasanya kemarahan sudah hampir meledak di ujung lidah.

 

"Maaf, pak. Saya berbuat kesalahan ini, saya tidak ingin sekalipun menghancurkan perusahaan", ucapnya dengan lemah lembut dan penuh kehati-hatian.

 

Dengan kalimat pembuka seperti itu, kemarahan di ujung lidah, terpaksa saya telan lagi. Karena, awalnya mau meledak, kemudian ditelan kembali, akibatnya saya tidak bisa segera menemukan kata-kata penyambung pembicaraan.

 

Hening, kami sama-sama terdiam, hanya suara lembut AC yang terdengar.

 

Saya tetap terdiam, belum menemukan kata-kata tepat untuk menentukan arah pembicaraan. "Saya sangat sayang perusahaan dan orang-orang disini, saya merasa bersalah", katanya sambil tertunduk, tidak berani memandang mata saya.

 

Tiba-tiba, mulai terdengar suara tarikan berat napas dari hidung, lama-lama makin sering. Linda menangis pelan tertahan-tahan di hadapan saya.

 

"Oh", sungguh pemandangan indah menakjubkan muncul di hadapan saya berbatas meja. Ketika menangis tersebut, saya baru sekali ini bisa memperhatikan dan menikmati kecantikan luar biasa dari wanita bernama Linda ini. Hilang semua rasa penat, panik sepanjang pagi dan siang, semua terlupakan.

 

"Betapa cantiknya makhluk ini !"

 

Saya makin terdiam dan makin tidak jenak duduk di hadapannya, antara takjub akan kecantikannya dan wanita yang menangis di depan saya. Saya makin bingung.

 

"Jikalau saya suruh keluar dari kantor saya sekarang, sungguh sayang, pemandangan bagus ini segera berlalu" begitu pikirku.

 

Hening sejenak, suara berat dari hidungnya masih terdengar. Saya segera bangkit dari kursi dan pindah duduk di sofa kulit besar di seberang meja saya, dengan harapan saya akan tunggu dia selesai menangis baru membicarakan proposal yang akan diajukannya.

 

Sekarang saya ada di sofa seberang di belakang Linda. Ia masih diam tertunduk mematung.

 

Dari tempat saya duduk tampaklah kembali pemandangan indah samar-samar muncul dari baju yang dikenakannya, sungguh badan yang kencang dan terawat, dengan rambut hitam lurus mengkilat.

 

15 menit berlalu, keadaan masih tetap sama, hening.

 

"Sudahlah !, sudahlah" suara saya memecah keheningan. Entah dari mana kalimat ini tiba-tiba muncul dari mulut saya, mungkin dari rasa sayang dan ketakjuban itu berawal "Linda, kemarilah, duduk di sebelah saya". Linda berdiri dari kursinya, berjalan perlahan menghampiri saya.

 

Semua berjalan seperti diatur, sayapun tetap diam tidak beringsut dari semula saya meletakkan badan di sofa, ketika Linda tadi menangis.


Semula Linda ragu ketika mau duduk di samping saya, ketika dia melihat saya tersenyum, keraguan itu segera hilang. Sayapun tidak berpikir untuk beringsut memberikan ruang baginya untuk duduk, akibatnya ketika Linda duduk, di sofa yang sama dengan yang saya duduki kami, tubuh kami berdempetan. Entah bagaimana itu terjadi, saya tidak punya niat sejak semula untuk berbuat "aneh-aneh" dengannya.

 

Ruang bagai penuh sihir.

 

Tidak saya sadari sepenuhnya ketika tangan kiri saya yang semula saya letakkan di tepi atas sofa, perlahan-lahan memeluknya, mungkin perasaan melindungi kepada seorang wanita yang menangis, hal itu tiba-tiba saya lakukan.

 

Kami makin berdempetan di ruang yang luas itu, karena kami berdempetan, dan saya memeluknya tentu saja dengan posisi seperti itu Linda menahan tubuhnya, entah sengaja ataupun tidak, dia letakkan kedua belah tangannya di paha kiri saya dekat dengan perut saya.

 

Wanita secantik ini, dengan keharuman parfum mahal dan bau tubuh wanita yang khas ada di dalam pelukan, pelan-pelan ada sesuatu yang bergerak di dalam celana "My dick" pelan-pelan terbangun. Dari semula rasa kasihan dan takjub bercampur aduk, kedua perasaan itu menghilang berubah menjadi dorongan birahi yang pelan-pelan muncul.

