Headlines News :
Home » » TAKWIL AYAT-AYAT AL QUR’AN DARI AHLUL BAYT

TAKWIL AYAT-AYAT AL QUR’AN DARI AHLUL BAYT

Written By Musrin Salila on Jumat, 09 April 2010 | 08.36

Jauhilah lidah kamu dari tergelincir dengan kata-kata pembohongan, dosa dan permusuhan, karena jika kamu menahan lidah kamu dari apa yang dilarang oleh Allah, adalah lebih baik bagi kamu di sisi Tuhan kamu. Karena tergelincirnya lidah pada apa yang dilarang oleh Allah akan membawa kepada kemurkaan-Nya terhadap hamba-Nya. Allah akan menjadikannya pekak, buta dan bisu pada hari Kiamat sebagaimana firman-Nya di dalam Surah al-Baqarah (2):18 “ Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka kembali ” Yaitu mereka tidak akan bercakap dan firman-Nya di dalam Surah al-Mursalaat(77): 35-36 “Ini adalah hari yang mereka tidak dapat berbicara, dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka minta uzur

 

       Wahai golongan yang berjaya, sekiranya Allah menyempurnakan untuk  kamu sebagaimana Dia lakukan kepada para salihin sebelum kamu, niscaya kamu akan diuji pada diri kamu dan harta kamu sehingga kamu mendengar dari musuh Allah perkara- perkara yang menyakitkan hati kamu. Lantaran itu, kamu hendaklah bersabar sekalipun mereka menghina kamu, memarahi kamu sehingga kamu menanggung kezaliman mereka karena inginkan keredaan Allah dan negeri akhirat.

       Kamu hendaklah memendamkan kemarahan kamu di atas keburukan yang dilakukan kepada kamu karena Allah[1], sekalipun mereka membohongi  kebenaran dan memusuhi kamu mengenainya dan memarahi kamu karenanya.

       Justeru bersabarlah di atas semua itu dari mereka sebagai membenarkan Kitab Allah  yang telah diturunkan oleh Jibrail ke atas Nabi kamu s.a.w. Kamu telah mendengar firman Allah kepada Nabi-Nya di dalam Surah al-Ahqaaf (46):35 “Maka bersabarlah kamu seperti golongan yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta supaya disegerakan (azab) bagi mereka

 

       Ini adalah punca  hawa nafsu mereka (thamaratu ahwa’i-him). Sesungguhnya Rasulullah s.a.w telah  membuat perjanjian dengan mereka sebelum kematiannya, tetapi mereka berkata: Kami selepas Allah mematikan Rasul-Nya, boleh memilih pendapat yang dipersetujui oleh orang ramai (ra’yu al-Nas)[2]. Ini adalah menyalahi Allah dan Rasul-Nya, karena tiada seorangpun berani ke atas Allah dan tiada yang lebih terang kesesatan dari mereka yang berkata sedemikian.

       Mereka menyangka perkara sedemikian boleh dilakukan oleh mereka. Demi Allah, sesungguhnya Allah telah mewajibkan ke atas makhluk-Nya supaya mentaati-Nya dan mematuhi perintah-Nya pada masa hidup Muhammad s.a.w dan selepas kematiannya. Adakah musuh-musuh Allah menyangka bahwa setiap orang yang telah memeluk Islam bersama Muhammad s.a.w bebas mengambil kata-katanya sendiri, pendapatnya dan kiasnya sendiri?

       Sekiranya dia berkata: Ya, maka sesungguhnya dia telah membohongi Allah  dan menjadi sesat dan sekiranya dia berkata: Tidak, maka tiada seorangpun bebas menuruti kata-katanya sendiri,  pendapatnya dan kiasnya, maka dia telah mengakui hujah ke atas dirinya sendiri dan termasuk orang yang berpendapat bahwa Allah ditaati dan dipatuhi perintah-Nya selepas kematian Rasulullah s.a.w sebagaimana firman-Nya di dalam Surah Ali Imran (3) : 144 “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang? Sesiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi pembalasan kepada orang ang bersyukur

       Justeru kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah ditaati dan perintah-Nya dipatuhi pada masa hidup Muhammad s.a.w dan selepas kematiannya sebagaimana tiada seorangpun bersama Muhammad s.a.w bebas menuruti pendapatnya sendiri, hawa nafsunya dan kiasnya menyalahi perintah Muhammad s.a.w (khilafan li-amri Muhammad) sebagaimana tiada seorangpun selepas Muhammad bebas menuruti hawa nafsunya,  pendapatnya dan kiasnya.

