Oleh : Musrin Salila
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahsiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar titrasi asam basa
2. Menjelaskan pereaksi indikator
3. Membuat dan dapat menjelaskan kurva titrasi
Titrasi asam basa pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa disebut asidialkalimetri
Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri
Jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri
titik ekivalen ditentukkan dengan perbandingan jumlah mol asam (H+) dan jumlah mol basa (OH-) yang bereaksi
Titik ekivalen untuk titrasi asam basa terjadi bila jumlah mol asam = jumlah mol basa
Pada saat tercapai titik ekivalen penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar.
Zat penunjuk perubahan pH disbt Indikator
Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi.
Titrasi asam basa selalu berkaitan dengan konsep stokiometri dan konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan mol, perbandingan mol, molaritas atau normalitas.
Titrasi asam basa juga harus berlangsung sempurna, sehingga produk yang dihasilkan hanyalah garam dan air.
pH pada titik akhir titrasi tergantung pada sifat garam yang dihasilkan apakah mengalami hidrolisis atau tidak.
Kurva Titrasi
Kurva titrasi dihasilkan dengan cara memplot antara pH dengan volume asam atau basa yang ditambahkan.
Tipe kurva titrasi terdiri dari :
- Asam kuat-basa kuat
- Asam lemah-basa kuat
- Basa kuat-asam lemah
I.Kurva Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat
Bentuk kurva titrasi hasil reaksi asam kuat dan basa kuat ditentukan oleh nilai pH dalam berbagai nilai penambahan volume basa yang meliputi keadaan:
pH sebelum penambahan basa
pH sebelum mencapai titik ekivalen,
pH pada saat titik ekivalen
pH setelah TE (keadaan kelebihan basa)
Contoh soal :
50 ml asam kuat HCl 0,1 M dititrasi dengan NaOH 0,1M. Hitung pH pada awal titrasi, dan setelah penambahan basa NaOH sebagai titran. :
- 10 ml,
- 50 ml,
- 60 ml
pH larutan sebelum ada penambahan basa (pH awal) ditentukkan oleh konsentrasi awal dari asam kuat HCl, dinyatakan dengan persamaan :
HCl + H2O H3O+ + Cl-
[H3O+] = 0,1 M
pH = -log [H+] = -log 10-1 = 1
pH larutan sebelum mencapai titik ekivalen (penambahan 10 ml basa). Pada daerah ini ditentukkan oleh banyaknya asam kuat yang tidak bereaksi dengan basa.
Jmlh mmol HCl pd reaksi ini = 50 ml x 0,1 M = 5 mmol
Jmlh mmol NaOH yg ditambahkan = 10 mL x 0,1 M = 1 mmol
jmlh mmol HCl yg tdk b’rx =5 mmol–1 mmol=4 mmol.
Jadi pH larutan setelah penambahan 10 ml NaOH adalah :
[H3O+] = 4 mmol / 60 ml = 6,67 10-2 mmol/ml
pH = 2 - log 6,67 = 1,18
Cara perhitungan pH yang sama dilakukan untuk berbagai variasi penambahan larutan NaOH 0,1 M sebelum mencapai titik ekivalen (<50 mL)
pH pada titik ekivalen (penambahan 50 ml NaOH)
Pada daerah ini :
Jmlh mmol HCl = 50 ml x 0,1 M = 5 mmol
Jmlh mmol NaOH yg ditambahkan = 50 ml x 0,1 M = 5 mmol
Pada reaksi ini tidak ada kelebihan H+ atau OH– sehingga larutan bersifat netral, karena Na+ maupun Cl- terhidrolisis oleh air.
pH larutan pada titik ekivalen adalah 7,0
pH larutan setelah titik ekivalen (penambahan 60 ml NaOH)
Pada daerah ini :
Jmlh mmol HCl = 50 ml x 0,1 M = 5 mmol
Jmlh mmol NaOH yg ditambahkan = 60 ml x 0,1 M = 6 mmol
Daerah ini ditentukkan oleh beberapa banyak kelebihan basa kuat NaOH yang ditambahkan.