 

Begitu dekatnya wajahnya dengan wajah saya, dengan penuh kasih sayang, pelan-pelan saya cium lembut pipinya, sekali, dua kali, tiga kali. Linda hanya terdiam menutup mata. Saya makin dekatkan mulut saya pada mulutnya, saya cium lembut bibirnya yang halus selembut sutra.

 

Tak dinyana, Linda membuka mulutnya, apalagi yang bisa saya hentikan sekarang ?. Saya ciumi mulutnya dengan penuh gairah, lidah kami saling bertautan dan bergulat dimulutnya. Birahi memuncak di ujung kepala.

 

Sementara itu, sihir birahi makin penuhi ubun-ubun, tangan kanan saya yang semula diam, pelan-pelan meraba dadanya, kenyal dan padat, sambil perlahan-lahan menggosok-gosokkan memutari payudaranya, pelan-pelan saya buka kancing bajunya satu persatu.

 

Linda masih memejamkan mata, menikmati remasan di dadanya.

 

Setelah semua kancing bajunya terbuka, kini tampaklah menyembul di dadanya, bukit indah ranum dengan kulit sedemikian halus, tak bisa tertahan lagi, saya tarik ke atas bra yang dipakainya. Sempurna !, payudara yang kenyal, kencang dan puting yang kecil kemerahan sebesar ujung korek api. Terbersit pikiran, puting payudara ini belum pernah digigit atau diremas oleh lelaki manapun !. Putingnya masih sangat perawan !.

Dengan segenap napas kuda, langsung saya isap puting payudara kanannya, sementara tangan saya juga tidak tinggal diam, meremas payudara yang lain, demikianlah terus-menerus bergantian.

 

Linda yang semula hanya memejamkan mata terdiam, mulai berdesis-desis pelan, menikmati sesuatu yang kemungkinan belum pernah dirasakannya.

 

Saya belum merasa cukup, mengisap dan menjilati payudaranya, saya mulai bergerak turun, menjilati perutnya, naik-turun.

 

Desis Linda terus makin cepat, sungguh kenikmatan yang dirasakannya.

 

Mendadak saya berhenti, saya ingin melihat matanya. Takut kalau Ia menolak untuk tindakan saya lebih jauh. Lindapun membuka matanya, tetapi dari sinar matanya biasanya berbinar-binar, sekarang meredup, setengah terkatup. Dilihatnya pula mata saya, saya tersenyum kepadanya, iapun membalas dengan senyuman tulus, bagai mengundang dan berkata "Selesaikanlah !".

 

Saya menangkap isyaratnya, tanpa membuang waktu lagi. Dari semula posisi kami duduk berdempetan, saya dorong tubuh Linda agar tertidur di sofa itu. Sekarang tubuh Linda sudah terlentang di hadapan saya dengan kepasrahan penuh, dan baju depan yang tidak lagi terkancing, serta payudara ranum yang menjulang di depan wajah saya. Saya sudah setengah penuh "menguasai"nya.

 

Saya berlutut di depan sofa, sementara tubuh Linda terlentang.

 

Sebagai laki-laki yang sudah banyak mengenal wanita, tentu saja, dengan amat sigap, saya mulai lagi mengisap payudara serta meremasnya. Tetapi kali ini, saya sangat berhati-hati, jangan sampai foreplay ini gagal, karena dari reaksi yang saya tangkap, Linda belum pernah mengenal Lelaki !.

 

Tangan kiri saya pelan-pelan, memegang kedua pelupuk matanya, agar Linda tetap terus memejamkan mata, karena jika nanti dia membuka matanya, Ia bisa tersadar apa yang sedang dilakukannya di ruang direktur perusahaan, sungguh semuanya bisa berantakan.

 

Sementara mulut saya dengan sepenuh hati mengulum, menghisap dan menggigit payudara perawannya, tangan kanan saya tidak lagi bisa terdiam menunggu. Segera, telapak tangan kanan saya meraba daerah kewanitaannya, dari luar tentu saja, karena Ia masih memakai rok lengkap. Saya gosok-gosokkan, naik-turun bukit di antara pahanya. Pahanya masih tetap sejajar, mungkin dia tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Pelan-pelan saya tarik pahanya keluar, sampai kaki kanannya turun dari sofa, telapak tangan saya sekarang lebih leluasa. Saya mulai menggosok kewanitaannya lebih intens, terutama di jari tengah telapak tangan saya tempat kewanitaannya berpusat.