 

       Tidakkah kamu mendengar kelebihan pengikut-pengikut para imam yang mendapat petunjuk dan mereka itu adalah mukminun sebagaimana disebutkan oleh Allah di dalam Surah al-Nisaa’ (4): 69 “Mereka itu akan bersama-sama golongan yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu para nabi, para siddiqin, golongan yang mati syahid dan golongan soleh. Dan mereka itulah teman sebaik-baiknya”. Ini adalah sebahagian dari kelebihan pengikut-pengikut para imam dan bagaimana dengan para imam sendiri dan kelebihan mereka.

 

       Jauhilah kamu semua dari terus melakukan apa yang diharamkan oleh Allah pada zahir al-Qur’an dan batinnya sebagaimana firman-Nya di dalam Surah Ali Imran (3): 135 “Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedangkan  mereka mengetahui” (setakat ini riwayat al-Qasim bin Rabi‘), yaitu golongan sebelum kamu apabila mereka melupai sesuatu perkara yang disyaratkan oleh Allah di dalam Kitab-Nya, mereka mengetahui bahwa mereka telah mendurhakai Allah karena meninggalkan perkara tersebut, lantas mereka melakukan istighfar dan tidak mengulanginya lagi. Itulah pengertian firman-Nya di dalam Surah Ali Imran (3): 135 “Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedangkan  mereka mengetahui ”.

Ketahuilah kamu semua bahwa sesungguhnya Dia telah memerintah dan melarang supaya ditaati perkara yang diperintahkan oleh-Nya dan dihentikan apa yang dilarangkan oleh-Nya. Justeru sesiapa yang mematuhi suruhan-Nya,  maka dia mentaati-Nya dan mendapati segala kebaikan di sisi-Nya. Sesiapa yang tidak menghentikan perkara yang dilarang oleh-Nya, maka dia mendurhakai-Nya. Sekiranya dia mati di dalam maksiat terhadap-Nya, Allah akan mencampakkannya ke neraka.

 

       Sesungguhnya syaitan-syaitan manusia mempunyai cara dan kelicikan karena mereka mahu, jika mereka mampu, mengembalikan ahli kebenaran kepada kedudukan yang sama dengan musuh Allah dari segi syak, ingkar dan pembohongan. Lantaran itu, mereka menjadi sama sebagaimana difirmankan oleh Allah di dalam Surah al-Nisaa’ (4): 89 “Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)”. Kemudian Allah melarang ahli kemenangan dengan kebenaran supaya mereka tidak mengambil musuh-musuh Allah sebagai wali dan pembantu (waliyyan wa la nasiran).

 

       Janganlah kamu menzahirkan kepada mereka Usuluddin Allah[3], karena jika mereka mendengar sesuatu dari kamu mengenainya, niscaya mereka akan memusuhi kamu (‘aadua-kum) dan menentang kamu serta bekerja keras untuk membinasakan kamu. Mereka akan melakukan apa saja  yang kamu benci, karena  kamu tidak mempunyai simpati dari mereka di dalam pemerintahan yang jahat (al-Fujjar)[4].

 

Lantaran itu, ketahuilah kedudukan kamu apabila menghadapi ahli kebatilan, karena ahli kebenaran hendaklah meletakkan diri mereka di atas kedudukan ahli kebatilan[5] (an yanazziluu anfusa-hum manzilata ahli al-Baatil), karena Allah tidak menjadikan ahli kebenaran di sisi-Nya setaraf dengan ahli kebatilan. Tidakkah mereka mengetahui firman Allah di dalam Kitab-Nya; Surah al-Saad (38): 28 “Patutkah kami menganggap golongan yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh sama dengan golongan yang berbuat kerosakan di muka bumi? Patutkah kami menganggap golongan yang bertakwa sama dengan golongan yang berbuat maksiat?”

       Justeru hormatilah diri kamu apabila berhadapan dengan ahli kebatilan dan janganlah menjadikan Allah, imam kamu dan agama kamu sebagai alasan kepada ahli kebatilan, niscaya kamu akan memarahi Allah, maka kamu akan binasa. Bersabarlah, wahai ahli kebaikan, janganlah kamu meninggalkan urusan Allah dan urusan kamu dengan mentaati ahli kebatilan, niscaya Allah akan mengubah nikmat kamu.