Jadi : [OH-]= 1mmol/110 ml
= 9,1. 10-3 M
pOH = 3 – log 9,1 = 2,04
pH = 14 – 2,04 = 11,96
Hasil perhitungan pH dalam proses titrasi antara 50 mL HCl 0,1 M dengan berbagai variasi volume NaOH 0,1 M ditunjukkan pada tabel berikut :
Volume NaOH ditambahkan (mL) | pH akhir larutan | Kondisi akhir larutan |
0 | 1,000 | Belum ada penambahan basa |
10,0 | 1,18 | Belum mencapai titik ekivalen |
20,0 | 1,37 | |
30,0 | 1,60 | |
40,0 | 1,95 | |
49,0 | 3,00 | |
49,9 | 4,00 | |
49,95 | 4,30 | |
50,0 | 7,00 | Mencapai titik ekivalen |
50,05 | 9,70 | Terdapat kelebihan basa |
50,10 | 10,00 | |
51,00 | 11 | |
60,00 | 11,96 | |
70,00 | 12,23 |
Kurva Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat
Fenolftalien
Bromtimol biru
Metil merah
2. Titrasi Asam Lemah-Basa Kuat atau Asam Kuat-Basa lemah
Bentuk kurva titrasi hasil reaksi antara asam lemah dengan basa kuat mirip dengan kurva asam kuat-basa kuat, tetapi bentuk kurva sigmoidnya tidak simetris.
Nilai pH dalam berbagai nilai penambahan volume NaOH yang meliputi :
-pH keadaan sebelum penambahan NaOH,
-pH keadaan belum mencapai TE
- pH titik ekivalen
- pH keadaan kelebihan basa.
Contoh perhitungan :
Titrasi asam lemah-basa kuat yg diperlukan untuk membuat kurva titrasi. 50 ml larutan 0,01 M CH3COOH, Ka = 1,75 x 10-5, dititrasi dengan NaOH 0,1M
pH larutan sebelum ada penambahan basa ditentukkan oleh konsentrasi awal dan derajat ionisasi dari asam lemah CH3 COOH.
Karena asam asetat terurai sedikit dan lemah maka dalam reaksi penguraian hanya menghasilkan satu CH3 COO- dan satu H3O+ seperti ditunjukan oleh reaksi dibawah ini :
CH3COOH + H2O CH3COO- (aq) + H3O+ ( aq)
Dapat diasumsikan bahwa [CH3 COO- ] ≈ [H3 O+ ] sehingga :
[CH3COOH] = 0,1 – [H3O+] ≈ 0,1 M
Nilai ini disubstitusikan kedalam persamaan :
pH = 3
larutan sebelum mencapai titik ekivalen (penambahan 10 ml NaOH)
Pada daerah ini ditentukkan oleh pH larutan buffer yang terbentuk dari gabungan CH3COO- (aq) dari hasil titrasi dan CH3COOH (aq) yang tidak bereaksi.
Jmlh mmol CH3COOH = 50 ml x 0,1 M = 5,00 mmol
Jmlh mmol NaOH = 10 ml x 0,1 M = 1,00 mmol
Reaksi yang terjadi ;
CH3COOH + NaOH CH3COO- + H2O
mmol awal: 5,00 1,00 - -
mmol b’rx: 1,00 1,00 1,00 -
mmol sisa rx :4,00 - 1,00
[CH3COOH] ≈ 4,00 mmol/60 ml dan,
[CH3COO-] ≈ 1,00 mmol/60 ml
Perhitungan nilai pH dpt dilakukan dengan menggunakan persamaan Henderson-Hasselbach :
Cara perhitungan pH yang sama dilakukan untuk berbagai variasi penambahan larutan NaOH 0,1 M sebelum mencapai titik ekivalen (<50mL)
pH pd titik ekivalen, CH3COOH yg ada tepat b’rx dngn NaOH yg ditambahkan sehingga terbentuk garam CH3COONa dan H2O
CH3COONa merupakan garam yang terhidrolisis oleh air dengan persamaan hidrolisisnya sebagai berikut:
CH3COONa(aq) + H2O CH3COOH(aq) + Na+ (aq) + OH- (aq)
Jmlh mmol CH3COOH pd rx ini = 50 ml x 0,1 M = 5,00 mmol
Jmlh mmol NaOH ditambahkan =50 ml x 0,1 M=5,00 mmol
Reaksi yang terjadi :
CH3COOH(aq) + NaOH CH3COONa(aq)+H2O(aq)
mmol awal : 5,00 5,00 - -
mmol bereaksi : 5,00 5,00 5,00 -
mmol sisa reaksi: - - 5,00
berdasarkan hidrolisis diatas maka larutan pada titik ekivalen bersifat basa, oleh sebab itu dapat dihitung dengan menggunakan rumusan pH garam terhidrolisa :
pOH = - log [OH-] = - ½ log Kw + ½ log Ka - ½ log Cg pH = 14 – pOH
Cg adalah konsentrasi garam yang dihasilkan dalam reaksi ini :
Cg = [CH3COOH = 5 mmol/100 mL
= 0,05 M
pOH =-log [OH-]
=- ½ log Kw + ½ log Ka – ½ log Cg
= -½ log (1 x 10-14) + ½ log (1,0 x 10-5) –
½ log 0,05
=5,15
pH =14 – 5,15= 8,85
pH larutan setelah titik ekivalen (penambahan 60 ml NaOH). Pada daerah ini ditentukkan oleh berapa banyak kelebihan basa kuat NaOH yang ditambahkan. Misalnya pada penambahan 60mL NaOH.