 

Suara desis dari mulut Linda makin cepat dan berat, ia sudah tidak lagi bisa berhenti.

 

Saya sudah sampai ke tahap berikutnya, Linda sudah kehilangan pertahanan dirinya, pelan-pelan saya tarik tangan kiri saya dari kelopak matanya, sekarang saat yang paling kritis, saya harus cepat, kalau tidak, permainan ini bisa mendadak berhenti.

 

Segera saya tarik tangan kanan dari kewanitaannya, dan dengan segera saya tangkap ujung bawah rok dengan kedua tangan. Hup !, dengan mendadak saya tarik dengan penuh kecepatan dan tenaga menyingkap roknya ke atas. Linda, kaget dan terbelalak, tetapi sebelum dia tersadar lebih lanjut, saya sudah membenamkan wajah saya di antara kedua belah pahanya yang putih mulus itu, sembari menjilati paha dalamnya, dan hidung yang yang menyentuhi celana dalamnya. Celana dalamnya yang berwarna krem kulit, dan dari ujung hidung saya rasakan sudah basah kuyup karena terangsang.

 

Linda masih membuka matanya, nanar. Dia melihat kepala saya ada di antara pahanya.

 

"Linda, tutuplah matamu. Saya tidak akan menyakitimu" saya berkata pelan dan lirih, sambil saya tersenyum penuh pengertian padanya. Linda, kembali memandang saya, dan pelan-pelan kembali menutup matanya. Linda, tidak mampu lagi menolak, ia kembali, meletakkan kepalanya di sofa. Linda sudah ada sepenuhnya di tangan saya.

 

Saya kembali menjilati paha dalamnya, tangan saya sekarang mulai ikut bekerja, saya tarik pelan ujung bawah tepi celana dalamnya kesamping. Kini tampaklah bukit kewanitaannya, dan rambut hitam, sebagian menutupi. Bukitnya tampak sangat mulus dengan belahan bukit yang sangat rapat, kecil dan tidak bergelombang sedikitpun.

 

Lidah saya mulai menjilati belahannya, sementara tangan tetap terus memegang tepi celana dalamnya. Aroma khas kewanitaan menyergap hidung, cairan yang terus membanjir dari kewanitaannya bercampur dengan air liur saya, makin membuat saya bersemangat. Mulut Linda makin berdesis, sekarang ditingkahi dengan suara-suara kecil "ekh, ekh, ekh" berulang-ulang. Sungguh nikmat yang ia rasakan.

 

Saya tidak sabar lagi, sembari kembali menjilati paha dalamnya, kedua tangan saya kemudian segera beralih memegang ke dua ujung tepi atas celana dalamnya. Dengan sekali tarikan panjang !, lepaslah sempurna, celana dalamnya.

 

Kini tampaklah bukit indah di antara pahanya terpampang penuh, dengan rambut hitam segitiga, dan yang teristimewa, ada rambut halus memanjang di atas rambut kemaluannya, menuju ke arah pusar. Inilah yang makin membuat saya terpesona, karena saya pernah dengar dari teman-teman dekat, bahwa ciri istimewa dari putri atau cucu dalam raja-raja Jawa, adanya rambut halus memanjang ini.

 

Tentu saya makin bersemangat. Kini, kedua tangan saya terutama ibu jari saya memegang tepi-tepi kewanitaannya untuk membuka lobang rahasia itu lebih jauh, kini tampaklah semuanya. Betul !, bibir dalam kewanitaan Linda sangat utuh, lurus dan bagus, dengan warna semburat kemerahan, dan lobang sempit yang berada di dalamnya. Dengan penuh nafsu, saya jilati semuanya, terutama kelentitnya, yang makin keras di ujung lidah saya, terus-terus-terus, saya jilati, bagaikan tidak ada hari esok.

 

Desis Linda sekarang telah hilang, hanya muncul suara-suara "ekh-ekh-ekh" berulang kali dan tarikan napas yang makin panjang, berat dan dalam.

 

Saya terus menjilati kewanitaanya.

 

Setelah sekitar 20 menit, ujung lidah saya merasakan makin membanjirnya cairan yang keluar dari lobang kewanitaannya, dan lobang itu juga makin sering menguncup dan mengembang.

 

Linda menggelinjang keras dan suara eluhan panjang muncul dari bibir mungilnya, ia pun terengah-engah. Linda orgasme !.

 

Saya makin keras menjilati kelentitnya, dan saya isap pula lobang rahasianya, ia terus mengeluh panjang bagai tak pernah berhenti.