 

Ini karena Allah telah memerintahkan supaya mewalikan para imam yang dinamakan oleh-Nya di dalam Kitab-Nya Surah al-Anbiyaa’ (21) : 73 “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami”. Maka mereka itulah yang diperintahkan oleh Allah supaya dijadikan wali dan ditaati.

 

       Sesiapa yang ingin mengetahui bahwa Allah mencintainya, maka hendaklah dia beramal dengan mentaatiNya dan mengikut kami, tidakkah dia mendengar firman Allah a.w kepada Nabi-Nya s.a.w di dalam Surah Ali Imran (3): 31 “Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa  kamu”. Demi Allah, seorang hamba tidak akan mentaati Allah selama-lamanya melainkan Allah menjadikannya di kalangan  pengikut-pengikut kami. Demi Allah, seorang hamba tidak mengikut (la yatbi‘u-na) kami selama-lamanya melainkan Allah mengasihinya (ahabba-hu). Demi Allah, seorang tidak akan mengetepikan seorang dari pengikut-pengikut kami selama-lamanya melainkan dia memarahi kami (abghadha-na). Demi Allah, seorang tidak akan memarahi kami selama-lamanya melainkan dia mendurhakai Allah (‘asa l-LLah). Sesiapa yang mati di dalam keadaan durhaka kepada Allah, maka Allah menghinanya dan mencampaknya ke neraka. Segala puji bagi Allah Tuhan alam semesta.

 

       Sesungguhnya mereka yang mempunyai ilmu dan pengikut-pengikut yang mengenali Allah, beramal untuk-Nya dan mencintaiNya.

Allah berfirman di dalam Surah Faatir (35):28 “Sesungguhnya yang takut kepada Allah antara hamba-hambaNya adalah ulama”. Lantaran itu, janganlah kamu menuntut sesuatu di dunia ini dengan kemaksiatan kepada Allah. Bekerjalah di dunia ini dengan mentaati Allah, ambillah peluang ini dan berusahalah untuk kejayaan kamu di hari esok dari azab Allah, karena ia adalah lebih hampir kepada kejayaan. Justeru laksanakanlah perintah Allah dan taatilah mereka yang diwajibkan oleh Allah.

 

Surah Asy-Syams (91):1“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari”, maka beliau a.s berkata: Asy- Syams (matahari) adalah Rasulullah SAW. Dengannyalah Allah telah menerangkan kepada manusia akan agama mereka. Aku berkata: Wa l-Qamari idha ma talaa-ha (dan bulan apabila mengiringinya?) Maka beliau a.s berkata: Al-Qamar (bulan) itu adalah Amir al-Mukminin a.s di mana Rasulullah SAW telah mengurniakan kepadanya ilmu.

       Aku berkata: Wa l-Laili idha yaghyaa-ha (dan malam apabila menutupinya”? Maka beliau a.s berkata: Al-Lail (malam) adalah para imam yang zalim selain dari keluarga Rasulullah SAW. mereka menduduki tempat di mana keluarga Rasulullah SAW lebih layak dengannya. Justeru mereka menutup agama Allah dengan kezaliman, lalu Allah menceritakan perbuatan mereka di dalam firman-Nya “Dan malam apabila menutupinya”. Aku berkata: Wa n-Nahari idha jallaa-ha (dan siang apabila menampakkannya?) Beliau a.s berkata: Itulah imam dari zuriat Fatimah a.s. yang akan ditanya mengenai agama Rasulullah SAW, lalu ia menjelaskannya  kepada siapa yang bertanya kepadanya. Lantaran itu, Allah a.w menceritakan firman-Nya “Dan siang apabila menampakkannya

 

Surah al-Anbiyaa’ (21): 12 “Maka tatkala mereka merasakan azab kami, tiba-tiba mereka melarikan diri dari negerinya. Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu (yang baik), supaya kamu ditanya”, maka beliau a.s berkata: Apabila al-Qaim datang dan diutus kepada Bani Umayyah di Syam, lalu mereka lari ke Rom.

       Maka golongan Rom berkata kepada mereka: Kami tidak akan membenarkan kamu masuk sehingga kamu menjadi kristian (tatanassaru). Lantas mereka menggantungkan salib di tengkuk-tengkuk mereka. Kemudian mereka dibenarkan masuk. Apabila para sahabat al-Qaim datang kepada mereka, mereka menuntut keamanan dan perdamaian. Lantas para sahabat al-Qaim berkata: Kami tidak akan melakukannya sehingga kamu memulangkan kepada kami golongan kami di pihak kamu. Kemudian mereka memulangkan mereka semua kepada para sahabat al-Qaim.