mmol CH3COOH = 50 ml x 0,1M = 5,00 mmol
mmol NaOH =60 ml x 0,1M =6,00 mmol
kelebihan NaOH 6 mmol – 5 mmol =1 mmol, dengan volume total larutan adalah 110 mL.
Konsentrasi OH- =1,00 mmol/110 mL
=9,1 x 10-3 M
pOH =3 – log 9,1 = 2,04
pH =14 – 2,04 = 11,96
Cara perhitungan pH yang sama dilakukan untuk berbagai variasi penambahan larutan NaOH 0,1 M setelah mencapai titik ekivalen (>50 mL).
Indikator Asam-Basa
Sejumlah senyawa mampu memperlihatkan sifat menghasilkan warna dalam larutan bergantung pada pH larutan.
Pereaksi macam ini dapat dipakai untuk menunjukkan sifat asam atau sifat basa larutan dan disebut indikator (penunjuk).
Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa oraganik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya. Perubahan warna dapat digambarkan sebagai berikut:
HIn + H2O H3O + In-
Warna asam
In + H2O InH+ + OH-
Warna basa Warna asam
Warna pereaksi dalam bentuk molekul berbeda dengan warna pereaksi dalam bentuk ion, dan persamaan tetapan kesetimbangan untuk kedua reaksi diatas adalah:
dan
dan
dan
Persamaan ini menunjukkan hubungan antara perbandingan warna asam dan warna basa dengan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
Mata pengamat kurang peka untuk dapat mengamati dengan tepat perubahan warna yang terjadi dalam larutan, terutama didaerah perubahan warna dimana perbandingan [Hin]/[In-] bernilai 1/10 atau 10/1.
Nilai 1/10 akan diamati warna basa dan nilai 10/1 menunjukkan warna asam.
Analog dengan hitungan perbandingan yang ditunjukkan diatas dapat dilihat bahwa warna asam murni didapat pada harga pH > (pKa - 1) sedangkan warna basa murni dijumpai pada harga pH > (pKa + 1).
Perubahan warna dari warna asam menjadi warna basa akan terjadi daerah pKa-1 dan pKa+1
Perubahan warna dari warna asam menjadi warna basa akan terjadi daerah
pKa-1 pKa+1
pKa
Misalnya pKa dari Hin adalah 5 dan beberapa tetes Hin ditambahkan kepada suatu larutan asam kuat yang sedang dititrasi dengan basa kuat.
Hin yang ditambahkan sedikit sekali, hingga jumlah titran yang digunakan oleh Hin diabaikan.
Jika kita mengumpamakan bahwa larutan tampak merah, oleh mata apabila perbandingan [Hin/In] sebesar 10/1dan kuning apabila perbandingan 1/10
Daerah perubahan warna dinyatakan dalam perbandingan yaitu jika [Hin]/[In-] sebesar 10 : 1 oleh mata larutan tampak merah (warna asam) dan kuning (warna basa) apabila perbandingan 1 : 10 atau kurang.
Keadaan demikian merupakan perubahan minimum dalam pH, yang dinyatakan dengan ΔpH, yang diperlukan untuk menyebabkan perubahan warna dari merah ke kuning berjumlah 2 satuan.
Perubahan minimum dalam pH yang diperlukan untuk suatu perubahan warna disebut jangkauan indikator atau trayek perubahan warna indikator.
Perubahan warna indikator.