 

Setelah eluhan panjang itu, Linda bagaikan kehilangan semua daya dan tenaga, ia tergeletak lemas, menutup mata dan bibir tersenyum puas. Mungkin ini, orgasme pertamanya.

 

Saya sudah tidak sabar lagi, sekarang giliran saya mendapatkan kepuasan. Segera saya buka pantalon dan celana dalam saya. "My dick" sudah sedemikian keras dan menjulangnya, sperma saya mungkin tinggal 1 mm diujung "My dick". Saya sangat terangsang.

 

Linda masih menutup mata.

 

Saya pegang kedua belah pahanya, untuk menyelaraskan posisi paha saya ada di antara kedua pahanya, agar "My dick" bisa leluasa memasuki lobangnya. Saya pegang "My dick" saya mengarahkan "ke jalan yang benar", ujung "My dick" sudah bertemu belahan luar kewanitaan Linda, mencari lobang, siap memasukinya.

 

Mendadak, Linda membuka matanya dan menarik ke belakang tubuhnya yang masih terlentang itu. Sambil menutupi kewanitaannya dengan tangannya.

 

Linda melihat mata saya, matanya cemas.

 

"Jangan pak, saya masih perawan" katanya cemas, mungkin takut pada dirinya sendiri atau takut pada saya, seorang laki-laki yang telah berada di atas tubuhnya, yang mungkin akan memaksanya.

 

"Betul !" pikir saya "Saya dari tadi curiga, pasti Linda masih perawan" pikir saya lebih lanjut.

 

Saya masih bisa menguasai diri.

 

Untuk menenangkannya, saya urungkan mendorong badan dan "My dick" lebih lanjut. Sebagai gantinya saya menindih dan memeluknya serta menciumi kembali wajah dan bibirnya.

 

"Linda, kamu wanita yang cantik sekali" rayu saya, "Jangan takut saya tidak akan memaksamu. Saya senang bisa yang pertama memberimu orgasme, betulkah itu tadi yang pertama ?"

 

Linda mengangguk pelan, kemudian malahan sekarang dia yang mendekatkan wajahnya dan menciumku. Seperti menunjukkan rasa syukur dan terima kasih.

 

"My dick" masih keras dan menjulang.

 

Saya bangkit dari menindihnya dan kembali duduk, saya tidak lagi memakai celana, demikian pula Linda, celana dalamnya tergeletak di lantai, tetapi bajunya masih utuh semuanya, kecuali kancing baju dan dadanya yang tampak terpampang. Lindapun kembali duduk di sebelah saya.

 

"My dick" masih keras dan menjulang.

 

"Linda kemarilah", saya tarik pelan tangan kanannya, saya bawa ke "My dick" saya, saya pegang telapak tangannya, sementara telapak tangannya memegang "My dick" saya. Saya tarik Linda makin dekat, dengan pelan pula, saya pegang kepalanya dengan tangan kanan, menekan dan menundukkan kepalanya mengarah ke "My dick" saya. Saya akan memberinya pelajaran fellatio, atau "karaoke" !

Pada mulanya saya merasakan ada keraguan pada Linda, kepalanya, tidak segera tertunduk mengikuti kemauan tekanan tangan saya yang ada di kepalanya, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, segera "My Dick" mulai terbenam di mulutnya yang basah. Saya naik-turunkan tangan saya sambil memegang kepalanya. Linda belum pernah pula melakukan hal ini.

 

"Aduh Linda, jangan kena gigi, sakit saya", saya mengeluh. "Isap dan pakailah bibir saja". Linda mengikuti kemauan saya. Ia segera mengerti apa yang harus dilakukannya, saya tidak lagi merasakan tajamnya gigi Linda. Saya mulai menikmatinya, sementara tangan saya tidak lagi memegang kepalanya, kembali memulai lagi meremas-remas payudaranya.

 

Menit-menit berlalu, saya mulai merasakan munculnya rangsangan tinggi, sperma saya hampir keluar. Linda rupanya tidak mengetahui hal itu. Saya kembali memegang kepalanya, menaik-turunkannya, agar kecepatannya sesuai dengan yang saya inginkan.

 

"Ekkkkhhhhh", dengan eluhan panjang, saya keluarkan semua sperma yang ada di dalam "My dick". Linda agaknya terkejut dengan keluarnya sperma di mulutnya mungkin ada rasa asin yang menyergap ujung pengecapnya, Ia ingin menarik kepalanya, akan tetapi saya tetap memegang dan menekan kepalanya, agar terus melakukan "karaoke" tersebut. Karena belum pernah, tentu saja, Linda membuka mulutnya, akibatnya sperma saya jatuh berceceran disekitar mulut Linda dan paha saya. Saya berkelojotan sesaat, menikmati rasa tenang dan hening yang menyergap menyertai orgasme tersebut. Saya kembali melepaskan kepalanya.

 

Linda terbangun dari posisi "karaoke" tersebut, matanya nanar, antara takut, takjub dan khawatir, seakan tak percaya apa yang telah dilakukannya.

 

"Linda, ambilkan tissue di meja saya".

 

Linda bangkit dari duduknya, masih dengan mata nanar, diambilnya tissue di meja saya, ia kembali ke sofa.

 

Ia mengambil tissue dan dilapnya mulutnya, sambil matanya, masih memandang "My dick" yang sudah lemas dan basah kuyup, seakan ingin melapnya, akan tetapi ragu-ragu.

 

"Ini sekalian dibersihkan" kata saya sambil menunjuk "My dick".

 

Ia kembali mengambil tissue, dilapnya pelan-pelan dan penuh keraguan "My dick", matanya masih nanar dan penuh tanda tanya.

 

Saya kembali memeluknya, sambil berbisik di telinganya "Linda, jangan takut dan malu, saya dan kamu hanya manusia biasa dan sudah dewasa, kita berdua masih sama-sama belajar tentang hidup", bujuk saya menenangkannya. "Kamu masih seperti dulu, Linda yang saya kenal, kamu masih tetap perawan seperti semula".

 

Keraguan, mulai pelan-pelan sirna di matanya, senyumnya mulai lagi muncul di matanya. Ia membalas bujukan saya dengan membalas memeluk saya.

 

"Selamat !" pikir saya selintas.

 

"Pak, saya boleh keluar sekarang ?", sambil masih memeluk saya, "Saya masih bapak skors ?" ia melanjutkan kalimatnya.

 

"Astaga, masih ingat skorsingnya !" pikir saya, mendadak dengan pertanyaannya ia kembali menarik saya ke alam nyata, setelah alam impian sesaat tadi berakhir.

 

"Aduh Linda, jangan tanya itu dulu, tetapi kalau soal skorsing, saya harus melakukannya, ini demi persamaan semua pegawai disini. Soal gaji pokok dan tunjangan tetap akan saya berikan, hanya bonus penjualan tentu tidak bisa saya berikan, tetapi jangan kuatir, nanti saya usahakan".

 

Wajahnya kembali tersenyum, Linda menggunakan kemampuan menawarnya pada saya. Linda memang wanita yang cerdas.

 

"Saya kalah posisi, rupanya" saya berkata dalam hati.

 

"Saya boleh keluar sekarang, pak ?" Ia bertanya lagi.

 

"Iya "

 

Diambilnya celana dalamnya yang bagus dari lantai, semula ia ingin menggunakannya di depan saya. Ia kembali melihat saya, ia tidak jenak dan sungkan, melihat laki-laki asing di depannya, akan melihatnya memakai celana dalam.

 

"Betul-betul perawan, dalamnya sudah saya jilati dan perhatikan dengan seksama, memakai penutupnya saja, malahan takut" pikir saya.

 

Ia melipat celana dalamnya, dan dimasukkannya ke kantong roknya. Ia berdiri, sambil memperbaiki kancing dan baju serta bra yang dipakainya. Saya menikmati pemandangan itu.

 

Setelah selesai, ia kembali memandang saya, masih tersenyum, ia dekatkan wajahnya pada wajah saya, dan dengan segenap hati saya sambut. Ia semula hendak mencium mulut saya, tetapi saya menghindarinya, karena pasti mulutnya berbau sperma, justru saya pegang kepalanya, saya cium pipi dan keningnya, saya berbisik pelan " Saya, ingin segera bertemu Linda lagi, tunggulah telpon saya, thank you, take care yourself".

 

Ia mengangguk dengan pelan.

 

Linda berjalan ke arah pintu. Saya tahu untuk pertama kali ini ia berjalan ke arah pintu itu tidak memakai celana dalam. Sesampai di depan pintu, ia menoleh ke arah saya, matanya kembali memancarkan harapan dan ketulusan.

 

Ia mengangguk sambil tersenyum.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | MusrinSalila Template | Galeri Tinangkung
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Galeri Tinangkung - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by MusrinSalila Template