       Justeru Allah berfirman “Maka tatkala mereka merasakan azab kami, tiba-tiba mereka melarikan diri dari negerinya. Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu(yang baik), supaya kamu ditanya” Al-Qaim akan bertanya mereka mengenai barang simpanan sedangkan beliau a.s lebih mengetahui mengenainya. Justeru mereka berkata di dalam Surah al-Anbiyaa’ (21):14-15 “Aduhai, celaka kami, sesungguhnya kami adalah golongan yang zalim” “ Maka tetaplah demikian keluhan kami, sehingga kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi” dengan pedang.

 

Surah al-A‘raaf (7): 56 “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya”, maka beliau a.s berkata: Wahai Maisar, sesungguhnya bumi adalah rosak, maka Allah memperbaikinya dengan nabi-Nya SAW, oleh itu Dia berfirman di dalam Surah al-A‘raaf (7): 56 “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya”.

 

Surah al-Rum(30): 41 “Telah kelihatan kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan mereka sebahagian (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali(ke jalan yang benar)” Beliau a.s berkata: Itu, demi Tuhan, ketika kaum Ansar berkata: Seorang amir dari kami dan seorang amir dari kamu”.

 

Aku berkata: Aku jadikan diriku tebusan anda, kami di sisi mereka adalah lebih jahat (Laa-nahnu ‘inda-hum asyarru min al-Yahud) dari Yahudi, Nasara, Majusi dan Musyrikin, lantas beliau a.s terus duduk, kemudian berkata: Bagaimana anda berkata? Demi Allah, kami di sisi mereka[6] adalah lebih jahat dari Yahudi, Nasara, Majusi, dan Musyrikin.

       Beliau a.s berkata: Demi Allah, kamu berdua tidak akan memasuki neraka, demi Allah, sesungguhnya kamulah orang yang difirmankan oleh Allah di Surah Sad (38): 62-4 “Dan (golongan durhaka) berkata: “Mengapa kami tidak melihat golongan yang dahulu (di-dunia) kami anggap sebagai golongan yang jahat (hina). Apakah kami dahulu menjadikan mereka olok-olokan, ataukah karena mata kami tidak melihat mereka? Sesungguhnya yang demikian itu pasti terjadi, (yaitu) pertengkaran penghuni neraka”.

       Kemudian beliau a.s berkata: Mereka mencari kamu, demi Allah, di neraka, tetapi mereka tidak mendapati seorangpun dari kamu (fa-ma wajaduu min-kum ahadan)

 

Abu Ja‘far a.s berkata: Tidakkah agama itu sebuah cinta? Allah berfirman di dalam Surah al-Hujarat (49): 7 “Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah dalam hatimu”. Firman-Nya di dalam Surah Ali Imran (3): 31 “Katakanlah: “ Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu”. Dan firman-Nya di dalam Surah al-Hasyr (59): 9 “Mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka

       Sesungguhnya seorang lelaki telah datang kepada Nabi SAW dan berkata: Wahai Rasulullah, aku mencintai orang yang mengerjakan solat (uhibbu al-Musalliin), tetapi aku tidak melakukannya (wa-laa usalli) dan aku mencintai orang yang berpuasa, tetapi aku tidak berpuasa (uhibbu al-Sawwaamin wa la asuumu)? Maka baginda SAW bersabda kepadanya: Anda adalah bersama orang yang anda cintai dan bagi anda apa yang  anda usahakannya (anta ma‘a man ahabbab-ta wa la-ka maa k-tasab-ta).

 

Surah Yunus (10): 64 “Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia”. Beliau a.s berkata: Yaitu mimpi yang baik yang dilihat oleh mukmin, maka dia bergembira dengannya di dunianya. 

 



[1] Jika kamu tidak mampu bertindak dengan bijak.

[2] Menggunakan demokrasi untuk menolak nas, kemudian mereka mengikut hawa nafsu mereka.

[3] Umpamanya mengenai kelebihan para imam a.s dan lain-lain.

[4] Kezaliman terhadap Syi‘ah tidak mendapat simpati daripada kaum Wahabi dan mereka seumpamanya.

[5] Secara taqiyyah.

[6] Nasibi seperti Khawarij, kaum Wahabi dan golongan seumpama mereka.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | MusrinSalila Template | Galeri Tinangkung
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Galeri Tinangkung - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by MusrinSalila Template