Merah : pHm = pKa – log 10/1 = 5 - 1
Kuning : pHk = pKa – log 1/10 = 5 + 1
ΔpH = pHm – pHk = (5 – 1) – (5 + 1) = -2
Jadi daerah perubahan warna ini disebut trayek perubahan warna
Tabel : Perbandingan Bentuk Berwarna dari Indikator
Pada Berbagai Harga pH
pH larutan | Perbandingan [Hin]/[In-] | Warna |
1 2 3 4 5 6 7 8 | 10.000 : 1 1000 : 1 100 : 1 10 : 1 1 : 1 1 : 10 1 : 100 1 : 1000 | Merah Merah Merah Merah Oranye Kuning Kuning Kuning |
Trayek perubahan warna indikator menjangkau dua satuan pH.
Dalam trayek pH ini perubahan warna indikator sedikit demi sedikit.
Jika [HIn] = [In-] maka akan terlihat warna antara bentuk asam dan bentuk basa.
Tabel : Beberapa Indikator Asam – Basa
Indikator | Daerah pH | Perubahan Warna | Pelarut | |
Asam | Basa | |||
Thimol biru Metil kuning Metil jingga Metil merah Bromtimol biru Fenofltalein Thimolftalein | 1,2 – 2,8 2,9 – 4,0 3,1 – 4,4 4,2 – 6,2 6,0 – 7,6 8,0 – 9,8 9,3 – 10,5 | Merah Merah Merah Merah Kuning Tak berwarna Tak berwarna | Kuning Kuning Kuning jingga Kuning Biru Merah-ungu Biru | Air Etanol 90% Air Air Air Etanol 70% Etanol 90 % |
Dalam titrasi yang titik akhir titrasinya terletak dalam trayek pH yang kecil, harus digunakan indikator campur untuk menyatakan titik akhir titrasinya.
Indikator campur terdiri dari campuran dua indikator misalnya metal jingga dengan brom kresol hijau yang akan memberikan perubahan warna dari jingga menjadi biru pada pH 4,3
Indikator campuran dapat juga terdiri dari indikator dan zat warna indikator universal juga adalah indikator campur dan memberikan warna yang macam-macam untuk trayek pH yang besar.
Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang nampak disekitar pH titik ekivalensi titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih jatuh pada trayek perubahan warna indikator itu.
Misalnya pada titrasi asam kuat-basa kuat (HCl dan NaOH) penambahan dua tetes basa dekat titik ekivalensinya dapat menyebabkan perubahan pH dari 3,6 sampai 10,4 sehingga dapat menggunakan indikator apa saja yang trayek perubahan warnanya dari 4,4 sampai 10.
Pada titrasi basa kuat-asam lemah titik ekivalensi akan terjadi pada pH diatas 7 dan harus menggunakan indikator yang trayek perubahan warnanya diatas pH 7.
Untuk titrasi asam kuat-basa lemah harus menggunakan indikator apa?.
Jadi pemilihan indikator yang akan digunakan dalam titrasi adalah penting dan disesuaikan dengan titik ekivalensinya yang akan terjadi.
Mungkin tidaknya suatu titrasi asam-basa dilaksanakan biasanya apabila pH disekitar titik ekivalensi untuk penambahan beberapa tetes zat penitrasi adalah 1 sampai 2 satuan pH.
Indikator campur dapat dibuat dari campuran dua macam indikator atau indikator yang dicampur dengan zat warna.
Contoh dari beberapa indikator campur adalah sebagai berikut :
1. Metil jingga-indigo carmine terdiri dari suatu larutan yang mengandung 1 gr metal jingga dan 2,5 gr indigo carmine di dalam 1 L air.
Disimpan pada botol yang gelap atau yang coklat.
Dalam suasana basa warnanya hijau, netral pada pH larutan = 4,0 dan berubah menjadi ungu pada larutan yang lebih asam.
2. Campuran fenolftalien 0,1% satu bagian dan metal hijau 0,1% dua bagian warna dalam asam hijau, pada pH = 8,8 biru gelap dan pada pH > 9,0 ungu.
3. Campuran 1 bagian kresol merah 0,1% dan 3 bagian thimol biru 0,1%.
- Warna dalam asam kuning,
- basa berwarna ungu
- Warna rose pada pH = 8,2
- Ungu pada pH = 8,4.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !